Faktor-faktor yang Membangunkan Raksasa Tidur Newcastle United

Analisis

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Faktor-faktor yang Membangunkan Raksasa Tidur Newcastle United

Newcastle United memastikan kembali berlaga di Liga Champions setelah absen selama 20 tahun. The Magpies berada di peringkat empat klasemen akhir Premier League musim 2022/2023. Hal ini merupakan peningkatan yang signifikan dari target klub pada musim ini. Artinya, tidak sia-sia investor dari negara Arab yang menghabiskan 250 juta untuk membeli pemain dalam tiga jendela transfer.

Dalam mengarungi musim ini, klub yang bermarkas di St James Park tersebut tampil luar biasa. Rupanya, mulai dari investasi, bursa transfer, dan keajaiban penampilan di lapangan, menjadi kunci peningkatan Newcastle pada musim ini.

Dilematis Kepemilikan Konsorsium Arab Saudi

Rencana Mike Ashley melepaskan saham terbesar menjadi kabar menggembirakan bagi para pendukung Newcastle karena banyak keputusan Ashley yang tidak disukai, seperti gonta-ganti pelatih, pelit dalam bursa transfer pemain, yang berakibat pada posisi klub yang cenderung berkutat dengan zona degradasi.

Meski sempat dilanda kekhawatiran soal hak asasi manusia atas kasus Jamal Khashoggi, mayoritas dari mereka justru menyambut baik adanya wacana akuisisi investasi konsorsium pengusaha-pengusaha Arab Saudi. Sejak adanya kabar tersebut, semakin banyak para suporter Newcastle yang berdandan ala orang-orang Arab sambil bersuka cita.

Sebab mereka tentu tidak sabar dengan pergerakan konsorsium dari negara-negara Asia Barat dalam pengelolaan klub sepak bola. Manchester City dan Paris Saint-Germain (PSG) adalah contoh nyata. Kendati demikian, para suporter Newcastle juga tetap menggabungkan kampanye-kampanye keadilan dengan tulisan "Justice for Jamal Khashoggi".

"Tanggapan awal saya berharap pengambilalihan itu adalah kegembiraan. Dan kemudian hal itu dengan cepat berubah menjadi kegelisahan ketika saya menyadari bahwa kita pada dasarnya dimiliki oleh bangsa yang kuat namun menyetujui pembunuhan seorang jurnalis, serta memiliki rekor mengerikan tentang LGBT dan hak-hak perempuan," ujar Emma Holbrook, salah satu pendukung Newcastle, seperti dikutip dari CNN.

Saudi Public Investment Fund (PIF), PCP Capital Partners, dan Reuben Brothers, resmi mengakuisisi Newcastle pada 2021. Manuver pertama yang dilakukan oleh para pemilik baru The Magpies itu adalah mengubah hal yang paling dasar, yaitu mengganti sang peramu taktik. Steve Bruce pun harus rela meninggalkan kursi manajer yang digantikan Eddie Howe.

Baca Jaga:

Menyoal Regulasi Liga 1 2023/2024

Kebijakan Bursa Transfer yang Tepat

Harapan para suporter Newcastle soal perekrutan pemain memang tidak langsung diwujudkan para pemilik. Dalam soal ini, Howe lebih berhati-hati dalam memilih pemain. Mantan manajer AFC Bournemouth itu merekrut pemain-pemain sesuai dengan kebutuhan kesebelasannya.

Bruno Guimaraes, Chris Wood, Dan Burn, Kieran Trippier, Matt Targett, dan lainnya, didatangkan pada bursa transfer Januari 2022. Kecuali Wood, pemain-pemain tersebut masih menjadi andalan Howe di rata-rata susunan 11 awal formasi 4-3-3. Kekuatan mereka digabung dengan para pemain-pemain yang sudah diandalkan Newcastle sebelumnya, seperti Allan Saint-Maximin, Callum Wilson, Fabian Schar, Joelinton, Joe Willock, Miguel Almiron, dan lainnya.

Pondasi itulah yang membuat Howe tidak terlalu gila-gilaan dalam perekrutan pemain pada bursa transfer berikutnya, sekaligus menepis perkiraan hampir semua penikmat sepakbola Inggris. Hanya Alexander Isak, Luis Karius, Nick Pope, Sven Botman, dan lainnya yang direkrut Newcastle pada bursa transfer musim panas 2022.

Meski tidak sebanyak atau semewah yang diperkirakan, namun perekrutan-perekrutan tersebut dibilang efektif. Isak menjadi mesin gol baru selain Wilson yang sempat melempem pada musim sebelumnya. Sementara Pope dan Botman menjadi penjamin kekuatan pertahanan Newcastle yang sebelumnya selalu mudah dibobol lawan.

Semakin kuatnya skuad Newcastle itu membuat Howe tidak terlalu hambur membeli pemain-pemain bintang Piala Dunia 2022. Buktinya, hanya Anthony Gordon yang direkrut The Magpies pada bursa transfer Januari lalu. Dengan perekrutan Gordon, Howe bukan hanya tahu kebutuhan kesebelasannya, melainkan membangun pondasi jangka panjang juga.

Buktinya, Howe dan pasukannya mampu berada di peringkat empat klasemen akhir Liga Primer Inggris 2022/23. Keberhasilan Newcastle itu tidak hanya dari investasi dari peralihan kepemilikan saja. Pastinya ada strategi dan taktik Howe yang membuat kemajuan bagi klub yang berdiri pada 9 Desember 1892 ini..

Perkembangan Filosofi Eddie Howe

Performa ajaib Newcastle musim ini tidak lepas dari peran Eddie Howe sebagai manajer. Howe mampu meraih rata-rata 1,81 poin per laga. Jika dikalkulasikan dengan musim lalu, Howe mampu meraih 1,97 poin per laga. Sebelumnya, Howe dikenal sebagai pelatih yang memiliki filosofi sepakbola menyerang cepat dengan mengandalkan sayap. Namun setelah berguru di Spanyol, Howe menambah variasi sepak bola menyerangnya dengan menguasai bola.

Penguasaan bola mereka diiringi dengan kesabaran membangun serangan dari belakang melalui umpan dekat maupun jauh. Saat itu juga, Newcastle mendorong lebih banyak pemain ke depan untuk menekan pertahanan lawan. Komposisi lini belakang formasi 4-3-3 berubah menjadi tiga bek karena salah satu full-back sering naik lebih tinggi untuk membantu serangan. Alhasil, salah satu pemain sayap bisa melebar maupun intens berduel satu lawan satu dengan pemain bertahan lawan.

Bek sayap yang sering naik itu adalah Kieran Trippier. Ia sering naik ke depan untuk mendukung sayap kanan yang biasa ditempati Miguel Almiron. Alhasil, Almiron bisa bergerak melebar tanpa bola. Tidak hanya sayap, para gelandang Newcastle juga terkadang bergerak melebar agar menarik bek sayap dan gelandang bertahan lawan keluar dari daerahnya.

Dengan taktik itu, bola dengan cepat bersirkulasi dari sisi ke sisi, sebab Jamaal Lascelles dkk sering memindahkan bola dari satu sisi ke sisi lain untuk menghindari hadangan lawan. Dengan memanfaatkan sisi lapangan, Newcastle memang menargetkan kelemahan bek sayap lawan, terutama bagi lawan yang menggunakan formasi empat bek..

Para gelandang Newcastle juga mampu mendorong posisi yang lebih tinggi di antara lini pertahanan dan tengah lawannya. Hal itu membuat lawan menciptakan ruang di lini tengah untuk gelandang Newcastle maju ke area kotak penalti lawan. Hal ini akan menciptakan ruang lebar antara bek lawan dengan sistem pertahanan garis rendah.

Secara keseluruhan, lawan akan berada di posisi yang sempit dan tertekan untuk menguasai bola. Para gelandang dan bek sayap lawan tidak mampu memberikan perlindungan di area pertahanan. Atau ketika ingin balik menekan setelah kehilangan penguasaan bola. Mereka dipersempit oleh lini depan lawan Newcastle sekaligus memberikan ruang bagi penyerangnya. Dari sini, mereka memberikan hukuman yang kejam kepada lawan-lawannya.

Kemampuan menjaga jarak out of possession antar pemain yang benar membuat Newcastle mampu menembus pertahanan lawan. Para gelandang pun mampu leluasa mengirimkan bola kepada Alexander Isak di depan gawang. Filosofi seperti inilah yang mampu membuat klub berusia 130 tahun itu menciptakan peluang sebanyak mungkin.

Newcastle pun sering memulai pertandingan dengan luar biasa karena bisa mencetak gol dalam 10 menit pertama. "Kami mematikan dalam penyelesaian akhir dan segala sesuatu tentang setengah jam pertama, itu adalah kedudukan yang kami inginkan. Kami ingin sepak bola yang progresif. Para pemain harus mengambil banyak situasi dan mereka melakukannya dengan sangat baik," papar Howe seperti dikutip dari Coaches Voice.

Saat bertahan, setiap pemain Newcastle menekan cukup tinggi yang berfokus untuk memenangkan bola secepat dan seefisien mungkin dari lawan. Saat itu juga para pemain The Magpies menutup zona serangan lawan dan mendesak lawan berbuat kesalahan sehingga peluang-peluangnya pun tertutup.

Pesaing Juara Musim Depan

Sejak Newcastle diambil alih investor dari Arab pada Oktober 2021, para suporternya berharap adanya bursa transfer gila-gilaan. Namun klub pengoleksi empat gelar Liga Inggris ini justru menggunakan uang dengan sangat bijaksana. Kebijakan transfer yang tepat, pemilihan pemain yang sesuai dengan kebutuhan tim, dan strategi permainan yang solid, membuat mereka berada di peringkat empat klasemen akhir Liga Primer Inggris 2022/23.

Seandainya materi pemain Howe pas-pasan seperti yang pernah dialaminya bersama AFC Bournemouth, ia tidak akan bisa menunjukkan pencapaian ajaib seperti di Newcastle saat ini. Nama-nama pemain incaran Howe untuk musim depan pun sudah terdengar seperti Declan Rice (West Ham United), Dominik Szoboszlai (RB Leipzig), James Maddison (Leicester City), Kieran Tierney (Arsenal), Mason Mount (Chelsea), Neymar (PSG), Nico Williams (Athletic Club).

Bayangkan jika semua pemain itu resmi berseragam Newcastle, maka klub ini bukan hanya pesaing empat besar lagi, melainkan turut meramaikan perebutan gelar juara kompetisi-kompetisi sepak bola Inggris dan Eropa pada musim depan.

Komentar