Bumi Manusia untuk Ter Stegen

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Bumi Manusia untuk Ter Stegen

Oleh: Rendiansyah Nugroho


“Seorang terpelajar harus juga belajar berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi perbuatan.”

Sepenggal kalimat di atas mungkin adalah salah satu kalimat yang paling diingat oleh para pembaca Tetralogi Buru, khususnya Bumi Manusia, karya Pramoedya Ananta Toer. Dengan apik Pramoedya menuliskan pesan agar pembaca bisa menjadi manusia mulia yang sudah adil sejak dalam pikiran apalagi perbuatan; manusia dengan segala tindak-tanduk yang diperhitungkan.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sendiri kata adil memiliki arti 1 sama berat; tidak berat sebelah; tidak memihak; 2 berpihak kepada yang benar; berpegang pada kebenaran; 3 sepatutnya; tidak sewenang-wenang.

Itulah kenapa menjadi adil sejak dalam pikiran sangat dianjurkan oleh Pramoedya. Karena dampak keadilan itu sendiri membawa kepentingan khalayak banyak, tak terkecuali dalam sepak bola. Para pemain sepak bola dituntut adil sejak dalam pikiran.

Tiap-tiap keputusan yang diambil oleh seorang pemain sepak bola sedikit-banyak akan mempengaruhi jalannya pertandingan. Hampir setiap pemain diberi keleluasaan dalam pengambilan keputusan, dan yang paling banyak mendapat sorotan dalam pengambilan keputusan adalah penjaga gawang dan penyerang.

Pengambilan keputusan penyerang biasanya terjadi ketika ia sudah memasuki area pertahanan lawan. Ia harus mengambil keputusan apakah bola akan langsung ditendang ke arah gawang atau akankah lebih baik jika diumpan kepada kawan. Para penyerang sering berada dalam situasi seperti ini walaupun sekarang ini banyak juga pemain tengah atau pun bertahan yang mempunyai kemampuan menempatkan diri di posisi dan situasi para penyerang.

Tak kalah besar dari sorotan kepada para penyerang adalah sorotan terhadap pengambilan keputusan para penjaga gawang. Penjaga gawang adalah pemain paling krusial dalam sebuah tim, lapisan terakhir pertahanan suatu kesebelasan, sosok yang tidak bisa dipisahkan dari permainan. Seorang penjaga gawang diwajibkan untuk memiliki reflek yang sigap, mampu membaca jalannya permainan dengan baik, dan bijak dalam pengambilan keputusan; kapan ia harus maju mempersempit ruang tembak kapan ia harus tetap tenang menunggu di dalam sarang.

Tetapi ternyata sekarang ini, untuk menjadi seorang penjaga gawang, beberapa poin di atas masih dirasa kurang. Peran seorang penjaga gawang kini telah berubah. Ia tidak hanya dituntut untuk menjaga gawang agar tidak kebobolan, namun juga harus dapat membangun permainan dari titik terjauh pertahanan lawan.

Posisi baru inilah yang biasa disebut dengan sweeper-keeper. Kemampuan sweeper-keeper ini biasa dibutuhkan oleh tim-tim yang memperagakan permainan penguasaan bola seperti Barcelona, Bayern München, dan terkadang juga Manchester United.

Peran ini mulai mendapat banyak sorotan setelah Manuel Neuer dengan apik memainkannya di Piala Dunia 2014, walau sebenarnya ini bukanlah hal yang baru dalam dunia sepak bola. Sebelum Neuer bisa kita jumpai nama-nama seperti “El Loco” René Higuita & Victor Valdés. Namun kedua nama ini tidak sebaik Neuer dalam memainkan peran sweeper-keeper. Meminjam pemikiran Dex Glenniza: “Para sweeper-keeper, khusunya Neuer telah mengembalikan anggapan bahwa posisi penjaga gawang bukan lagi sebagai posisi buangan dalam sebuah pertandingan sepak bola.”

Kegemilangan Neuer inilah yang juga menjadi inspirasi banyak pemain muda di zamannya. Ambil Marc-André ter Stegen sebagai contoh, karena ia dan Neuer sama-sama berkebangsaan Jerman dan sama-sama memperkuat kesebelasan yang memperagakan penguasaan bola. Ter Stegen mencoba meniru gaya permainan yang diperagakan Neuer sebagai sweeper-keeper.

Tak jarang Ter Stegen maju hingga hampir setengah lapangan apabila bola sedang bergulir di area pertahanan lawan. Dia juga sering memberanikan diri keluar sarang dengan memotong umpan-umpan, baik dengan kepala atau kaki.

Apa yang dilakukan Ter Stegen tidak salah. Persoalannya, untuk menjadi seorang sweeper-keeper, seorang pemain harus memiliki paket lengkap. Seorang sweeper-keeper harus mempunyai kualitas passing yang bagus baik umpan pendek atau umpan panjang, mempunyai skill di atas rata-rata, kekuatan dan kelenturan fisik yang baik, mental yang kuat, dan tentunya pengambilan keputusan yang tepat.

Dari semua poin tersebut poin terakhirlah yang menjadi poin terpenting karena apabila seorang sweeper-keeper tidak mempunyai poin terakhir –pengambilan keputusan yang tepat atau adil sejak dalam pikiran– maka itu semua hanya akan berujung pada blunder dan kesalahan-kesalahan yang menggelikan. Seorang penjaga gawang harus dengan tepat memperhitungkan apakah jarak saat dia meninggalkan gawang itu adalah jarak yang aman atau tidak, penjaga gawang juga harus selalu siap melakukan antisipasi atas kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi.

Kebanyakan sweeper-keeper muda ini hanya meniru aksi agresif dari seorang Manuel Neuer dan melupakan aspek-aspek penting dalam melakukan perhitungan dan pengambilan keputusan, seperti yang terjadi tadi malam saat Roma melawan Barcelona. Ter Stegen salah melakukan perhitungan dan salah mengambil posisi karena terlalu jauh dari gawang.

Kondisi tersebut akhirnya dimanfaatkan oleh Alessandro Florenzi. Florenzi melepas tendangan dari jarak kurang lebih 50 m setelah ia melihat bahwa Ter Stegen terlalu jauh maju. Bola pun meluncur deras sebelum akhirnya membentur tiang dan berbelok ke arah gawang. Gol!

Tak hanya salah mengambil posisi, Ter Stegen juga salah perhitungan ketika ia mengira bola akan keluar lapangan. Ia hanya terheran melihat bola melintas di atas kepalanya hingga akhirnya bola melewati garis gawang.

Sebagai catatan itu bukan kali pertama bola bersarang ke gawang Ter Stegen setelah dilesatkan dari jarak jauh.  Di awal musim ini Ter Stegen juga pernah mengalami hal serupa saat bola hasil tendangan Mikel San José dari tengah lapangan bersarang ke gawangnya. San José sendiri mendapat peluang untuk melepas tendangan seperti itu dari kesalahan antisipasi Ter Stegen.

Siapa pun, tolonglah, beri Ter Stegen Bumi Manusia.


Penulis adalah network engineer dan mahasiswa Mercu Buana. Berdomisili di Slipi, Jakarta Barat. Dapat dihubungi lewat akun Twitter @thole28.

Komentar