Di Balik Kemenangan Barcelona Pada Final Liga Champions 2009

Cerita

by

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Di Balik Kemenangan Barcelona Pada Final Liga Champions 2009

Barcelona era Pep Guardiola merupakan salah satu tim terbaik dengan koleksi trofi yang melimpah. Kejeniusan Pep sebagai pelatih langsung terbukti pada musim pertama ia melatih tim senior Barca yaitu musim 2008/09. Pep belum memiliki karir pelatih saat itu, kecuali pelatih tim Barca B semusim sebelumnya. Musim pertama ia melatih tim senior Barca, Pep langsung meraih treble winner. Tak hanya handal dari segi taktikal, ia juga lihai dalam memotivasi dan mengeluarkan kemampuan terbaik pemain, salah satu contohnya adalah pada final Champions League musim tersebut.

Barca akan berhadapan dengan Manchester United di bawah asuhan Sir Alex Ferguson yang sangat menyeramkan saat itu. Man United lolos ke final di Roma dengan status juara bertahan Champions League dan baru saja menjuarai Premier League musim tersebut. Manajer debutan Pep harus berhadapan dengan Sir Alex yang sudah 23 tahun menukangi Man United.

Komposisi pemain Man United juga tidak sembarangan. Mereka diperkuat oleh pemain senior berpengalaman seperti Ryan Giggs dan Paul Scholes, pemain kelas dunia seperti Wayne Rooney dan Cristiano Ronaldo, serta tembok pertahanan kokoh dalam duet Nemanja Vidic dan Rio Ferdinand. Tak lupa kiper legendaris Edwin Van Der Sar di bawah mistar gawang.

Pep justru harus kehilangan pemain utama yaitu Dani Alves dan Eric Abidal karena larangan bermain. Rafa Marquez mengalami cedera. Ia harus menggeser Carles Puyol ke posisi lamanya sebagai bek kanan dan menarik Yaya Toure sebagai bek tengah. Pemain cadangan Sylvinho akhirnya diproyeksikan mengganti Abidal sebagai bek kiri.

Ketika berada di hotel, Pep mengadakan pertemuan dengan seluruh staf pelatih untuk memberikan foto mereka semua. Plus tulisan ‘Terima kasih untuk semuanya. Pep’. Ia sangat menghargai kerja keras seluruh staf pelatih. Pep merasa mereka sama pentingnya dengan pemain.

Pada kesempatan yang berbeda, kali ini pada pertemuan dengan pemain, Pep menjelaskan seluruh rencana taktik yang ingin ia terapkan. Informasi ekstra seputar susunan pemain lawan, kondisi rumput, logistik, hingga urusan personal juga tak luput ia atur.

Malam sebelum final, pemain boleh ditemani oleh pasangannya di hotel. Pep paham betul bahwa final Champions League memberi tekanan yang luar biasa bagi pemain. Berbeda dari aturan konvensional yang melarang pasangan untuk datang ke hotel, Pep merasa keberadaan orang terdekat bisa membantu mengurangi tekanan pemain. Sebuah bentuk empati luar biasa ditunjukkan oleh Pep yang membuat pemain nyaman dan lebih dekat dengan Pep.

Kejutan lebih besar terjadi tepat sebelum pertandingan. Pep telah merencanakan kejutan tersebut dua minggu sebelum final ketika ia mengontak Santi Padro, produser televisi Catalan untuk kanal TV3. Ia meminta Santi untuk membuat sebuah video.

Hari pertandingan tiba. Rutinitas sebelum pertandingan seperti pemanasan dilakukan seperti biasa. Namun pelatih fisik Barca memanggil pemain untuk kembali ke ruang ganti lebih cepat dari biasanya. Ketegangan tak terelakkan ketika mereka berjalan menuju ruang ganti.

Momen ini merupakan momen di mana pemain tidak ingin diganggu. Mereka akan bersiap-siap sembari melakukan ritual pribadi. Victor Valdes merupakan pemain yang selalu pertama sampai di ruang ganti. Tapi sedikit berbeda pada hari tersebut.

Salah satu asisten Pep meminta Valdes untuk menunggu. Valdes akhirnya menunggu seluruh pemain tiba di depan ruang ganti. Seluruh pemain akhirnya masuk dan tanpa basa basi Pep langsung berteriak. “Semuanya, saya ingin kalian menonton ini. Ini adalah kerja sama kita yang membawa kita ke Roma,” ujar Pep. Lampu dimatikan lalu video diputar.



Video sederhana itu berisi cuplikan perjuangan Barca musim tersebut, dikolaborasikan dengan beberapa potongan film Gladiator. Pilihan film yang sangat tepat karena mereka akan bertempur layaknya Gladiator di Roma. Video tujuh menit tersebut tentu meningkatkan jiwa patriotisme dalam diri pemain Barca.

Hal yang paling spesial dari video tersebut adalah seluruh pemain benar-benar tampil. Termasuk dua kiper cadangan, Jose Manuel Pinto dan Albert Jorquera. Begitu pula dengan pemain yang diganggu cedera yaitu Alexander Hleb dan Gabriel Milito. Seluruh pemain yang tidak tampil banyak di pertandingan tetap masuk ke dalam video.

Semua orang muncul, kecuali Pep sendiri. Ia benar-benar ingin memberikan kredit untuk pemain terhadap usaha sepanjang musim hingga mereka mencapai final Champions League dan berpeluang meraih treble.

Setelah video usai, suasana ruangan menjadi hening. Para pemain diam seribu bahasa. Mereka sangat tersentuh dengan kejutan Pep yang luar biasa. Milito bahkan menangis karena ia tidak dapat tampil pada pertandingan besar ini. Pemain berangkulan dan ruang ganti Barca saat itu menjadi sangat intens dan emosional.

Para pemain keluar dan berjuang layaknya gladiator. Mereka sukses memenangkan pertandingan lewat gol Samuel Eto’o dan Lionel Messi. Trofi Champions League melengkapi trofi La Liga dan Copa Del Rey yang telah diraih sebelumnya. Pep mengakhiri musim 2009/10 Barcelona dengan treble winner.

Terlepas dari taktik, kemampuan manajer dalam manajemen manusia merupakan hal yang sangat penting. Baik itu bagaimana ia memotivasi pemain, membuat pemain merasa penting dan dihargai, serta membentuk suasana kekeluargaan di balik layar yang memperkuat satu sama lain.

Situasi berbeda dengan Barca sekarang di bawah kepemimpinan Quique Setien. Barca kini memiliki masalah internal antara pelatih dan pemain. Setien dikabarkan telah kehilangan kepercayaan dari pemain. Masalah di luar lapangan ini memperburuk masalah di dalam lapangan yaitu Barca yang tidak memainkan sepakbola indah seperti filosofi klub.

Untuk klub sebesar Barca, kemampuan pelatih di dalam dan luar lapangan harus berimbang. Politik klub yang kental juga membuat pelatih harus pandai menjaga kebersamaan tim agar tidak terpengaruh. Apa yang Pep lakukan sebelum laga menghadapi Man United pada final Champions League 2009 merupakan contoh luar biasa.

Komentar