Arrigo Sacchi, Sosok Pembawa Romantisme Masa Lalu dalam Diri Berlusconi

Backpass

by Redaksi 27 59168

Redaksi 27

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Arrigo Sacchi, Sosok Pembawa Romantisme Masa Lalu dalam Diri Berlusconi

Halaman kedua

Berlusconi yang Selalu Berhasrat Menciptakan Sacchi Baru

Jika diperhatikan, penunjukan pelatih Milan setelah era Sacchi memiliki suatu kesamaan yaitu belum memiliki banyak prestasi atau belum berpengalaman melatih kesebelasan besar yang selevel dengan Milan.

Dari nama-nama seperti Fabio Capello, Oscar Tabarez, Giorgio Morini, Alberto Zaccheroni, Cesare Maldini (pelatih interim), Fatih Terim, Carlo Ancelotti, Leonardo, Massimiliano Allegri, Clarence Seedorf, Filippo Inzaghi, Sinisa Mihajlovic, Cristian Brocchi dan Vincenzo Montella, tidak ada yang cukup berprestasi sebelum melatih Milan.

Hanya Fatih Terim saja yang cukup berprestasi sebelum melatih Milan. Namun, itupun hanya bersama Galatasaray. Hal yang sama juga dialami oleh Oscar Tabarez. Ia hanya berprestasi pada saat melatih di Amerika Selatan saja sebelum berlabuh ke San Siro.

Sementara itu, Cesare Maldini yang sebelumnya sudah pernah melatih Milan memang memiliki dua raihan gelar sebagai pelatih pada periode pertamanya sebagai pelatih di San Siro. Namun, level gelar yang diraihnya tidak terlalu bergengsi yaitu Coppa Italia dan Piala Winners. Begitupun dengan Ancelotti. Walaupun sudah melatih Juventus, raihan gelar tertingginya hanyalah Piala Intertoto.

Penunjukan pelatih setelah era Sacchi secara tersirat menunjukkan bahwa Berlusconi masih berhasrat untuk mengulang keberhasilannya dalam menciptakan si “tuan bukan siapa-siapa” Arrigo Sacchi. Romantisme inilah yang akhirnya membuat mantan Perdana Menteri Italia tersebut hampir tidak pernah menunjuk pelatih yang sudah memiliki nama besar untuk melatih Milan.

Bahkan saking tidak bisa lepasnya romantisme Berlusconi akan seorang Sacchi, ia pun pernah mengangkat lagi mantan pelatih timnas Italia itu sebagai juru taktik Milan. Tetapi, pada periode keduanya ini, Sacchi tidak mampu berbuat banyak.

Hasilnya dari perjudian Berlusconi tersebut hanya Capello, Zaccheroni, Ancelotti, Allegri dan Montella saja yang mampu mempersembahkan gelar bagi Milan. Jika dipersempit lagi hanya Capello dan Ancelotti saja yang mampu menciptakan kejayaan Milan seperti yang dilakukan oleh Sacchi.

Capello mampu menciptakan the dream team kedua Milan yang sering disebut sebagai the invicibles (tak terkalahkan). Sementara Ancelotti mampu membuat Milan berjaya pada awal 2000an.

Keberhasilan Capello dan Ancelotti yang mampu membuat Milan berjaya seperti Sacchi tak bisa dilepaskan dari fakta bahwa keduanya pernah bekerja sama dengan Sacchi. Capello merupakan pelatih Milan primavera ketika Sacchi menjabat sebagai pelatih Milan, sedangkan Ancelotti pernah menjadi asisten Sacchi di timnas Italia. Keduanya tentu belajar banyak dari seorang Sacchi.

***

Perjudian-perjudian yang dilakukan oleh Berlusconi dalam menunjuk para pelatih Milan setelah era Sacchi memperlihatkan kepada kita bahwa hanya ada satu Sacchi di dunia ini. Tidak ada lagi, Sacchi-Sacchi yang lainnya.

Kesuksesan Capello dan Ancelotti bersama Milan pun tidak bisa dilepaskan oleh pengaruh pria kelahiran 1 April 1946 tersebut. Ya, Sacchi memang merupakan sebuah fenomena dalam sepakbola Italia. Ia berani memberontak sebuah budaya Italia bernama catenaccio dan menjawab segala keraguan terhadap dirinya.

Foto: sportallarovescia.it

Komentar