Menakar Potensi dan Menghitung Beban Anthony Martial

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Menakar Potensi dan Menghitung Beban Anthony Martial

Karya Andre Setiawan dan Alvin Lazaro

Menjelang penutupan bursa transfer Liga Inggris pukul 18.00 BST (British Standart Time) atau tepat 00.00 WIB, Manchester United akhirnya secara resmi mengumumkan transfer yang memang sudah ditunggu-tunggu khalayak media dan fans setia Manchester United. Pemain berusia 19 tahun, Anthony Martial, resmi didatangkan dari A.S. Monaco.

Mungkin beberapa pecinta bola sudah tidak asing dengan nama Anthony Martial, yang tampil gemilang kala membantu timnya menyingkirkan Arsenal di babak 16 besar Liga Champions musim lalu. Tetapi, masih banyak pecinta sepakbola belum mengetahui siapa Anthony Martial. Bahkan pemain sekaliber Wayne Rooney, sekaligus kapten United, saja tidak tahu!

Ya, cerita dari Morgan Schneiderlin yang sempat menjadi sensasi di beberapa portal berita internasional ini memang terdengar cukup menggelitik. Kala itu Morgan Schneiderlin dan Wayne Rooney sedang berada di pesawat terbang dalam rangka lanjutan Liga Premier Inggris kontra Swansea City. Saat di pesawat, Wazza datang menghampiri Schneiderlin dan bertanya dengan polosnya, “Siapa itu Martial?”

Morgan Schneiderlin pun menceritakan profil dari sang empunya nama, bahwa dia [Martial] adalah pemain hebat yang berpotensi besar. Pemain yang tampil bagus bersama Monaco musim lalu. Dia memiliki teknik yang bagus dan bertenaga, mirip Thierry Henry seperti yang banyak disebut media.

Benarkah Martial mirip Thierry Henry, Schneiderlin? Apakah layak pemain belia berusia 19 tahun ini dibanderol seharga €50 juta plus klausul-klausul bonusnya hingga membengkak sampai €80 juta? Apakah penyataan media yang menyamakan Anthony Martial dengan Thierry Henry itu benar adanya, atau hanya omong kosong belaka? Sudah tepatkah keputusan Manchester United mengakuisisi sang remaja dengan banderol selangit ini?

Tidak ada cara lain untuk menemukan jawabannya selain menggunakan data dan statistik permainan Anthony Martial saat membela A.S. Monaco.

Anthony Martial vs Thierry Henry : Produktivitas

Banyak media-media Prancis yang membandingkan Anthony Martial dengan Thierry Henry. Bahwa Anthony Martial merupakan pemain dengan tipikal yang mirip Thierry Henry, sang legenda Arsenal yang juga pernah bermain untuk A.S. Monaco. Benarkah perbandingan itu?

Sejak membela Monaco pada 2013 silam, Anthony Martial telah mencetak 15 gol dari 72 penampilan. Untuk musim lalu saja, Anthony Martial berhasil membukukan 9 gol dari 35 penampilan bersama Monaco di Ligue 1. Ini merupakan penampilan yang cukup impressif bagi Martial.

Bagaimana dengan Thierry Henry saat masih berseragam A.S. Monaco?

Thierry Henry mencetak 20 gol dalam 105 penampilan bersama A.S. Monaco selama 5 musim (musim 1994-1999). Tentu inilah yang menyebabkan mengapa Anthony Martial kerap disamakan dengan Thierry Henry. Dengan jumlah bermain yang lebih sedikit, pencapaian gol Martial hampir sama dengan Henry.

Menurut statistik yang dirilis Opta, pada musim 2014/15 Martial tidak hanya mampu menjadi penggedor di depan, tetapi juga dapat melakukan distribusi bola dengan baik. Untuk distribusi umpan, Martial berhasil mengirimkan 345 umpan akurat dari total 482 umpan yang dilepaskan dari kakinya. Akurasi umpan Martial mencapai angka 71.6%, dengan rata-rata passing 23.8 passing per laga. Martial juga berhasil mencatatkan akurasi umpan lambung yang cukup akurat, 77.8%. Tidak buruk untuk seorang striker.

Lalu bagaimana dengan umpan yang menghasilkan peluang? Sang pemain berhasil membukukan 3 asist dan menciptakan 12 peluang. Bukan catatan yang buruk juga.

Dari segi penyerangan, Martial berhasil melakukan 41 kali tembakan mengarah ke gawang, 23 di antaranya tepat sasaran dan sembilan lainnya berhasil menjadi gol. Delapan gol Martial lahir di dalam kotak penalti, sementara 1 gol lahir dari luar kotak penalti. Dari delapan gol yang dicetak Martial di kotak penalti, tidak ada gol yang berasal dari tandukan.

Berkaca dari statistik, sepertinya Martial bisa membantu Manchester United untuk mengakhiri tumpulnya lini depan yang ditumpukan kepada Wayne Rooney selama empat pekan awal Premier League. Tidak adanya gol Martial yang tercipta melalui sundulan juga harus diperhatikan Manchester United, sehingga mereka tidak boleh lagi terlalu menggantungkan diri melalui tendangan pojok dan servis bola mati. Itu biarlah urusan... siapa lagi kalau bukan Fellaini?

Tipikal bermain dan peran Martial bagi Manchester United

Jika media-media Prancis banyak mengatakan Martial mirip dengan Henry, ada kemungkinan Martial adalah seorang striker yang memiliki kemampuan teknik yang tinggi. Selain itu, Martial juga pastinya memiliki kecepatan yang baik (mengingat pada masa jayanya, Henry sendiri juga termasuk tipe striker yang “cepat”) dan memiliki pergerakan tanpa bola yang bagus. Tentunya ini sangat membantu menghasilkan peluang mencetak gol bagi Manchester United.

Lagipula, United sudah memiliki lini tengah yang cukup mumpuni untuk menghasilkan umpan-umpan yang brilian. Contoh nyata dari betapa bagusnya lini tengah United adalah ketika mereka mengalahkan Club Brugge dengan skor yang cukup telak, 4-0, pada laga kedua play-off Liga Champions. Hanya saja, di liga Inggris, kinerja lini tengah itu sia-sia karena buruknya penyelesaian akhir Rooney sejauh ini.

Selain itu, seperti yang sudah ditulis pada bagian sebelumnya, Martial juga mampu mendistribusikan bola dengan baik. Hal ini cukup membantu apabila ia dimainkan pada posisi sebagai penyerang sayap (baik sayap kiri maupun sayap kanan). Jika demikian, United dapat kembali memainkan formasi 4-3-3 dengan trio penyerang yang terdiri dari Memphis Depay, Wayne Rooney, dan Martial.

Formasi 4-3-3 ini sudah pernah dipraktikkan Van Gaal di beberapa laga sebelum penghujung musim 2014/2015. Hasil yang diraih pun cukup bagus. Mereka mampu mengalahkan Tottenham Hotspur, Aston Villa, Liverpool, dan pada puncaknya mampu mengalahkan sang juara bertahan Manchester City. Padahal, dalam formasi tersebut, Van Gaal tidak menggunakan winger murni pada sisi sayap kanan dan Ashley Young tidak bisa dianggap sebagai pemain yang sangat istimewa. Bayangkan jika formasi itu kembali diterapkan pada musim ini dengan menggunakan trio Memphis-Rooney-Martial. Bisa jadi hasil yang diraih akan lebih memuaskan.

Dengan adanya Martial, Van Gaal juga memiliki alternatif kedua dengan memainkan Rooney sebagai pemain nomor 10 (di belakang striker tunggal) pada formasi 4-2-3-1. Peran ini bukanlah hal yang baru bagi Rooney. Ketika United menjuarai Liga Inggris pada musim 2012/2013, Rooney kerap dipasang pada posisi tersebut oleh Sir Alex Ferguson. Bahkan, Ferguson rela menggeser Shinji Kagawa menjadi pemain sayap kiri, sesuatu yang menurut Juergen Klopp sangat menyedihkan. Jika Rooney dimainkan demikian, Martial otomatis akan mengisi posisi striker tunggal.

Namun, hal ini semua bergantung pada keputusan Van Gaal. Van Gaal sendiri tampaknya akan meneruskan pola permainan 4-2-3-1 yang telah diterapkan hingga saat ini. Jika benar demikian maka Martial akan mengisi pos striker tunggal dan didukung oleh Rooney di belakangnya. Tentunya ini memberikan tekanan tersendiri baginya. Martial dituntut untuk “rajin” mencetak gol dan mengkreasi peluang bagi rekan-rekannya dalam setiap pertandingan.

Dan sejauh ini, Martial telah membuktikan bahwa dirinya memang layak untuk dibandingkan dengan Henry, walaupun hanya di level Ligue 1. Menarik untuk dinanti, kiprah seorang Anthony Martial di Premier League pada musim ini.

€80 juta? Layak atau tidak?

Dari berbagai statistik dan catatan yang dibawa Anthony Martial kala diumumkan sebagai pemain anyar Manchester United kemarin malam, tersemat harga fantastis, 55 juta euro plus berbagai klausul bonusnya. Disinyalir sang pemain memiliki harga pas €80 juta. Ia menjadi pemain termahal ketiga sepanjang sejarah United, setelah Di Maria dan Juan Mata. Untuk kategori pemain di bawah 20 tahun, ia menjadi yang termahal di dunia.

Martial memang bermain cukup baik di Monaco, dan memang memiliki potensi hebat untuk menjadi pemain luar biasa di masa depan. Tetapi, harga sebesar itu bukanlah harga yang pantas untuk pemain yang baru memiliki 72 penampilan bersama klub lamanya. Remaja dengan banderol selangit tentu secara otomatis diberi ekspektasi yang selangit pula.

Pemain yang sudah memiliki jam terbang tinggi seperti Angel di Maria yang didaratkan dari Real Madrid seharga £59 juta dan menjadikannya pemain termahal di Inggris saja gagal memenuhi ekspektasi yang dibebankan kepada dirinya. Terlepas dari kesalahan posisi dan peran di Maria di skuat United, namun pada akhirnya ia memutuskan hengkang ke Paris Saint Germain dalam status sebagai pemain yang gagal bersinar di Inggris.

Baca juga

Ed Woodward dan Strategi Transfer MU


Ada Konspirasi di Transfer De Gea?


Pembelian Panik Dua Kesebelasan Besar Premier League



Bagaimana Manchester United mampu melepaskan tawaran gila bagi remaja berusia 19 tahun? Kegagalan mereka dalam membujuk Thomas Muller, Neymar Junior dan Gareth Bale bisa jadi membuat Louis van Gaal dan Ed Woodward kalap lalu melempar tawaran gila kepada A.S. Monaco untuk mengunci transfer Anthony Martial. Daripada tidak memiliki striker lain selain Wayne Rooney dan James Wilson, apalagi Chicharito dipastikan meninggalkan Theatre of Dreams menuju Bayer Leverkusen. Melihat kebutuhan mendesak ini, Monaco dengan sumringah melepaskan klausul gila bagi Manchester United, dan tentu, Manchester United yang sedang “kepepet” tak segan memenuhi klausul Anthony Martial.

Terlepas dari segala kegilaan yang sudah terjadi, beban nyata sudah berada di pundak Martial. Sang remaja harus membuktikan bahwa dirinya pantas dihargai sedemikian mahal dengan mencetak gol demi gol dan mencatat pencapaian-pencapaian luar biasa di masa depan, atau pergi dari Old Trafford dan meninggalkan noda hitam (lagi) bagi kebijakan transfer United era Louis van Gaal. Jika tidak, betapa mengerikannya beban yang harus ditanggung remaja seusia Martial, remaja termahal di dunia di bisnis sepakbola.

Semua akan segera terjawab kala Manchester United akan menjamu Liverpool di pekan kelima Barclays Premier League 12 September mendatang. Itu pun jika Martial diturunkan, tentu saja.

Penulis adalah mahasiswa yang hidup dan cinta sepakbola sejak kecil. Senang menulis analisis dan cerita sepakbola, dan berusaha untuk menjadi pandit sepakbola. Akun twitter : @andlazfootball

Komentar