Lineker: Telat Berkembang, Malas Latihan, Tapi Sukses Sampai Sekarang

Cerita

by Redaksi 43

Redaksi 43

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Lineker: Telat Berkembang, Malas Latihan, Tapi Sukses Sampai Sekarang

Gary Lineker baru mengetahui rasanya bermain di kesebelasan utama sebuah kesebelasan profesional di usia 21 tahun. Baru pada usia 24 tahun ia berhasil mencetak gol pertama untuk Tim Nasional Inggris. Lineker terlambat berkembang, dan ia mengakuinya. Namun, itu semua tidak menjadi hambatan untuk menjadi pencetak gol terbanyak kedua Tim Nasional Inggris sepanjang masa, satu gol di belakang penguasa posisi pertama, Sir Bobby Charlton, yang bermain 26 kali lebih banyak darinya*.

Pengalaman yang minim pun tidak menjadi halangan bagi Lineker, yang baru mencetak enam gol untuk tim nasional ketika dibawa ke Piala Dunia 1986, untuk menyudahi kejuaraan tersebut sebagai pencetak gol terbanyak. Hingga saat ini ia masih satu-satunya orang Inggris yang berhasil meraih gelar pencetak gol terbanyak Piala Dunia.

Mengenai keberhasilan mencetak enam gol di Piala Dunia 1986, Lineker mengaku bahwa rahasia di balik prestasi tersebut adalah sepasang sepatu keberuntungannya.

“Aku beruntung,” ujar Lineker dalam sebuah sesi wawancara dengan FourFourTwo. “Dalam sepakbola internasional, kita harus memanfaatkan momen yang tepat. Keberuntungan selalu menjadi faktor. Aku bisa saja dicadangkan untuk pertandingan melawan Polandia pada Piala Dunia 1986 (pertandingan ketiga Inggris di fase grup; Lineker beranggapan dirinya beruntung dimainkan pada pertandingan tersebut karena ia tidak mencetak gol di dua pertandingan pertama)."

"Beberapa pemain dicadangkan untuk pertandingan itu, dan bisa saja salah satunya aku. Aku mungkin tidak akan pernah bermain untuk Inggris lagi. Namun, aku mendapat penangguhan hukuman dan mencetak hat-trick. Tiba-tiba aku menjadi kandidat peraih sepatu emas (gelar top skor). Secepat itu hal-hal berubah dalam sepakbola.”

Ketika FourFourTwo menyinggung sepatu keberuntungannya, Lineker berujar: “Mereka rusak! Aku harus memperbaikinya, namun aku tajam jika mengenakan sepatu itu. Dengan tiga pertandingan tersisa di liga pada 1986, aku lupa membawa sepatu itu dan kami kalah melawan Oxford United. Pada akhirnya itu membuat kami gagal menjadi juara, jadi aku selalu bertakhyul. Aku mengenakan sepatu itu sepanjang Piala Dunia.”

Sepatu Emas Piala Dunia 1986 hanya salah satu dari banyak prestasi Lineker. Penghargaan pencetak gol terbanyak liga saja ia raih sebanyak empat kali (satu Division Two, tiga Division One). Di Piala Dunia 1990 bersama Inggris, Lineker gugur di semi-final. Bersama semua kesebelasan Eropa yang ia bela, termasuk FC Barcelona, Lineker tidak pernah tidak juara.

Namun, bergelimang gelar sebagai pemain ternyata tidak membuat Lineker berniat memasuki dunia kepelatihan dan menambah panjang daftar prestasinya. Alasannya: Lineker bukan orang yang gila latihan.

“Aku tidak pernah benar-benar menyukai latihan, dan berpikir untuk menyaksikan orang lain berlatih...” ujar Lineker sambil tertawa dalam sebuah wawancara dengan The Guardian. “Aku berpikir bahwa untuk menjadi manajer, kita harus hidup dan bernapas dalam antusiasme sepakbola yang sangat besar, terhadap segalanya."

"Dan sementara aku mencintai permainan ini, dan permainan ini telah menjadi bagian besar dalam hidupku, ini bukan satu-satunya hal dalam hidupku.  Aku tidak ingin menghabiskan enam malam (sepekan) dan menyaksikan kesebelasan cadangan bermain untuk mencari pemain yang mungkin direkrut. Hidupku yang sekarang jauh lebih baik.”

Maksud Lineker mengenai hidup yang lebih baik adalah bekerja di media, menjadi pemandu acara televisi (BBC Match of the Day) yang gajinya begitu tinggi hingga memancing reaksi pers Inggris. Menarik melihatnya dibayar tinggi untuk kemampuannya menjadi pemandu acara, mengingat Lineker bukan seorang pembicara yang baik pada awalnya.

Lineker, yang pada awalnya ditempatkan di BBC Radio 5 Live, terus bekerja keras hingga pada akhirnya pada 1999, ketika Des Lynam meninggalkan Match of the Day, Lineker diangkat menjadi pemandu acara utama. Populartias mungkin memainkan peran besar dalam kemudahan mencari pekerjaan, namun adalah kerja keras yang membuat Lineker bertahan.

Di awal karirnya bersama program Match of the Day, Lineker bekerja keras di samping para editor acara. “Aku berkata kepada mereka untuk brutal kepadaku,” ujar Lineker. “Aku ingin belajar”. Secara khusus, Lineker juga menyewa jasa seorang pelatih vokal. Hasilnya terlihat nyata. Hingga saat ini ia berhasil mempertahankan posisinya, bahkan menerima bayaran yang sangat tinggi, di bisnis media yang katanya sangat kejam.

*Lineker mencetak 48 gol dalam 80 pertandingan sementara Charlton mencetak 49 gol dalam 106 pertandingan. Seiring dengan keberhasilan Wayne Rooney melewati rekor Charlton, Lineker kini duduk di peringkat ketiga.

Komentar