Setelah Istirahat Panjang, Bisakah Liverpool Bangkit dan Rebut Empat Besar?

Analisis

by Redaksi 7

Redaksi 7

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Setelah Istirahat Panjang, Bisakah Liverpool Bangkit dan Rebut Empat Besar?

Awal tahun 2021 adalah periode berat bagi Liverpool. Performa The Reds menurun drastis, hasilnya, mereka yang tadinya bersaing memperebutkan gelar juara, anjlok ke luar empat besar. Mereka harus menunggu hingga pertandingan keempat untuk meraih kemenangan perdana di ajang Premier League pada 2021. Yang lebih buruk adalah, anak asuh Juergen Klopp mencetak rekor buruk yang tak diinginkan: kalah enam kali beruntun di Anfield, pertama kalinya sepanjang sejarah klub.

Liverpool terlihat kepayahan sepanjang periode ini. Boleh dikata bahwa skuad yang dijuluki Klopp “mentality monster” kelelahan secara fisik maupun mental. Kendati tetap tampil dominan, mencatatkan penguasaan hingga 60-70%, Liverpool kalah dari tim-tim seperti Burnley, Brighton, hingga Fulham.

Kini, Liverpool mendapat istirahat panjang yang seharusnya menghilangkan penat kompetisi. Karena sudah tereliminasi di Piala FA, The Reds memiliki gap 19 hari dari pertandingan terakhir mereka (vs Wolverhampton) dengan pertandingan pertama setelah jeda internasional (vs Arsenal).

Mampukah Liverpool bangkit dan merebut tempat di empat besar? Mereka terpaut lima poin dari Chelsea di batas akhir zona Liga Champions. Premier League tinggal menyisakan sembilan pertandingan. Bagi The Reds, tidak ada kata nanti untuk segera menciptakan momentum positif.

Sekembalinya para pemain dari jeda internasional, Klopp mengaku tidak memasang target spesifik. Eks pelatih Borussia Dortmund itu menegaskan bahwa ambisi Liverpool adalah meraih poin demi poin yang tersisa, dan melihat sejauh mana mereka bisa merangkak di tabel klasemen.

“Saya hanya bisa berkata, mari bergerak dengan segala yang kita punya dan lihat sampai mana kita bisa pergi. Kami tidak memiliki banyak poin untuk disia-siakan. Kami tidak akan ragu. Kami akan bergerak demi [poin-poin] itu,” kata Klopp dalam konferensi pers jelang pertandingan.

Liverpool sendiri masih harus menghadapi lawan-lawan berat di sisa musim 2020/21. Arsenal, Leeds United, serta Manchester United menunggu di kandang masing-masing. The Reds juga menjamu Aston Villa dan Southampton di Anfield. Tim yang terancam degradasi—oleh karena itu harus diwaspadai—yakni Newcastle, West Bromwich Albion, dan Burnley pun turut mengadang.

Ujian pertama Liverpool usai jeda internasional adalah meladeni Arsenal di Emirates. The Gunners masih berpeluang lolos ke kompetisi UEFA dan dipastikan menghendaki tiga angka. Liverpool sendiri belum lagi menang tandang atas Arsenal di Premier League sejak 2016.

Resep Mengalahkan Liverpool Adalah Bermain dengan Blok Rendah

Hasil laga di Emirates akan krusial bagi misi kebangkitan Liverpool di sisa musim. Selain tak boleh kehilangan poin, Mohamed Salah dan kawan-kawan tentu tak ingin momentum kemenangan atas RB Leipzig dan Wolverhampton berakhir.

Anak asuh Klopp menunjukkan tanda-tanda kebangkitan tepat sebelum jeda internasional. Mereka memenangi leg kedua 16 Besar Liga Champions atas Leipzig dan membuat mereka lolos ke perempat final dengan agregat 4-0. The Reds tampil efisien dalam laga ini. Kendati hanya mencatatkan 40% penguasaan bola, Liverpool menciptakan peluang dengan total nilai xG mencapai 2,3 dan mencetak dua gol.

Pertandingan itu kontras dengan hasil serangan Liverpool sepanjang awal 2021. Pada awal tahun, Mohamed Salah dan kawan-kawan membuat peluang senilai 2,3 dan 1,7 xG melawan Burnley dan Everton, tetapi gagal mencetak gol. Saat menghadapi Brighton dan Chelsea, The Reds bahkan gagal menembak dari sudut berbahaya; hanya mencatatkan 0,7 dan 0,3 xG dengan nol gol. Laga kontra Leipzig menunjukkan daya serang Liverpool yang lama tak terlihat.

Tanda-tanda positif juga terlihat saat Liverpool menghadapi Wolverhampton, 15 Maret lalu. Andrew Robertson dan kawan-kawan tak menampilkan performa terbaik, tetapi mampu menang 1-0. The Reds tidak mendominasi pertandingan dan nilai peluang mereka pun tak terlalu baik, yaitu 1,1 XG. Namun, Wolves yang sedikit lebih banyak menguasai bola dan membuat lebih banyak tembakan justru berakhir sebagai pihak yang kalah.

“Saya dengar Robbo [Robertson] memanggil ini tiga poin yang jelek. Saya menamainya tiga poin kotor. Saya sangat senang dengan tiga poin ini [lawan Wolverhampton],” kata Klopp setelah pertandingan.

Mampu memenangkan “tiga poin kotor” adalah elemen penting kesuksesan mereka menyabet titel Premier League musim lalu. Pada 2019/20, Liverpool boleh tampil tak istimewa—gagal menampilkan sepakbola agresif yang identik dengan Juergen Klopp—tetapi masih bisa membawa pulang tiga angka. Kualitas seperti inilah yang diharap Klopp kembali ditunjukkan timnya.

Membaiknya Lini Belakang dan Kembalinya Diogo Jota

Untuk menghadapi sisa musim, Liverpool patut optimistis dengan skuad yang dimiliki. Mereka masih akan bermain tanpa Virgil van Dijk, Joe Gomez, dan Jordan Henderson yang masih cedera, namun pelapis seperti Nathaniel Phillips dan pemain baru macam Ozan Kabak dan Diogo Jota mampu bermain baik.

Setelah kesulitan di awal, Kabak mulai nyetel dengan sistem Liverpool. Bek asal Turki ini menjalin kerja sama padu dengan Phillips di lini belakang. Phillips, yang cenderung lebih agresif, sigap berduel untuk menghentikan serangan. Sedangkan Kabak tenang mengamati pergerakan dan menyediakan perlindungan (cover). Keduanya saling melengkapi.

Segudang Permasalahan Liverpool Musim Ini

Solidnya kombinasi dua bek ini pun memberi berkah lain bagi Liverpool. Berkat mereka, Fabinho bisa dikembalikan ke posisi gelandang bertahan. Gelandang asal Brasil itu lebih memengaruhi permainan jika dipasang sebagai no. 6.

Musim lalu, Fabinho adalah sosok vital bagi stabilitas Liverpool. Sebagai gelandang bertahan, ia tercatat membuat 77 tekel (terbanyak di skuad The Reds) yang 37 di antaranya di lini tengah dan 27 di sepertiga pertahanan. Keberadaan Fabinho memberi jaring pengaman yang menyokong operasi lini serang.

Di lain sisi, kembalinya Diogo Jota setelah cedera panjang juga menjadi angin segar bagi Klopp. Musim ini, The Reds punya masalah mencetak gol jika Salah, Mane, dan Firmino tumpul di depan gawang. Para gelandang tengah tak seprolifik musim lalu. Nat Phillips dan Kabak pun tak menampilkan ancaman dari situasi bola mati sebaik Van Dijk dan Joel Matip.

Jota, setelah absen selama lebih dari dua bulan, kembali mencetak gol di pertandingan ketiganya setelah sembuh. Penyerang internasional Portugal ini sangat efektif mengonversi peluang. Ia telah mencetak enam gol dari peluang senilai 3,0 xG di Premier League.

Saat jeda internasional, Jota pun tampil impresif bersama Portugal. Ia mencetak tiga gol dari dua pertandingan lawan Serbia dan Luksemburg.

Jelang menghadapi Arsenal, eks penyerang Wolverhampton itu bisa memberi opsi lain dan kesegaran di lini serang. Jota sendiri punya kenangan manis lawan The Gunners. Ia mencetak gol debut ke gawang Bernd Leno pada paruh pertama lalu.

Liverpool memang menunjukkan tanda-tanda perbaikan, juga punya istirahat panjang sebelum kembali berlaga. Tetapi, bisakah The Reds menyelamatkan musim dan meraih tiket Liga Champions? Untuk itu, Liverpool pertama-tama harus mengalahkan Arsenal.

Komentar