Sweeper-Keeper dan Evolusi Penjaga Gawang

Taktik

by Dex Glenniza

Dex Glenniza

Your personal football analyst. Contributor at Pandit Football Indonesia, head of content at Box2Box Football, podcaster at Footballieur, writer at Tirto.ID, MSc sport science, BSc architecture, licensed football coach... Who cares anyway! @dexglenniza

Sweeper-Keeper dan Evolusi Penjaga Gawang

Jangan kaget jika nama Manuel Neuer akan menjadi salah satu nama yang bisa mengubah paradigma kita terhadap penjaga gawang di sepakbola dunia di masa depan. Kemampuan Neuer sebagai sweeper-keeper untuk Bayern Munich dan Jerman bisa mengikis mistik yang mengelilingi aura dari seorang kiper.

Berlebihan mungkin, tetapi permainan Neuer bisa mengubah sudut pandang banyak orang yang menontonnya, sehingga akan bisa meyakinkan jutaan anak-anak untuk menyingkirkan anggapan bahwa menjadi kiper dalam sebuah pertandingan sepakbola adalah sebuah "posisi buangan".

"Saya belum pernah melihat sweeper yang lebih baik daripada Neuer selain mungkin Franz Beckenbauer," ujar pelatih kiper Jerman, Andreas Köpke. Pernyataannya yang sangat revolusioner.

Jika setiap kiper mampu menjadi sweeper seperti Neuer, maka setiap manajer pasti akan memainkan sweeper-keeper di timnya.

Spesifikasi untuk Menjadi Sweeper-Keeper

Untuk menjadi seorang sweeper-keeper memang tidaklah mudah. Butuh performa konsisten yang mengawinkan banyak aspek, seperti kemampuan atletisme dan teknik yang tinggi, ditambah juga tentunya kemampuan goalkeeping itu sendiri.

Jika melihat sejarah, tren ini tidak jelas dimulai kapan. Namun, satu hal yang jelas, ini dipopulerkan oleh Rinus Michel bersama total football-nya di tahun 1970-an: kiper memang berperan sebagai penjaga gawang, tetapi mereka juga dapat bermain sebagai full-back yang gemar naik untuk melakukan tekel dan membantu mengawali serangan.

Secara tradisional, ketika kiper sedang memegang penguasaan bola, tugas mereka adalah untuk memposisikan diri menghindari potensi bahaya dari lawan. Namun pada kasus Victor Valdés misalnya, ia justru mencerminkan kebutuhan tim untuk melihat potensi bahaya: mendebarkan pastinya menjadi pendukung tim Barcelona ketika Valdés sedang menjaga gawang.

Tetapi itulah sweeper-keeper, mereka selalu berteman dengan permainan yang berbahaya, dan blunder komikal adalah musuh di dalam selimut bagi mereka.

Baca juga:

Standar Baru Neuer Paksa FIFA Gelar Seminar Tiga Hari

Buffon: Jangan Mau Jadi Kiper!

Kasus Mencengangkan dari Nasib Kiper Cadangan

Alasan Klub-Klub Menimbun Penjaga Gawang

Pelatih-pelatih di Eropa, terutama di Jerman dan Spanyol, memang sekarang ini sudah mulai fokus pada pengembangan kiper yang tidak hanya bertugas menjaga gawang. Peran ini mungkin juga banyak dipengaruhi dari berkembangnya permainan futsal di dunia, ketika kiper juga dituntut untuk bisa bermain dengan teknik yang baik.

Kiper seperti Neuer senantiasa dituntut untuk selalu bisa membaca seluruh permainan, memainkan operan yang berkualitas, serta bertindak sebagai full-back atau bek tengah ekstra.

Sorotan paling komplit dari peran Neuer ini bisa kita lihat pekan lalu saat Bayern menghadapi Manchester City di Liga Champions. Saat itu Bayern harus bermain dengan 10 pemain setelah Mehdi Benatia di-kartu merah.

Namun, kehilangan satu bek tengah justru membuat Bayern tetap seperti bermain dengan 11 pemain akibat dari kemampuan sweeper-keeper Neuer. Bahkan Bayern sempat unggul 2-1 setelah babak pertama usai.

Halaman Selanjutnya: Pentingnya Kiper Membangun Serangan dari Belakang

Komentar