Dampak Harry Kane yang Mengubah Aturan Home Grown

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Dampak Harry Kane yang Mengubah Aturan Home Grown

Dikirim oleh : Christianto Octiandi*

Fenomena Harry Kane yang mencetak 21 gol di Liga Inggris musim 2014/2015 lalu seperti menampar keras para petinggi Federasi Sepakbola Inggris, FA. Mereka seperti bangun dari tidur dan menyadarai bahwa jumlah pemain lokal Inggris dalam liganya sendiri hanya 35% dari total pemain yang berkompetisi. Bandingkan misalnya dengan Liga Spanyol (59%) dan Liga Jerman (60%) yang jumlahnya jauh lebih tinggi.

Para petinggi FA pun mulai membuat peraturan-peraturan yang tujuan akhirnya menemukan “Harry Kane” lain serta menargetkan hadirnya 40% pemain lokal di Premier League. Dua peraturan yang mulai diberlakukan adalah aturan work permitt dan batasan jumlah pemain non-homegrown.

Peraturan Work Permit

Bila Anda pernah bermain Football Manager dengan kesebelasan-kesebelasan di Inggris, Anda akan kesulitan untuk merekrut calon bintang berstatus wonderkid dari Amerika Latin dan Serbia. Alasannya tentu karena aturan yang menyebalkan ini. Bahkan, Petr Cech pernah menjadi korban peraturan ini pada usia 18 sehingga ia gagal bergabung dengan Arsenal.

Work permit atau izin kerja merupakan syarat resmi bagi seseorang untuk bisa bekerja di sebuah negara. Tujuannya agar tidak semua orang bisa bekerja di negara tersebut sehingga memberikan lapangan kerja yang luas untuk masyarakat di negara tersebut.

Tidak semua negara menerapkan work permit, tapi Inggris adalah satu di antara tiga negara Eropa yang punya aturan ketat soal izin kerja. Aturan ini secara otomatis diterapkan dalam industri sepakbola Inggris.

Terdapat setidaknya dua kriteria yang mesti dipenuhi agar pemain tersebut bisa memenuhi persyaratan. Pertama, pemain tersebut harus terlibat dalam 75% pertandingan kompetitif (bukan friendly match) dengan tim nasional negaranya dalam waktu dua tahun dari tanggal pengajuan izin kerja. Kedua, pemain tersebut harus berasal dari negara yang memiliki ranking FIFA di atas 70 setelah dirata-ratakan dalam dua tahun sebelum pengajuan izin kerja.

Baca juga: Memahami Izin Kerja di Sepakbola

Gara- gara efek “Hurri- Kane” ini, FA berniat mengubah aturan ini menjadi lebih ketat dan tentunya makin menyebalkan. Sekarang, pemain- pemain yang datang harus berasal dari negara yang memiliki ranking FIFA sama dengan atau di atas 50 di banding sebelumnya, yaitu sama dengan atau di atas 70, sedangkan negara dari “Top 10” ranking FIFA harus terlibat dalam 30 % pertandingan internasional dengan negaranya dalam dua tahun terakhir.

Dengan ini, maka pemain-pemain seperti Bryan Oviedo, Mame Biram Diouf, Geoff Cameron, dan Brek Shea tidak memenuhi syarat terbaru tersebut. Tentu saja para pemain yang bersangkutan beserta pihak klub dapat melakukan banding bila syarat- syarat tersebut tidak terpenuhi.

Apa saja cara lain selain banding untuk memenuhi syarat izin kerja? Cara tersebut antara lain dengan meminjamkan pemain- pemain tersebut ke kesebelasan-kesebelasan di negara-negara Uni Eropa yang berafiliasi dengan klub tersebut untuk bermain dalam waktu tiga tahun atau lebih agar sang pemain mendapatkan kewarganegaraan Uni Eropa.

Peraturan ini tidak berlaku untuk negara yang tergabung dalam pasar bebas Uni Eropa karena pemain sepakbola dapat dikategorikan sebagai pekerja dan dapat mencari dan bekerja di mana saja dalam negara anggota pasar.

Negara-negara anggota Uni Eropa antara lain adalah Austria, Belgia, Bulgaria, Kroasia, Siprus, Republik Ceko, Denmark, Estonia, Finlandia, Perancis, Jerman, Yunani, Hungaria, Irlandia, Italia, Latvia, Lithuania, Luksemburg, Malta, Belanda, Polandia, Portugal, Rumania, Slovakia, Slovenia, Spanyol, Swedia, dan Britania Raya.

Peraturan Pemain Homegrown

Peraturan ini banyak dibahas dalam beberapa waktu belakangan. Para pemain Football Manager tentunya akrab dengan peraturan ini dan mengetahui betapa menyebalkannya peraturan ini karena peraturan ini juga menjadi syarat dalam registrasi pemain untuk Liga Champions.

Secara singkat, pemain homegrown adalah pemain yang dilatih di negara bersangkutan atau menghabiskan waktu di negara bersangkutan selama tiga tahun sebelum berumur 21 tahun. Dalam konteks ini, maka pemain yang berasal dari negara manapun masuk dalam kategori pemain homegrown asal memenuhi syarat di atas, contoh mudahnya adalah Cesc Fabregas.

Sebelum efek “Hurri-Kane”, FA menetapkan aturan bahwa dalam suatu skuad klub harus menyertakan minimal delapan pemain homegrown dalam skuadnya. Setelah efek ini, FA mengubah peraturan homegrown dengan minimal menyertakan 12 pemain homegrown ke dalam skuatnya.

Dampak Perubahan Peraturan

Perubahan peraturan ini jelas akan memberikan dampak- dampak tertentu. Perubahan peraturan izin kerja yang semakin ketat diharapkan akan membuat liga Inggris makin kompetitif. Namun hal ini juga akan membuat klub makin sulit dalam menentukan target, sedangkan kebutuhan akan pemain kemungkinan besar tidak banyak berubah.

Perubahan peraturan ini akan menggeser pola permintaan kesebelasan-kesebelasan Inggris dan tentunya meningkatkan harga sang pemain karena ia harus terlibat dalam 75% pertandingan kometitif di negaranya. Artinya pemain tersebut bukanlah pemain sembarangan karena bermain reguler untuk timnas.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah peraturan ini semakin membuat para pemain Asia sulit menembus Liga Inggris. Jepang misalnya, dalam dua tahun terakhir menempati peringkat ke-51 sedangkan Korea Selatan pada peringkat ke-60. Tidak ada negara Asia lain yang menembus peringkat “Top 50” FIFA.

Selanjutnya adalah aturan homegrown. Banyak orang yang membahas efek lain aturan ini. Singkatnya, peraturan ini adalah aktor utama penyebab para pemain lokal Inggris dan pemain didikan Inggris menjadi overpriced. Pemain-pemain ini menjadi mahal bukan lagi karena kualitasnya, tapi karena kebutuhan dan permintaan yang tidak seimbang dengan supply, yang menimbulkan kelangkaan.

Berdasarkan data, saat ini terdapat 185 pemain Inggris di Liga Primer Inggris dari total 527 pemain. Dengan peraturan homegrown ini, maka setidaknya Liga Inggris akan dipenuhi oleh 240 pemain lokal, masih defisit 55 pemain. Tentu saja, berdasarkan hukum ekonomi, hal ini akan menyebabkan naiknya harga jual pemain lokal dan apakah kesebelasan-kesebelasan ini akan merekrut pemain lokal untuk menyelesaikan masalah administrasi saja? Tentu tidak. Kesebelasan juga mencari pemain homegrown yang bisa diandalkan.

Dan efek lainnya sudah dibahas di dalam artikel Alex Song dan Kekonyolan Aturan Homegrown dimana peraturan ini bukan hanya membuat pemain Inggris menjadi mahal, namun pemain kebangsaan lain yang berstatus homegrown juga menjadi mahal.

Lalu, dengan berbagai kejelekan yang sudah disebutkan apa dampak positif yang diharapkan? Melihat dirinya dipaksa seperti ini, tentu kesebelasan dituntut untuk memperbaiki akademinya agar akademi-akademi tersebut dapat menyesuaikan diri dengan pola permintaan pasar yang baru agar para lulusan akademi lokal dapat bertambah dari segi kuantitas maupun kualitas. Mungkin efeknya akan terlihat dalam jangka panjang, maka kelanjutannya tentu menarik untuk disimak.

Lalu apa efeknya bagi kita? Tentu saja peraturan- peraturan menyebalkan ini akan berdampak besar bagi para penikmat game Football Manager nantinya. Financial Fair Play, homegrown rules, work permit, lalu apa lagi? Silakan rasakan kepusingan para manager Liga Inggris nantinya!

Sumber data : espnfc.com ; premierleague.com ; 90min.com

 * Penulis masih berstatus mahasiswa. Merupakan penikmat sepakbola dan game Football Manager yang beredar di dunia maya dengan akun twitter @c_octiandi

Komentar