Bagaimana Egy Dapat Masuk Rancangan Shin Tae-yong?

Taktik

by Redaksi 15

Redaksi 15

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Bagaimana Egy Dapat Masuk Rancangan Shin Tae-yong?

Tim Nasional Indonesia kedatangan bala bantuan dari Slowakia. Egy Maulana Vikri yang absen selama fase grup Piala AFF 2020 resmi bergabung dengan skuad Garuda pada Hari Selasa, 21 Desember 2021. Kedatangan Egy ini tentu akan memberi warna tersendiri di tim asuhan Shin Tae-yong, apalagi pemain kelahiran 7 Juli 2000 itu datang dengan status pencetak gol terbaik Liga Slovakia edisi Bulan Desember 2020. Namun pertanyaannya, bagaimana Egy bisa masuk ke dalam rancangan Shin Tae-yong saat ini? Mengingat tanpa Egy sekalipun Indonesia tercatat sebagai tim paling produktif di Piala AFF 2020.

Menurut data Transfermarkt, Egy sudah tujuh kali bermain menggunakan seragam merah-putih di bawah arahan Shin Tae-yong. Mayoritas dari tujuh penampilan itu ia habiskan mengisi sisi kanan sayap Garuda (empat kali), dua kali mengisi sisi kiri, dan sekali dipercaya jadi ujung tombak. Tapi dari tujuh penampilan itu, hanya satu kali Egy bermain penuh selama 90 menit (vs Oman). Enam lainnya entah masuk dari bangku cadangan atau ditarik ke luar di tengah pertandingan.

Dengan kata lain, artinya Shin Tae-yong memiliki cukup banyak opsi di posisi Egy. Hal itu juga sudah terlihat selama fase grup Piala AFF 2020. Bagaimana hanya Alfeandra Dewangga (bek) dan Ricky Kambuaya (gelandang tengah) yang tak tersentuh dari sebelas pemain utama Shin Tae-yong. Bukan berarti Egy tidak bisa memberikan kontribusi ke dalam tim. Jika demikian, untuk apa namanya masuk ke dalam skuad Garuda sejak awal turnamen diselenggarakan?

Sesuai Kebutuhan Lini Serang

Jika ada satu hal yang paling menonjol dari racikan Shin Tae-yong selama Piala AFF 2020, adalah bagaimana dirinya bisa memaksimalkan atribut terbaik pemain sekalipun menempatkan mereka di luar posisi aslinya. Irfan Jaya dan Witan Sulaeman contohnya

Kedua pemain tersebut memiliki posisi yang sama dengan Egy, sayap kanan, akan tetapi Shin Tae-yong sedikit mengubahnya selama gelaran turnamen. Irfan mengisi sisi kiri di tiga pertandingan pertama Tim Nasional Indonesia (vs Kamboja, Laos, dan Vietnam). Ketika Irfan kembali ditempatkan di kanan melawan Malaysia, Witan didorong ke depan untuk menemani Ezra Walian sebagai penyerang.

Di mana Irfan dan Witan ditempatkan tidak menghalangi keduanya bermain dengan keahlian mereka, cepat, dan berani menusuk pertahanan lawan dari lini kedua.

Hal serupa juga diterapkan ke Rachmat Irianto. Meski sering menjalankan tugas sebagai gelandang bertahan di Persebaya, Rachmat sebenarnya merupakan seorang bek tengah. Selama Piala AFF 2020, dirinya selalu dipasang Shin Tae-yong di lini tengah, menjadi tembok pertama pertahanan di depan Dewangga dan Fachrudin Aryanto atau Rizky Ridho.

Kehadiran Rachmat di lini tengah bahkan membuat Evan Dimas harus rela duduk di bangku cadangan. Padahal secara logika, Shin Tae-yong bisa saja menempatkan Rachmat Irianto sebagai bek, berduet dengan Dewangga, dan Evan tetap mendapatkan tempat di lini tengah.

Namun hal itu tidak sesuai kebutuhan nakhoda asal Korea Selatan tersebut. Duet Evan dan Ricky bisa membuat Indonesia kehilangan tembok di lini tengah. Keduanya memiliki tendensi untuk aktif terlibat dalam membangun serangan dan bisa membuka lubang. Mungkin jika duet itu diterapkan sejak awal, Indonesia akan sangat rentan terhadap serangan balik lawan. Terlepas dari kemampuan pemain yang mengisi lini pertahanan.

Melihat hal ini, wajar jika hal sama kemudian diterapkan ke Egy. Ya, Egy merupakan salah satu bintang sepakbola Indonesia. Dia pernah bermain di Polandia, mendapatkan nomor punggung 10 dari Lechia Gdansk, dan datang ke Singapura dengan catatan positif dalam beberapa pertandingan terakhirnya bersama FK Senica. Di sisi lain, sejak awal menangani Indonesia, Shin Tae-yong sepertinya memberi sinyal bahwa tidak ada perlakuan khusus untuk Egy dengan sering menempatkan talenta berjuluk ‘Messi Indonesia’ itu di bangku cadangan.

Egy dikenal sebagai pemain dengan teknik di atas rata-rata. Ia lincah, tapi bukan cepat. Setidaknya jika dibandingkan dengan Witan dan Irfan, Egy selalu butuh satu atau dua sentuhan untuk membuat dirinya merasa nyaman dengan bola dan baru berusaha meliuk-liuk melewati lawan. Sementara Witan dan Irfan lebih mengandalkan kecepatan dibandingkan kelincahan mereka. Keduanya dapat berlari menggiring bola dan langsung melepaskan bola tanpa terlalu lama menguasai bola.

Satu atribut terbaik Egy di atas lapangan adalah kemampuannya menarik lawan. Jika melihat kembali penampilannya bersama Senica dalam beberapa pertandingan terakhir mereka, setiap Egy menguasai bola dan mendapatkan waktu berkreasi, ia selalu berhasil membuat lawan ke luar dari daerah mereka dan buka ruang untuk rekan-rekan nya. Selain itu, Egy juga rajin membantu pertahanan.

Dengan kemampuan seperti itu, bukan tidak mungkin Egy pada akhirnya dipercaya Shin Tae-yong sebagai penyerang atau setidaknya gelandang serang, beroperasi di area tengah dan terkadang melebar ke sayap. Egy bisa dimaksimalkan untuk menahan bola, menarik perhatian bek-bek lawan, dan membuka ruang untuk Witan atau Irfan Jaya di sektor sayap. Egy akan dimaksimalkan dengan kebutuhan tim, tanpa ada jaminan di mana ia ditempatkan. Sama seperti pemain-pemain lain.

Panggung Terbesar Egy

Egy datang ke Singapura dengan catatan positif. Selama membela FK Senica di musim 2021/2022, ia sudah terlibat dalam enam gol dari 13 penampilan, termasuk dua gol ke MSK Zilina. Salah satunya jadi gol terbaik Liga Slovakia di Bulan Desember 2021. Meski demikian, masa depan Egy di Senica sedang terancam.

Kepada Sport Aktulity, Presiden Direktur Senica Peter Snegon mengakui pihak klub tengah mengalami krisis. Senica terlilit hutang lebih dari satu juta Euro dan berpeluang degradasi dari divisi tertinggi Slovakia sekalipun di peringkat enam klasemen sementara. “Kami tidak memperlakukan klub ini sebagai sebuah mainan. Kami minta dukungan dari masyarakat untuk membantu Senica tetap ada di divisi utama Slovakia, tapi harus saya akui ini adalah pertarungan yang berat,” aku Snegon.

Egy mengaku senang bermain di Senica, “Mereka menerima saya dengan sangat baik. Saya senang berada di sini, apalagi kehidupannya tidak beda jauh dengan Polandia,” aku jebolan SKO Ragunan itu. Tapi Snegon mengakui bahwa masalah ini juga membuat Senica berpeluang kehilangan Egy.

“Kami menjadikan Egy sebagai prioritas. Bukan hanya dari segi komersil, dia jelas memiliki masa depan sebagai seorang pesepakbola. Ini adalah masalah uang dan kami tidak bisa memaksa,” jelas Snegon.

Memiliki kontrak dengan Senica hingga 31 Desember 2021, Snegon mengatakan bahwa pihak klub sedang berusaha bernegosiasi dengan pihak Egy. Tapi di sisi lain, Direktur Senica Daniel Balda juga mengakui bahwa sebelum Egy mendarat di Senica, mereka juga harus bertarung dengan klub Korea Selatan dan Jepang. Tidak ada yang tahu ke mana Egy akan berlabuh sesuai Piala AFF 2020, yang jelas untuk sementara turnamen antar negara-negara Asia Tenggara ini adalah panggung terbesar untuk Egy.

Komentar