Review Vietnam U-23 vs Indonesia U-23 : Shin Tae-yong Melawan dengan Adaptasi yang Efektif

Analisis

by Bayu Aji Sidiq Pramono

Bayu Aji Sidiq Pramono

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Review Vietnam U-23 vs Indonesia U-23 : Shin Tae-yong Melawan dengan Adaptasi yang Efektif

Ada perbedaan mencolok dari kedua tim yang berlaga di laga pamungkas. Vietnam U-23 hampir tidak pernah mengganti formasi dasarnya. Mereka gemar sekali bermain dengan skema 3-4-3. Pengubahan skema hanya terjadi pada saat Vietnam menghadapi Filipina U-23, mereka bermain dengan format dasar 4-4-2. Sementara Indonesia, tidak pernah memainkan formasi dan komposisi pemain yang sama sejak pertandingan pertama hingga babak final. Mereka pernah bermain dengan skema 3-4-3, 4-3-3, 4-4-2, dengan detail-detail di dalamnya.

Di babak final, Vietnam kembali dengan formasi dasar 3-4-3. Hoang Anh Tuan kali ini memasang trio Nguyen Minh Quang, Donh Xuan Tien, dan Quoc Viet sebagai penyerang. Pada laga-laga sebelumnya, Hoang gemar merotasi tiga penyerang karena ia memiliki banyak pemain yang bisa bermain di posisi tersebut dengan kualitas yang setara. Pham Dhin Duy dan Kuat Van Khang tetap menjadi pilihan utama karena kontribusi dua pemain ini ketika melawan Laos dan Malaysia sangat besar.

Sementara Shin Tae-yong memberi kejutan di lini depan. Ramadhan Sananta yang selalu menjadi andalan duduk di bangku cadangan. Penggantinya adalah Muhammad Ragil dan Abdul Rahman yang diplot sebagai ujung tombak. Di lapangan, terlihat Rahman ditugaskan untuk lebih aktif turun menjemput bola dan bergerak lebih dinamis. Sementara Ragil tetap di posisi paling depan dan menjadi pemain yang paling sering masuk kotak penalti lawan.


Gambar 1 - Sebelas Pertama Vietnam U-23 dan Indonesia U-23

Keputusan Shin Tae-yong untuk merotasi pemain erat kaitannya dengan pernyataan Shin sebelum pertandingan. Pelatih asal Korea Selatan tersebut menyebutkan bahwa hanya ada 15 pemain yang siap diturunkan. Artinya, ia harus mengelola komposisi pemain agar mampu tampil maksimal sepanjang pertandingan. Ia juga memperhitungkan kemungkinan laga berlanjut ke babak tambahan.

Di awal babak pertama, kedua tim tampil sangat berhati-hati. Indonesia yang memiliki lima pemain dengan karakter bertahan memilih untuk menunggu di area sendiri. Terlepas dari penalti yang digagalkan Ernando, Vietnam tidak banyak mendapat kesempatan menembak. Hanya tercipta lima tembakan dan hanya satu yang tepat sasaran.

Peluang Vietnam banyak tercipta sejak babak kedua dimulai, sebab ketika Sananta dan Jeam Kelly Sroyer masuk, Indonesia lebih berani ambil risiko untuk menyerang. Robi dan Haykal yang sebelumnya lebih sering membantu serangan, kini lebih sering melakukan overlap. Peluang Vietnam dari transisi pun banyak tercipta dengan memanfaatkan ruang yang ditinggalkan bek sayap Indonesia. Rifky yang berperan sebagai gelandang bertahan kerepotan karena area yang harus ia lindungi terlalu luas.

Di kubu Indonesia, peluang lebih banyak tercipta melalui situasi bola mati atau lemparan ke dalam Robi Darwis. Shin Tae-yong menyadari bahwa dua gol yang bersarang ke gawang Vietnam berawal dari situasi tersebut. Meski demikian, terdapat beberapa peluang dari situasi open play ketika laga memasuki babak tambahan.

Terlepas dari hasil pertandingan, di tengah berbagai keterbatasan, tim berjuluk Garuda Muda mampu mengimbangi bahkan memberi perlawanan terhadap sang juara bertahan. Bermain selama 120 menit, keunggulan Vietnam sangat tipis. Mereka mendominasi 55 persen penguasaan bola dan melepaskan 21 tembakan yang tujuh diantaranya tepat sasaran. Sementara Indonesia melepaskan 19 tembakan yang empat diantaranya tepat sasaran.

Hal ini tidak lepas dari Shin Tae-yong yang tidak pernah berhenti beradaptasi. Bagaimana cara Shin beradaptasi hingga mampu menahan Vietnam selama 120 menit? mari kita bahas.

Mengimbangi Ide Serangan Vietnam

Seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa di laga final, Shin Tae-yong hanya memiliki 15 pemain yang siap bermain. Dengan jumlah ini, Shin bahkan tidak bisa memaksimalkan pergantian pemain. Terbukti hingga laga usai, hanya ada empat pemain yang masuk sebagai pemain pengganti yaitu Ramadhan Sananta, Jeam Kelly Sroyer, Esal Sahrul, dan Frengky Missa. Maka dari itu, pada laga ini adaptasi adalah kunci.

Adaptasi yang Shin lakukan di awal pertandingan adalah mengimbangi ide serangan Vietnam. Sejak pertandingan pertama, cara Viernam menembus pertahanan lawan adalah overload (unggul jumlah pemain) di pinggi lapangan, kombinasi, lalu mengirim umpan cutback ke lini kedua. Maka tidak heran jika Nguyen Minh Quang, Nguyen Quoc Viet, dan Hoang Minh Khoa sering mengancam. Shin memutuskan untuk menerapkan struktur pertahanan yang serupa dengan sturktur serangan Vietnam. Akibatnya, Vietnam gagal menciptakan overload di sayap karena jumlah pemain yang berhadapan seimbang.


Dari 3-5-2 menjadi 3-4-3

Vietnam mencoba cara lain dengan memasukkan Nguyen Hong Phuc menggantikan Khuat Van Khang. Dua pemain ini bermain pada posisi yang sama namun gaya bermain yang berbeda. Van Khang memiliki kelebihan dalam giringan bola sementara Hong Phuc punya kelebihan dalam memberikan umpan silang. Sejak Hong Phuc masuk, Vietnam cenderung mencoba lebih banyak mengirimkan umpan silang ke kotak penalti baik dari flank maupun dari area halfspace.

Cara ini cukup efektif bukan karena Vietnam berhasil menyambut umpan silang tersebut menjadi sebuah peluang, tapi Vietnam justru mendapat peluang dari second ball. Beruntung, Ernando bermain sangat cemerlang dengan penempatan posisi yang akurat. Berulang kali Ernando mementahkan tembakan yang berasal dari skema tersebut.

Melihat situasi ini, Shin Tae-yong merespon dengan memasukkan Frengky Missa menggantikan Rifky. Pergantian ini membuat struktur Indonesia bergeser menjadi 3-4-3. Kelly Sroyer yang sebelumnya berduet dengan Sananta digeser ke sayap kiri sehingga Frengky Missa bisa mengisi sayap kanan. Shin menginstruksikan Frengky dan Kelly Sroyer untuk banyak terlibat dalam menjaga area flank agar Vietnam kesulitan mengirimkan umpan silang. Keputusan ini membuat Vietnam lagi-lagi kesulitan untuk menciptakan peluang matang. Di sisi lain, Frengky yang masih segar dan punya keunggulan kecepatan, mendapatkan beberapa kali kesempatan untuk mengeksekusi serangan balik.


Hingga akhir pertandingan, Vietnam gagal menciptakan gol berkat adaptasi dan respon-respon taktikal Shin Tae-yong yang sangat efektif.

Ikuti terus perkembangan dan nikmati konten eksklusif dari turnamen sepakbola terbesar di Asia Tenggara di akun resmi sosial media Piala AFF, @affmitsubishielectriccup dan @affu23championshipofficial.

Komentar