Pertahanan Chelsea Lebih Kuat Dengan Kante Sebagai Gelandang Bertahan

Analisis

by redaksi

Pertahanan Chelsea Lebih Kuat Dengan Kante Sebagai Gelandang Bertahan

Pada tiga pertandingan setelah sepakbola kembali, N`Golo Kante bermain sebagai gelandang bertahan. Frank Lampard lebih memilih Kante dibanding pemain yang biasa bermain di posisi tersebut, Jorginho. Setelah lebih dari satu setengah musim tidak bermain secara reguler di posisi terbaiknya, Kante kembali menjadi gelandang bertahan dan Chelsea mampu menyapu bersih semua pertandingan dengan kemenangan.

Chelsea kebobolan dua gol pada tiga pertandingan tersebut, dengan catatan satu di antaranya berasal dari tendangan bebas langsung . Kemampuan Kante untuk memberi proteksi kepada lini pertahanan dan fokus menghentikan pemain kreatif lawan memberi kontribusi positif bagi Chelsea. Meski sebagai gantinya Chelsea kehilangan pemain yang mampu membuat umpan progresif ke depan, namun Chelsea berhasil menemukan solusinya.

Solusi Paling Memungkinkan

Hingga pekan ke-29, sebelum Premier League dihentikan sementara karena pandemi, Chelsea kebobolan 39 gol. The Blues berada di urutan sembilan jika melihat urutan tim dengan kebobolan paling sedikit, bahkan kalah dari Sheffield United, Crystal Palace, dan Wolverhampton Wanderers. Indikasi bahwa pertahanan Chelsea perlu mendapat perhatian lebih oleh Lampard.

Terdapat beberapa faktor seperti performa Kepa Arrizabalaga yang kurang meyakinkan dan bek tengah yang tidak konsisten. Lampard sempat beberapa kali menurunkan Willy Caballero untuk menggantikan Kepa namun tidak ada hasil signifikan. Soal bek tengah, Lampard membutuhkan pemain kelas dunia yang mampu membawa perubahan besar seperti Virgil Van Dijk di Liverpool namun ia harus bersabar hingga bursa transfer dibuka.

Salah satu solusi yang bisa dicoba pada tengah musim seperti ini adalah memanfaatkan kualitas pemain yang tersedia. Menggunakan Kante sebagai gelandang bertahan merupakan perubahan yang bisa dilakukan saat ini. Terlebih jika melihat fakta bahwa Chelsea kebobolan lima kali dari serangan balik, Kante dapat menjadi opsi untuk mengantisipasi transisi cepat lawan.

Pernyataan Lampard sebelum menghadapi Manchester City mengindikasikan posisi Kante bisa lebih fleksibel. “Saya rasa kita paham kemampuan N’Golo dan dia tidak banyak bermain sebagai gelandang bertahan, dia biasanya bermain pada posisi gelandang yang lebih di depan.”

“Saya pikir dia punya kemampuan untuk mengemban semua peran, itu adalah keindahan permainan dia. Dia bisa merebut bola, cepat dalam melakukan tekel, cepat dalam memberi tekanan, daya jelajah tinggi, dan ia juga bagus ketika memegang bola. Saya rasa banyak orang merendahkan N’Golo ketika memegang bola, seberapa cepat dia bisa memindahkan dan mengoper bola.”

Kontribusi Positif Kante Terhadap Pertahanan Chelsea

Pertandingan pertama setelah Premier League kembali melawan Aston Villa, Jorginho tidak dapat bermain karena akumulasi kartu. Kante akhirnya dipasang sebagai gelandang bertahan meski Lampard memiliki Billy Gilmour yang cukup baik dalam mengemban tugas Jorginho seperti pada pertandingan melawan Everton di Premier League dan Liverpool di FA Cup sebelum pandemi. Kante kemudian kembali bermain di posisi tersebut ketika menghadapi Man City.

Ketika posisinya belum dirubah, Kante kerap membantu serangan dan masuk hingga kotak penalti lawan. Kondisi berubah pada dua pertandingan setelah Premier League kembali sehingga gelandang asal Prancis itu bisa lebih fokus sebagai penyeimbang. Terbukti dari statistik sentuhan Kante di sepertiga akhir lapangan yang berkurang dari 22,8 per pertandingan menjadi 17 per pertandingan.

Kante juga tidak perlu banyak membantu pressing. Ia bisa lebih fokus dalam memberi proteksi kepada lini pertahanan. Angka pressing Kante di sepertiga tengah lapangan berkurang dari 11,5 per pertandingan menjadi 4,5 per pertandingan.

Dari aspek pertahanan, statistik Kante justru menurun. Tekel yang semula 2,6 per pertandingan berkurang menjadi 0,5 per pertandingan. Begitu pula dengan intersep dari 2,4 per pertandingan menjadi 2,0 per pertandingan. Hal ini disebabkan peran Kante terhadap pertahanan Chelsea lebih kepada positioning yang menutup ruang bagi lawan.

Kante selalu berada di posisi yang baik untuk cover pemain lain jika melakukan kesalahan. Contohnya pada gambar di bawah ketika Douglas Luiz naik merespon blunder Antonio Rudiger. Kante dengan sigap melakukan track back terhadap Luiz dan ia berada di posisi yang tepat ketika umpan silang dilepaskan meskipun tidak mengarah ke Luiz.

Stamina yang kuat membuat Kante mampu secara konstan memberikan cover. Pada masa injury time, Reece James mendapatkan bola di sisi kanan Chelsea. Kante langsung memberikan cover alih-alih James kehilangan bola. Benar saja, James melakukan blunder namun Kante berada di posisi yang tepat untuk mengantisipasi transisi Aston Villa.

Pada pertandingan tersebut, Chelsea unggul penguasaan bola 74 persen. Menghadapi tim kecil yang mengandalkan serangan balik seperti Aston Villa, kemampuan Kante untuk meredam transisi lawan sangat dibutuhkan dan terbukti berhasil. Ujian selanjutnya bagi Kante adalah kala Chelsea menjamu Man City yang senang memegang bola.

Chelsea bermain dengan blok rendah ketika menghadapi Man City. Ketika bertahan, Chelsea membentuk 4-1-4-1 dengan Kante sebagai pivot. Tugas Kante adalah menutup ruang bagi pemain Man City yang berupaya meminta bola.

Gambar di atas menunjukkan Kante yang semula menjaga ketat Bernardo Silva di kotak penalti Chelsea. Ketika Kevin De Bruyne membuat gerakan, ia langsung menutup ruang bagi De Bruyne. Kante selalu sadar terhadap pergerakan lawan yang berbahaya.

Salah satu kunci Man City mampu dominan adalah mereka bisa memiliki pemain yang mampu menguasai half space dan ruang antar lini. Kante kembali sukses meredam kelebihan Man City tersebut, terutama De Bruyne. Momen di bawah memperlihatkan posisi Kante yang membuat De Bruyne tidak dapat menjadi opsi umpan.


Menghadapi Leicester City di perempat final FA Cup, Kante kurang impresif pada babak pertama. Namun ia berhasil menunjukkan kualitas yang dimiliki pada babak kedua. Ia kembali memperkuat Chelsea ketika fase transisi negatif. Upaya Tielemans untuk membantu serangan balik Leicester tidak menghasilkan apa-apa karena Kante mampu menutup passing line ke Tielemans.

Chelsea berhasil menemukan solusi dari permasalahan tersebut. Lampard tentu paham Kante bukan tipe gelandang bertahan seperti Jorginho yang bisa menjadi penyuplai bola dari area rendah. Solusi Chelsea adalah membangung serangan ke depan ketika terdapat ruang di sisi sayap atau umpan lambung dari bek tengah ke striker.

Ketika lawan terpancing untuk melakukan pressing ke tengah, Chelsea akan memindahkan bola ke fullback untuk kemudian diteruskan ke penyerang sayap atau langsung ke striker dengan umpan lambung. Christian Pulisic dan Willian sama-sama memiliki teknik yang baik untuk mengontrol bola di bawah tekanan dan ruang sempit. Keberadaan Olivier Giroud sebagai pemantul juga sangat berguna, ditambah dengan pergerakan dinamis Mason Mount yang membuat serangan Chelsea bisa dibangun lebih cepat meski tidak dari area tengah.

*

“Jadi, saya tidak ada masalah dalam memainkan dia di posisi yang berbeda, itu adalah hal yang kami usahakan dengan Kante, dan itu memberi saya opsi yang bagus karena memiliki perbedaan tipe bermain pada posisi gelandang bertahan,” ujar Lampard.

Pelatih berusia 42 tahun itu merupakan pelatih yang fleksibel secara taktikal, terlebih melihat fakta bahwa ia masih minim pengalaman sehingga Lampard belum memiliki formula juara. Kita bisa berekspektasi bahwa Lampard akan mencoba hal baru hingga ia bisa membawa Chelsea ke level yang lebih tinggi. Termasuk mengenai siapa yang akan bermain di posisi gelandang bertahan. Jorginho bukan tidak mungkin kembali dipasang di posisi tersebut pada pertandingan di mana Lampard merasa Jorginho akan lebih berkontribusi dibanding Kante.

Komentar