Wakil Spanyol Lebih Sering Kalahkan Wakil Italia di Final Liga Champions

Cerita

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Wakil Spanyol Lebih Sering Kalahkan Wakil Italia di Final Liga Champions

Juventus dan Real Madrid akan saling sikut pada pertandingan final Liga Champions 2016/2017 di Stadion Nasional Cardiff, Minggu (4/6). Kedua kesebelasan juga pernah bertemu di final Liga Champions pada musim 1997/1998. Pertandingan itu berhasil dimenangkan Madrid dengan skor 1-0 atas gol tunggal Predrag Mijatovic pada menit 66.

Juventus sendiri terakhir memenangkan gelar Liga Champions pada 1995/1996 ketika mengalahkan Ajax Amsterdam melalui adu penalti. Sementara Madrid terakhir kali memenangkan Liga Champions yaitu pada musim lalu mengalahkan Atletico Madrid. Madrid pun mengincar gelar juara dua kali secara beruntun, yang sebelumnya belum ditorehkan kesebelasan manapun pada era Liga Champions.

Juventus merupakan perwakilan dari sepakbola Italia dan Madrid dari Spanyol, kedua negara yang sering bertempur habis-habisan jika bertemu pada pertandingan internasional. Pertemuan 16 besar Piala Eropa 2016 misalnya, ketika Italia berhasil membalaskan dendam atas kekalahan di Final Piala Eropa 2014. Dendam itu terselesaikan atas kemenangan Italia dengan skor 2-0 dan menyingkirkan Spanyol lebih awal.

Lalu bagaimana dengan level klub sepakbolanya? Wakil kesebelasan Italia dengan Spanyol untuk pertama kalinya bertemu di final Liga Champions pada 1956/1957. Pada waktu itu Liga Champions masih bernama European Cup dan mempertemukan Fiorentina dari Italia menghadapi Madrid. Pertandingan final itu dimenangkan Madrid dengan skor 2-0 atas gol Alfredo di Stefano dan Francisco Gento.

Final musim berikutnya pun Madrid langsung ditantang kembali kesebelasan dari Italia. Pada final 1957/1958 itu, giliran AC Milan yang menantangnya. Madrid pun kembali memenangkan gelar dengan mengalahkan Milan yang berakhir skor 3-2. Di Stefano dan Gento kembali mencetak gol pada laga final, satu gol lagi dicetak Hector Rial. Sementara Milan cuma bisa mencetak dua gol melalui Alberto Schiaffino dan Ernesto Grillo.

Dendam kesebelasan Italia kepada Spanyol baru terlampiaskan pada final European Cup 1963/1964 oleh Internazionale Milan. Dendam itu semakin terlampiaskan secara puas karena pada final itu menghadapi Madrid yang mengalahkan Fiorentina dan Milan sebelumnya. Inter pun juara dengan skor 3-1 atas dua gol yang dicetak Sandro Mazzola kemudian satu gol dari Aureli Milani. Madrid pun harus menerima kekalahannya karena cuma bisa membalas melalui gol Rafael Batista "Felo" Hernandez.

Setelah dominasi Madrid, barulah Barcelona muncul sebagai juara di Liga Champions untuk pertama kalinya pada final 1991/1992. Dan korban Barcelona pada saat itu adalah kesebelasan dari Italia, yaitu Sampdoria yang dikalahkan dengan skor 1-0 atas gol Ronald Koeman. Dua musim kemudian, Milan membalaskan dendam Sampdoria dengan mengalahkan Barcelona pada final Liga Champions 1993/1994. Skor pun cukup telak dengan kemenangan 4-0 atas gol yang dicetak Dejan Savicevic, Marcel Desailly dan dua gol Daniele Massaro.

Kemudian pada 1997/1998-lah Juventus bertemu dengan Madrid seperti yang ditulis pada awal paragraf. Pertemuan antara kesebelasan Italia dengan Spanyol baru terjadi lagi pada final 2014/2015. Dan Juventus lagi yang menjadi wakilnya. Namun mereka dikalahkan Barcelona dengan skor 3-1. Satu gol yang dicetak Alvaro Morata masih belum cukup membalas rentetan gol Ivan Rakitic, Luis Suarez dan Neymar.

Artinya, sudah tujuh kali terjadi pertemuan antara kesebelasan Italia dengan Spanyol di final European Cup maupun Liga Champions. Total, wakil dari Spanyol memenangkan lima pertandingan final. Dan final Liga Champions di Cardiff nanti adalah pertemuan kedelapan antara wakil Italia dan Spanyol. Hasil laga nanti bisa menjadi perpanjangan dominasi Spanyol atas Italia, atau pembalasan dendam Juventus pada final Liga Champions 1997/1998.

Komentar