Panggil Saja Klopp Si Mr. Runner-up!

Cerita

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Panggil Saja Klopp Si Mr. Runner-up!

Liverpool gagal menjuarai Liga Europa 2015/2016. Di partai puncak yang digelar Kamis (19/5) dini hari WIB di Stadion St.Jakob Park, Swiss, skuat besutan Juergen Klopp tersebut dibekuk juara bertahan dari Spanyol, Sevilla.

Liverpool sempat unggul terlebih dahulu melalui sepakan Daniel Sturridge. Namun pada babak kedua Sevilla tampil lebih meyakinkan dan mampu mencetak tiga gol. Liverpool pun harus mengakui kekalahan dengan skor 1-3.

Bagi Klopp, kekalahan ini menjadi kekalahan keduanya di final musim ini. Sebelumnya, The Reds gagal menjadi juara di ajang Capitol One Cup. Pada partai pamungkas, Liverpool ditaklukkan kesebelasan asal Manchester, Manchester City, lewat adu penalti.

Namun ternyata, dua kekalahan Liverpool di dua final musim ini bukan kali keduanya Klopp takluk di partai puncak. Sejak masih menangani Dortmund, Klopp ternyata memang dikenal sebagai Mr. Runner-up karena seringnya kalah di partai final.

Sepanjang karier Klopp, ia telah menjalani enam partai final (termasuk dua kali bersama Liverpool pada musim ini). Ketika di Jerman, ia empat kali mencapai babak final, namun hanya sekali Klopp membawa Dortmund juara yakni pada 2012 saat mengalahkan Bayern Muenchen dengan skor 5-2 di DFB Pokal.

Yang terjadi setelahnya, Klopp selalu kalah di final setiap tahunnya. Pada 2013, Klopp kalah di final Liga Champions dengan skor 1-2 kembali kalah oleh Bayern Muenchen. Sementara pada musim 2013-2014 dan 2014-2015, Klopp tertunduk lesu pada partai puncak DFB-Pokal saat menghadapi Bayern dan Wolfsbug.

Muncul anggapan bahwa Klopp kesulitan menganalisis kesebelasan lawan pada pertemuan pertama kali. Hal ini bisa jadi benar karena manajer asal Jerman tersebut pernah mengatakan soal keuntungan leg kedua jelang laga semifinal Liga Europa melawan Villareal.

“Sebelum pertandingan leg pertama, kami cuma tahu Villareal dari tim analisis. Tapi kini kami telah melihat sendiri bagaimana mereka bermain. Itulah kenapa leg kedua selalu berbeda,” ujar Klopp seperti yang dikutip Liverpool Echo.

Jika melihat kiprah Liverpool musim ini di Liga Europa bersama Klopp, Liverpool memang kesulitan menang di pertemuan pertama. Dari kiprah Liverpool di Liga Europa sejak ditangani Klopp, hanya kala melawan Manchester United saja Klopp langsung bisa memenangi leg pertama, itu pun dengan catatan Klopp sudah bertemu dengan Man United di Liga Primer.

Saat menghadapi Augsburg di babak 32 besar, leg pertama berakhir dengan skor 0-0. Namun pada leg kedua, Liverpool berhasil menang tipis dengan skor 1-0. Saat melawan Borussia Dortmund di delapan besar, skor imbang 1-1 terjadi pada pertemuan pertama yang berlangsung di Signal Iduna Park, Dortmund. Namun pada leg kedua di Anfield, Liverpool tampil beringas dengan menang 4-3. Sementara ketika menghadapi Villareal di semifinal, Liverpool takluk terlebih dahulu 1-0 sebelum akhirnya menang 3-0 pada leg kedua di Stadion Anfield.

Entah benar atau tidak, Klopp sepertinya memang butuh satu pertandingan penuh dan disaksikan secara langsung untuk mengetahui kelemahan lawannya. Kemudian ia lebih bisa memenangi pertandingan pada leg kedua, apalagi jika bermain di Anfield.

Namun final yang pernah ia cicipi, selalu memainkan satu leg saja. Tak ada leg kedua artinya tak ada waktu baginya untuk menganalisis kesebelasan lawan secara langsung. Hal ini juga berarti tak ada kesempatan kedua bagi Klopp untuk mengoreksi kelemahan skuatnya.

Sementara final kompetisi elit, selalu memainkan satu leg. Klopp harus segera belajar lebih cepat untuk memahami strategi lawan. Karena jika tidak, ia akan kembali menelan kekalahan pada partai final yang berlangsung satu leg dan akan membuat dirinya semakin dijuluki dengan Mr. Runner-up.

foto: uefa.com

Komentar