Fokus Italia untuk Sepakbola Perempuan

Cerita

by Redaksi 46

Redaksi 46

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Fokus Italia untuk Sepakbola Perempuan

Presiden Federasi Sepakbola Italia (FIGC) Carlo Tavecchio menegaskan akan memprioritaskan pengembangan sepakbola perempuan di Italia. Ia akan menggelar pertandingan sepakbola perempuan sebelum laga Serie A.

Tavecchio, sebelum menjabat sebagai Presiden FIGC, sempat berposisi sebagai kepala Asosiasi Sepakbola Amatir Italia (NLD), yang salah satu tugasnya adalah mengawasi sepakbola perempuan. Kini, dengan peran yang lebih tinggi, ia mencoba untuk meningkatkan kualitas sepakbola perempuan di Italia.

Sebelumnya, timnas sepakbola perempuan Italia gagal melenggang ke Piala Dunia Perempuan yang dihelat di Kanada, tahun depan. Mereka kalah bersaing dengan Belanda di babak play off, setelah kalah 1-2. Ini merupakan kegagalan yang kelima kali secara beruntun bagi sepakbola Italia yang gagal lolos ke Piala Dunia Perempuan sejak 1999.

Tavecchio melakukannya dengan cara “meleburkan” pertandingan sepakbola pria dengan perempuan dalam satu hari dengan waktu yang berdekatan. Tujuannya, agar ada alasan bagi para penonton untuk datang lebih awal ke stadion, menyaksikan talenta sepakbola perempuan Italia bertanding.

“Satu-satunya hal yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki situasi ini adalah dengan membawa pertandingan sepakbola perempuan lebih dekat dengan sepakbola profesional pria di Serie A,” ujar Tavecchio seperti dikutip dari ESPN.

Pria kelahiran 1943 tersebut telah mengontak sejumlah klub seperti Napoli, Fiorentina, Chievo, Lazio, Verona, dan Cessena. Ia juga tengah melakukan diskusi serius dengan Inter Milan, AC Milan, Juventus, dan Bari. Menurutnya, pembicaraan mengarah kepada hal yang positif.

“Tidak ada cara lain. Ini merupakan langkah yang penting dan jika orang-orang tidak mengerti, maka kita akan gagal,” tutur Travecchio.

Ia mencuba untuk meningkatkan jumlah pesepakbola perempuan. Salah satu caranya adalah dengan menata ulang organisasi, serta peraturan internal untuk meningkatkan kualitas liga dan meningkatkan standar sepakbola perempuan di Italia.

Carlo mencontohkan prestasi klub sepakbola perempuan di ajang Liga Champions Perempuan. Terakhir kali Italia mencapai semifinal adalah pada musim 2007/2008. Saat itu, ASD Bardolino Verona dikalahkan tim kuat, Frankfurt, di dua leg sekaligus. Menurut Carlo, ini yang membuat timnas sepakbola perempuan Italia kesulitan dan mesti bekerja keras mencari pemain.

Sementara itu, tim Torres Calcio Femminile yang sempat melaju ke perempat final dalam beberapa musim terakhir kini ditinggalkan sejumlah pemainnya. Raffaella Manieri pindah ke Bayern Munich, sementara Sara Gama ke Paris Saint-Germain. Keduanya mengatakan tidak bisa berkembang jika terus bermain di Italia.

“Sangat berbeda jika dibandingkan di Jerman,” tutur Manieri, “Anda tidak bisa membayangkan memiliki struktur dan staff seperti ini di Italia. Semuanya serba profesional. Inilah yang aku mimpikan saat aku menjadi pesepakbola.”

Sepakbola Jerman memang serius mengembangkan sepakbola perempuan. Mereka memenangi delapan kali perhelatan Liga Champions Perempuan yang mulai digelar pada musim 2001/2002 silam. Tiga diantaranya diraih Frankfurt, dan dua di antaranya diraih Turbine Postdam. Ini yang membaut mereka berhasil meraih dua kali gelar juara dunia pada 2003 dan 2007, serta delapan kali juara Eropa.

Pengembangan sepakbola perempuan di Jerman tidak terlihat secara nyata hasilnya dalam pagelaran Piala Dunia Perempuan yang dihelat pada 2011 silam. Mereka masih kalah bersaing dengan Amerika Serikat, Jepang, dan Swedia. Padahal, ketika itu Jerman yang menjadi tuan rumah. Jerman menjadi juara  grup setelah menyapu bersih semua pertandingan di grup A. Sayangnya, kejutan pun terjadi saat Jepang mengalahkan mereka di babak perempat final lewat perpanjangan waktu. Kekuatan Jerman akan kembali diuji dalam Piala Dunia Perempuan 2015. Mereka satu grup dengan Pantai Gading, Norwegia, dan Thailand.

Nah, sebagai penonton, Italia mestinya dapat menyaksikan penampilan timnas Jerman bukan hanya dari bagaimana cara mereka bermain, tapi bagaiaman cara mereka meningkatkan kualitas dari pengembangan liga sepakbola perempuan.

Bagaimana dengan Indonesia?

Sumber gambar: zimbio.com

Komentar