Langganan Degradasi yang Kembali Menatap Divisi Tertinggi

Backpass

by Redaksi 24

Redaksi 24

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Langganan Degradasi yang Kembali Menatap Divisi Tertinggi

FC Nürnberg menatap asa kembali berkompetisi di Bundesliga 1 musim depan. Di klasemen sementara Bundesliga 2 2017/18, der Club nyaman menduduki peringkat kedua dengan torehan 57 poin. Nürnberg unggul 5 angka dari Holstein Kiel di peringkat ketiga.

Dengan dua laga tersisa—menghadapi SV Sandhausen (peringkat kedelapan) dan Fortuna Düsseldorf (pimpinan klasemen)—Nürnberg hanya membutuhkan satu kemenangan untuk menjauh dari kejaran Holstein dan meraih tiket promosi otomatis ke Bundesliga 1 musim 2018/19.

Tak hanya promosi, Nürnberg juga berpeluang menjuarai Bundesliga 2 musim ini. Untuk mengakhiri musim di peringkat teratas, Nürnberg perlu melewati dua laga tersisa dengan sapu bersih kemenangan.

Namun bagi Nürnberg , gelar juara mungkin hanya bonus. Yang paling penting bagi mereka tentunya mengamankan tiket promosi otomatis. Kembali ke divisi teratas bisa menjadi kado ulang tahun yang manis bagi klub yang didirikan pada 4 Mei 1900 ini. Bersaing di divisi tertinggi, biar bagaimana, adalah sebuah kelayakan bagi Nürnberg.

Dalam beberapa dekade terakhir, pamor Nürnberg memang lebih dikenal sebagai tim langgan degradasi. Bahkan mereka memegang rekor sebagai kesebelasan dengan jumlah degradasi terbanyak dalam sejarah sepakbola Jerman (delapan kali degradasi dari kompetisi strata utama). Meski begitu, Nürnberg tetaplah kesebelasan legendaris yang punya sejarah panjang di kancah sepakbola Jerman—biar bagaimana, Nürnberg tetap pemilik jumlah gelar juara liga Jerman terbanyak kedua.

Nürnberg tercatat sebagai kesebelasan dengan raihan trofi terbanyak di ajang Kejuaraan Nasional, yang pada masanya merupakan kompetisi utama sepakbola Jerman. Sejak tahun 1903 hingga 1963, delapan kali Nürnberg menjadi jawara di ajang tersebut. Gelar Rekordmeister (rekor juara terbanyak) pun disandang Nürnberg karena kesuksesan tersebut.

***

Cerita berubah saat sepakbola Jerman berbenah. Per 1963, Jerman menggelar kejuaraan profesional bernama Bundesliga. Seiring dengan performa yang terus mengalami penurunan, Nürnberg pun kepayahan di kompetisi baru itu.

Dalam lima tahun pertama penyelenggaraan Bundesliga, status Nürnberg tak lebih dari kesebelasan papan tengah. Menduduki peringkat keenam di klasemen akhir adalah pencapaian terbaik Nürnberg sepanjang setengah dekade kiprahnya di Bundesliga.

Keterpurukan Nürnberg mencapai puncaknya di musim 1966/67. Saat kompetisi baru berjalan setengah musim, der Club sudah terseok di papan bawah klasemen. Ancaman degradasi membayangi perjalanan Nürnberg di musim tersebut.

Tak mau larut dalam keterpurukan, pada November 1966, manajemen Nürnberg pun bersikap dengan mendepak Jeno Csaknady dari kursi kepelatihan. Posisi pelatih asal Hungaria itu kemudian diisi oleh Jeno Vincze.

Namun Vincze pun gagal memenuhi ekspektasi manajemen dan para pendukung Nürnberg. Kiprahnya sebagai pelatih kepala hanya bertahan selama satu bulan. Manajemen klub kemudian mengambil langkah tegas dengan mendatangkan Max Merkel sebagai pelatih.

Bukan tanpa alasan manajemen memanggil Merkel untuk mengangkat performa Nürnberg yang kala itu terpuruk. Pelatih berkebangsaan Austria itu punya rekam jejak mengagumkan sebagai pelatih di Bundesliga kala itu.

Sebelum pindah ke Nürnberg, Merkel tercatat sebagai pelatih yang sukses memberi kejayaan bagi TSV 1860 München. Selama lima musim kiprahnya bersama 1860 München, Merkel sukses membawa Die Löwen meraih gelar juara Bundesliga 1965/66, dan mencapai final Piala Winners 1965.

Keputusan manajemen Nürnberg mendatangkan Merkel terbukti tepat. Perlahan namun pasti der Club mulai merangkak menjauhi papan bawah. Di akhir kompetisi mereka merangsek ke posisi 10 besar. Nürnberg selamat dari degradasi dan Merkel pun dipertahankan untuk menukangi tim di musim selanjutnya.

Kepercayaan penuh manajemen pun tak disia-siakan Merkel. Menuju musim 1967/68, Merkel mencoba membangun Nürnberg menjadi kesebelasan solid. Perombakan besar dilakukan Merkel. Sembilan pemain senior dipersilahkan pergi meninggalkan Max-Morlock-Stadion, tak terkecuali Stefan Reisch. Sebagai gantinya, Merkel mendatangkan enam pemain baru seperti August Starek hingga Zvezdan Cebinac.

Perombakan Merkel pun berbuah hasil impresif. Nürnberg melaju kencang, melewati 34 penampilan dengan 19 kemenangan, 9 hasil imbang, dan 6 kekalahan. Hasil tersebut membuat Nürnberg menjadi juara Bundesliga 1967/68.

Kredit khusus layak diberikan kepada Merkel yang mampu menyulap Nürnberg dari tim papan tengah menjadi tim juara hanya dalam tempo satu tahun. Tak ayal, setelah keberhasilan tersebut Merkel pun berhasil mengambil hati penggemar juga para pemainnya sendiri.

Tapi setelah itu, kebijakan aneh dilakukan Merkel. Entah terinspirasi dari keberhasilan merombak tim di musim sebelumnya, Merkel juga melakukan perombakan besar-besaran jelang bergulirnya musim 1968/69. Sebanyak 11 pemain dibiarkan hengkang, salah satunya Franz Brungs yang mencetak 25 gol di musim 1967/68. Brungs dijual ke Hertha Berlin bersama gelandang Karl-Heinz Ferschal.

Sebagai gantinya, 13 pemain baru didatangkan, dengan 5 di antaranya merupakan pemain promosi dari tim cadangan. Apa yang dilakukan Merkel tentu sangat berisiko, merombak ulang tim juara dengan mendatangkan banyak pemain baru yang rata-rata berusia muda.

Akibatnya, performa Nürnberg mulai menukik turun. Dari awal Oktober 1968 hingga Februari 1969, mereka hanya mampu menang sekali di Bundesliga.

Blunder yang dilakukan Merkel di jendela transfer musim panas 1968 pun harus dibayarnya dengan pemecatan. Tepat pada 24 Maret 1969, Merkel didepak dari kursi kepelatihan Nürnberg. Posisinya digantikan Robert Körner, yang sebelumnya menjabat sebagai asisten pelatih. Tapi, Körner pun gagal mengangkat performa tim. Ia dipecat pada 12 April 1969.

Sebagai gantinya, Kuno Klötzer didatangkan dari Rot-Weiss Essen. Target yang dibebankan kepada Klötzer jelas untuk menyelamatkan Nürnberg dari ancaman degradasi. Secercah harapan dimiliki Nürnberg di awal kepemimpinan Klötzer. Tiga pertandingan awal kiprahnya sebagai pelatih Nürnberg dilalui dengan kemenangan, yang diikuti dengan hasil imbang melawan Werder Bremen dan Borussia Dortmund.

Sayangnya, kekalahan tiga gol tanpa balas dari FC Köln di laga pamungkas Bundesliga 1968/69 memupuskan harapan Nürnberg bertahan di Bundesliga. Kekalahan tersebut membuat mereka tertahan di posisi 17 klasemen akhir kompetisi. Nürnberg pun terdegradasi untuk kali pertama dalam kiprahnya di Bundesliga. Satu hal lain, mereka juga mencatatkan rekor sebagai klub pertama yang terdegradasi sebagai juara bertahan.

***

Setelah peristiwa nahas itu, Nürnberg membutuhkan waktu sekitar sembilan tahun lamanya untuk kembali merumput di Bundesliga. Di musim 1978/79, mereka untuk kali pertama kembali bermain di strata tertinggi sepakbola Jerman, namun kembali terdegradasi di akhir musim.

Miris memang, karena setelah itu performa Nürnberg terus mengalami fluktuasi, bahkan menjadi langganan degradasi. Kali terakhir mereka terdegradasi adalah musim 2013/14 setelah menyelesaikan kompetisi di peringkat ke-17.

Setelah empat tahun, Nürnberg pun berjuang untuk kembali berkompetisi di Bundesliga. Kesempatan itu pun datang di akhir musim 2017/18.

Komentar