Portland Timbers, Ironi Kesebelasan dari Soccer City-nya Amerika Serikat

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Portland Timbers, Ironi Kesebelasan dari Soccer City-nya Amerika Serikat

Oleh: Rayval Abdi*

Bicara tentang Major League Soccer alias MLS, kesebelasan yang mungkin paling terpikirkan di benak kita adalah LA Galaxy. Ini tentu wajar mengingat banyak pemain mereka pernah main di liga top Eropa macam kakak beradik Giovanni dan Jonathan Dos Santos, Romain Alessandrini, Ashley Cole, hingga Zlatan Ibrahimovic.

Selain LA Galaxy, New York Red Bulls juga sering disebut karena pernah disinggahi Thierry Henry dan Tim Cahill. Pun dengan New York City FC yang sekarang dihuni oleh David Villa dan pernah dihuni oleh “Il Professore” Andrea Pirlo. Lalu ada Seattle Sounders dengan jagoannya, Clint Dempsey dan Obafemi Martins, dan Orlando City yang menjadi pemberhentian terakhir Ricardo Kaka.

Namun, ketika mendengar nama Portland Timbers, banyak orang yang tidak terlalu familiar dengannya. Ini wajar. Portland Timbers cenderung jarang dihuni oleh pemain yang notabene merupakan (bekas) pemain terkenal. Kendati demikian, klub berlogo bulatan kayu dan kapak ini cukup menarik untuk diketahui lebih jauh, mengingat situs Copa90 melabelinya sebagai klub paling hipster di dunia. Timbers hanya kalah dari St. Pauli di Jerman yang sudah lebih dulu dilabeli klubnya para hipster.

Portland Timbers sejatinya merupakan sebuah legenda dalam persepakbolaan Amerika Serikat. Timbers, bersama Seattle Sounders, San Jose Earthquakes, dan Vancouver Whitecaps, merupakan kesebelasan MLS jebolan dari NASL jilid pertama periode 1968-1984. NASL merupakan liga “glamor” pertama di Amerika dan merupakan cikal bakal dari MLS itu sendiri.

Portland Timbers didirikan pada 1975 sebagai bagian dari ekspansi NASL. Salah satu ciri khas dari liga olahraga di Amerika Serikat adalah adanya ekspansi dari penyelenggara ke kota-kota di AS. Sebagai klub yang baru terbentuk, pencapaian mereka bisa dibilang luar biasa dengan memuncaki klasemen Konferensi Barat. Timbers juga menjadi runner-up di NASL setelah dikalahkan oleh Tampa Bay Rowdies di ajang Soccer Bowl, babak final NASL yang merupakan pertemuan dari dua juara Konferensi Barat dan Timur).

Selama berlangsungnya NASL setelah tahun 1975, prestasi Timbers cenderung baik, dengan tidak pernah berada di bawah peringkat keempat di Konferensi Barat. Pencapaian terjauhnya pasca 1975 terjadi pada 1978 ketika mereka berhasil melaju ke Final Konferensi Barat. Namun mereka kalah dari New York Cosmos yang ketika itu dipenuhi oleh pemain-pemain bintang, seperti Franz Beckenbauer, Giorgio Chinaglia, Carlos Alberto, dan Johan Neskeens. Pele bermain untuk Cosmos setahun sebelumnya. Ketika melawan Timbers, Pele sudah pensiun.

Seiring dengan bangkrutnya NASL pada 1984, Portland Timbers pun mengalami berbagai perubahan. Setelah NASL, kesebelasan ini berganti nama menjadi FC Portland yang berlaga beberapa kompetisi sepakbola di Amerika pada 1984-1989. Kemudian, pada 1989, seorang pengusaha lokal Portland yang merupakan fans Timbers edisi NASL, Art Dixon, mengambil alih FC Portland dan mengembalikan namanya ke Portland Timbers. Para Timbers Army, sebutan untuk penggemar Portland Timbers sangat berharap besar padanya. Namun, harapan itu pupus ketika tahun 1990, Portland Timbers bangkrut.

Selama 11 tahun lamanya Portland Timbers tidak terdengar gaungnya, bahkan cenderung mati. Sampai pada 2001, Timbers mulai ikut dalam A-League, kompetisi tingkat kedua di Amerika Serikat. Pada 2004, A-League di re-brand menjadi USL First Division. Timbers ikut di A-League dan USL First Division selama sembilan tahun. Sekadar info, sebelum 1996, A-League adalah kompetisi sepakbola tertinggi di Amerika. Setelah itu, digantikan oleh MLS dan A-League menjadi kompetisi tingkat kedua.

Pada 2007, Timbers diakuisisi oleh Merritt Paulson, pengusaha di Portland, yang juga anak Henk Paulson, Sekretaris Keuangan Amerika Serikat era Presiden George Bush. Paulson pun mengumumkan kalau Timbers akan bergabung dengan MLS. Ia pun mengubah PGE Park yang awalnya stadion bisbol, menjadi stadion sepakbola. Pada 2009, Portland Timbers resmi menjadi kesebelasan ke-18 MLS. Namun, Timbers baru memulai musim pertamanya di MLS pada 2011.

Selama delapan tahun kiprah mereka di MLS sampai 2018 ini, prestasi mereka bisa dibilang bagus untuk kesebelasan yang minim menggunakan marquee player. Timbers tiga kali masuk ke babak play-off, dengan prestasi tertinggi menjadi juara pada 2015 dengan mengalahkan Columbus Crew. Keberhasilan mereka ini benar-benar di luar dugaan, mengingat mereka hanya diisi oleh skuat yang cenderung seadanya, jika dibandingkan dengan tim-tim lainnya di MLS yang masuk ke babak play-off.

Harus diakui, walaupun sudah mampu berbicara banyak di MLS, Portland Timbers kurang terdengar namanya di dunia persepakbolaan Amerika. Bahkan, namanya sendiri masih kalah terkenal jika dibandingkan dengan rival terberatnya, Seattle Sounders yang punya skuat lebih mentereng. Sebut saja Clint Dempsey yang malang melintang di Premier League, juga Gustav Svensson dan Nicolas Lodeiro yang masuk lineup skuad timnas Swedia dan Uruguay.

Ini merupakan sebuah ironi untuk kesebelasan yang yang berasal dari kota yang menjadi Soccer City-nya Amerika Serikat. Walaupun begitu, bukan berarti Timbers tidak punya pemain yang punya reputasi bermain di liga top Eropa. Di zaman NASL, Timbers pernah dihuni dua pemain top, yaitu Peter Withe (pencetak gol kemenangan Aston Villa di Final European Cup 1982 melawan Bayern Munchen dan mantan pelatih timnas Indonesia) dan Rob Rensenbrink (pemain Belanda yang menjadi bagian dari masa kejayaan Belanda melalui total football-nya Rinus Michels).

Di era MLS, ada beberapa pemain Timbers yang berpengalaman di liga top Eropa, di antaranya yaitu Steven Taylor (mantan pemain Newcastle), Liam Ridgewell (mantan pemain Aston Villa dan West Bromwich Albion), Mikael Silvestre (mantan pemain Inter Milan, Manchester United, dan Arsenal), dan sang legenda klub, yaitu Diego Valeri yang pernah bermain di Porto.

Bagaimana, mulai tertarik untuk mengenal Portland Timbers?


*Penulis adalah pelajar SMA. Bisa ditemui di @AbdiRayval (twitter) dan @rayval_ (instagram)

**Tulisan ini merupakan hasil kiriman penulis melalui kolom Pandit Sharing. Segala isi dan opini yang ada dalam tulisan ini merupakan tanggung jawab penulis.

Komentar