Kejanggalan-kejanggalan di Hari Terakhir Putaran II ISL

Editorial

by Zen RS

Zen RS

Board of director | Panditfootball.com

Kejanggalan-kejanggalan di Hari Terakhir Putaran II ISL

Tidak Ada Siaran Langsung Laga Wilayah Timur

Seperti yang sudah diuraikan di bagian awal tulisan ini, situasi yang terjadi di wilayah Timur berlangsung lebih rumit karena masih ada lima kesebelasan yang sedang “menunggu nasib”. Dua kesebelasan masih berpeluang lolos 8 Besar (Persela, PSM) dan tiga kesebelasan sisanya masih mencoba menghindari dari degradasi (Perseru, Persepam dan Persiram Raja Ampat).

Kecuali Persiram, kesebelasan-kesebelasan itu masih punya satu pertandingan sisa di hari terakhir putaran II. Di hari terakhir itu, Persela menjamu Perseru, PSM bertandang ke kandang Mitra Kukar, sedangkan Persepam Madura United menghadapi Persipura.

Khusus untuk perebutan slot terakhir 8 Besar dari wilayah Timur, situasi menjadi rumit bukan hanya karena masih ada dua kesebelasan yang berpeluang lolos, tapi juga karena catatan head to head PSM dan Persela itu juga agak pelik.

Seperti diketahui, aturan PT Liga Indonesia (PT LI) menggariskan bahwa jika poin sama maka posisi diklasemen mula-mula akan ditentukan oleh rekor head to head masing-masing kesebelasan. Situasinya, head to head Persela vs PSM sama-sama seri baik putaran pertama maupun kedua. Sehingga jika Persela kalah dan PSM menang, kedua kesebelasan sama-sama punya nilai 28, maka siapa yang lolos akan ditentukan oleh selisih gol. Serunya, selisih gol kedua kesebelasan juga sama yaitu sama-sama minus 3 gol. Maka setiap gol akan sangat menentukan, dan setiap insiden bisa begitu berarti.

Sayang sekali, tidak ada satu pun dari laga menentukan di wilayah Timur ini yang disiarkan secara langsung. Jika di wilayah Barat berpersoalan dengan laga Persija dan PBR yang tidak dimainkan serentak, di wilayah Timur sebenarnya laga dimulai dengan kick off serentak, hanya saja tak ada yang menyiarkan langsung.

Alih-alih menyiarkan langsung laga menentukan di wilayah Timur, RCTI atau K-Vision memilih menyiarkan (dalam hal ini RCTI) laga Sriwijaya FC (SFC) vs Persib yang sudah tidak menentukan.  SFC sudah aman dari degradasi dan sudah pasti tidak lolos 8 Besar, sementara Persib sudah memastikan lolos 8 Besar.

Ada perjanjian tersendiri tentu saja antara operator liga dengan TV yang memiliki hak siar. Ada banyak variabel yang menentukan sebuah laga ditayangkan langsung atau tidak oleh televisi. Dari soal memperhitungkan rating yang terkait pemasukan iklan, jarak stadion terkait ongkos dan pengeluaran, dll.

Mungkin benar menayangkan langsung laga Persib lebih menjanjikan dari segi rating televisi atau menayangkan laga di Palembang (kandang SFC) lebih murah ketimbang mengirim kru ke Stadion Surajaya di Lamongan. Tapi tidak menayangkan salah satu laga di wilayah Timur tetap menyisakan lubang yang memungkinkan berlanjutnya "cerita alternatif yang tak pernah diakui": omongan tak sedap ihwal laga-laga yang tak ditayangkan langsung oleh televisi.

Laga Persela vs Perseru memang paling punya bobot. Pada laga itu, bukan hanya nasib Persela yang ditentukan, tapi juga Perseru. Dalam satu laga, ada dua jatah yang dipertaruhkan: jatah ke babak 8 Besar dan jatah degradasi.

Ada peluang yang dibiarkan lewat dengan tidak menayangkan laga Persela vs Perseru. Menayangkan laga Persela vs Perseru adalah peluang yang amat bagus untuk menjawab cerita-cerita alternatif seperti yang sudah disebutkan di paragraf sebelumnya. Ada semangat akuntabilitas yang ditegakkan dengan baik jika saja laga di Stadion Surajaya itu bisa ditayangkan oleh televisi secara langsung.

Industri televisi memang punya logikanya sendiri. Tapi pengelola sepakbola mestinya menggunakan peluang sekecil apa pun untuk membabat cerita-cerita alternatif demi menegakkan reputasi. Rating bukanlah segalanya, terlebih ketika peluang meraup rating yang lebih besar masih sangat terbuka di laga-laga seru yang masih akan tersaji di babak 8 Besar.

Halaman Berikutnya: Tertundanya Babak Kedua Laga Persela vs Perseru

Komentar