Berguru Kepada Bielsa

Cerita

by Redaksi 43

Redaksi 43

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Berguru Kepada Bielsa

“Ia membuatmu menderita seperti seekor anjing,” ujar Dani Osvaldo mengenai Mauricio Pochettino, manajernya semasa bermain di Espanyol.

Tapi diperlakukan seperti seekor anjing ternyata tak membuat Osvaldo kapok. Seolah meminta kembali disiksa seperti anjing, Osvaldo pindah ke Southampton pada 2013. Ia kembali menjadi pemain asuhan Pochettino.

“Awalnya orang-orang akan membencinya karena [latihan yang sangat melelahkan] itu, namun di hari Minggu semua orang akan bersyukur karena manfaatnya terasa,” lanjut Osvaldo.

Para pemain Pochettino membencinya sepanjang pekan. Namun para pemain yang sama mencintainya di hari pertandingan.

Tidak mengherankan, karena Pochettino belajar dari seorang juru taktik yang juga dibenci dan dicintai dengan cara yang sama. Boleh dibilang, ia dibesarkan olehnya. Sosok yang dimaksud adalah Marcelo Bielsa.

Pertemuan pertama Bielsa dan Pochettino terjadi pada pukul satu malam, pada suatu hari di tahun 1987, saat Pochettino masih berusia 14 tahun. Bielsa berkendara ke Murphy, Santa Fe, karena ia mendengar kabar mengenai seorang pemain muda yang mencetak banyak gol untuk kesebelasan lokal. Dinginnya malam tidak menghentikan Bielsa.

Setelah dipersilakan masuk oleh tuan rumah, Bielsa memasuki kamar tidur Pochettino. Mendapati pemain yang ia cari sedang lelap tertidur, Bielsa menarik selimut Pochettino dan membangunkannya. “Ia terlihat seperti pemain sepakbola,” ujar Bielsa kepada José Griffa yang berkendara bersamanya untuk menemui Pochettino. Bielsa dan Griffa masih bekerja sebagai pemandu bakat Newell’s Old Boys saat itu.

Bielsa kemudian mendapati kenyataan bahwa penyerang yang ia cari ternyata adalah seorang pemain belakang. Pochettino memainkan peran ujung tombak karena penyerang di kesebelasan lokalnya menderita cedera. Hal tersebut tidak membuat Bielsa berubah pikiran. Ia tetap membawa Pochettino ke Newell’s Old Boys.

Baca juga:

Kepada Wenger dan Bielsa, Pochettino Seharusnya Malu

Pergantian Ganda Bielsa Ubah Peruntungan Marseille


Selain memiliki teknik yang baik, Pochettino menarik perhatian karena ia memiliki dedikasi dan kemauan tinggi untuk menang, serta tidak mengenal rasa takut. Pochettino juga mau belajar. Pekerjaan rumah yang dibebankan kepadanya ia kerjakan dengan baik. Dan itu bukan pekerjaan rumah biasa; setumpuk tugas yang diberikan Bielsa.

Pochettino masih ingat tugas pertama yang diberikan kepadanya, saat dirinya masih berusia 20 tahun. Pochettino diminta mengumpulkan dan mempelajari dokumen-dokumen mengenai San Lorenzo sebelum mempresentasikan hasil pengamatannya di hadapan para pelatih Newell’s Old Boys.

“Untuk Kamis depan, saya membutuhkan dokumen-dokumen yang kamu kumpulkan mengenai San Lorenzo. Dan ingat: baca tiga surat kabar mengenai pertandingan terakhir mereka, dan baca apapun yang diterbitkan El Grafico pada hari Selasa. Garis bawahi tampilan luar para pemain lawan, pemain terpenting mereka, kecenderungan saat menekan, dan bola mati. Tambahkan juga pengalaman pribadimu dari pertandingan melawan mereka. Kita akan mendiskusikan hal ini dalam latihan,” ujar Bielsa kepada Pochettino.

Pochettino mengaku kesulitan pada awalnya. Namun lama kelamaan ia terbiasa. Semua ilmu yang ia dapatkan dari Bielsa pada akhirnya membentuk dirinya sebagai juru taktik. Seperti Bielsa, Pochettino menjalankan sesi latihan yang pendek namun intens. Ia juga memaksimalkan penggunaan rekaman video untuk menyampaikan hasil pengamatannya kepada para pemainnya.

Sebagai seorang manajer, Pochettino belum pernah meraih gelar juara. Bukan masalah karena ia masih muda. Dan kalaupun pada akhirnya ia miskin gelar juara, itu juga tak apa, sebab Bielsa juga sama.

Tapi mosok, sih, soal nasib mengumpulkan trofi pun Pochettino berguru pada Bielsa? Mana mau dia. Tapi ya lihat saja nanti.

Komentar