Tangan Tuhan yang Asli

Cerita

by Arienal A Prasetyo

Arienal A Prasetyo

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Tangan Tuhan yang Asli

Tidak ada pilihan lain bagi Suarez saat itu. Membiarkan bola lewat begitu saja berarti membiarkan Uruguay pulang lebih cepat dan Ghana akan berpesta, menjadi negara Afrika pertama yang bisa mencapai semifinal Piala Dunia 2010. Suarez menyapu bola dengan tangan tepat di garis gawang. Jika sajak Chairil Anwar bisa disebut di sini, momen itu adalah momen di mana Suarez ingin menunda kekalahan. Lagipula, dua kali lima belas menit waktu tambahan waktu memang sudah mencapai ujung.

Suarez berjalan gontai keluar lapangan dengan wajah tertunduk. Namun, sebelum masuk lorong stadion menuju ruang ganti, Ia melihat tendangan penalti Asamoah Gyan membentur mistar dan bola keluar lapangan. Tidak ada gol. Tendangan gawang saja bagi Uruguay.

Suarez merayakan itu seakan ia sehabis mencetak gol kemenangan bagi Uruguay. Di babak adu tendangan penalti, Uruguay berhasil mengalahkan Ghana, dan maju ke semifinal untuk yang pertama kali sejak 1970.

“Dia tidak mencetak gol di pertandingan melawan Ghana, tapi dia melakukan penyelamatan. Dia dikeluarkan tapi dia menyelamatkan permainan untuk kami,” puji Diego Forlan setelah pertandingan bersejarah itu, kepada Guardian.

Bukan tendangan penalti panenka Sebastian Abreu atau dua penyelamatan Fernando Muslera yang dikenang dalam laga perempatfinal Piala Dunia 2010 itu, namun handsball Suarezlah yang akan terus diperbincangkan dan dikenang.

Kita bisa menyebut Suarez memang pemain yang kontroversial. Empat tahun berselang, di Piala Dunia 2014, ia menggigit bahu Giorgio Chiellini. Tapi, di momen ketika Uruguay melawan Ghana itu, Suarez akan dikenang sebagai pahlawan setelah ia melakukan sesuatu yang ilegal. Apa yang Suarez lakukan itu tetap menjadi suatu yang dilarang meski Suarez membela diri dengan berkilah bahwa di sesi latihan ia mengaku sering menjadi kiper.

Handsball Suarez hanya satu dari sekian kegilaan pemain Amerika Latin. Mestikah diherankan Suarez melakukan handsball ketika Moacir Barbosa, kiper Brazil ketika dikalahkan Uruguay 1-2 di partai penentuan Piala Dunia 1950, dikucilkan seumur hidup lantaran tak bisa mencegah gawang Brazil dari kebobolan? Atau ketika Rene Higuita melakukan tendangan kalajengking alih-alih menangkap bola dengan kedua tangannya?

Ada paralelisme kecil antara tangan Suarez dan tangan Maradona. Maradona melakukannya ketika Argentina melawan Inggris di perempat final 1986. “The Hand of God belongs to me,” ujar Luis Suarez untuk mengenang kejadian itu pada Guardian. “Punyaku adalah Tangan Tuhan yang asli.” Suarez tentu sadar bahwa ia sedang membandingkan diri dengan Maradona, dan ia dengan tegas bicara bahwa kepunyaannya merupakan Tangan Tuhan yang asli.

"Saya melakukan penyelamatan terbaik di turnamen. Kadang-kadang dalam latihan saya bermain sebagai penjaga gawang, jadi itu sangat berharga. Tidak ada alternatif lain bagi saya untuk melakukan itu dan, ketika Asamoah Gyan gagal mengeksekusi penalti saya berpikir ini adalah keajaiban dan kami tetap bertahan di Piala Dunia.”

“Pada akhirnya, ini adalah permainan, dan semua sudah terjadi. Anda tahu, sangat banyak pemain hebat yang gagal saat menendang penalti,” ujar Asamoah Gyan kepada Sportingnews..

Gyan dengan berani kembali menjadi algojo di babak adu tendangan penalti, dan pemain bernomor punggung tiga itu sukses menunaikan tugasnya. “Jika saya tidak mengambil tugas itu, karir saya akan berakhir. Saya ingin menebus kesalahan saya ketika gagal di babak tambahan waktu. Itu mengapa saya mau menjadi penendang penalti lagi.

Di babak adu nasib itu, tendangan John Mensah dan Dominic Adiyiah yang justru digagalkan oleh Fernando Muslera. Dan ketika Sebastian Abreu menjebol gawang Richard Kingson dengan tendangan panenka, justru di situlah handsball Suarez mesti diingat.

Pemain-pemain Ghana menangis. Semifinal pertama bagi The Black Star sekaligus semifinal pertama bagi Afrika yang sudah di depan mata harus pupus.

Kenangan akan pertandingan itu tak akan pernah hilang dari ingatan Suarez. Uruguay dan Ghana akan bertemu lagi di Piala Dunia 2022 pada 2 Desember. Suarez akan bermain dengan Tangan Tuhan yang asli, yang mungkin akan ia gunakan untuk berselebrasi.



Komentar