Analisis Indonesia vs Kamboja: Menang Tipis Karena Kurang Klinis

Analisis

by Bayu Aji Sidiq Pramono

Bayu Aji Sidiq Pramono

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Analisis Indonesia vs Kamboja: Menang Tipis Karena Kurang Klinis

Tim nasional (timnas) Indonesia berhasil meraih kemenangan perdana dalam ajang Piala AFF 2022 setelah menaklukan Kamboja dengan skor 2-1. Gol dicetak oleh Egy Maulana Vikri (7’) dan Witan Sulaeman (35’). Gol balasan tim tamu dicetak oleh Saret Krya (15’). Hasil ini membawa Garuda ke peringkat ketiga klasemen sementara Grup A dengan tiga perolehan tiga poin.

Indonesia turun dengan formasi dasar 4-1-4-1. Jordy Amat mendapatkan debutnya untuk Indonesia dengan bermain sebagai bek tengah bersama Fachruddin Aryanto. Ilija Spasojevic duduk di bangku cadangan dan posisi penyerang tengah diisi oleh Muhammad Rafli.

Marc Klok mengemban tugas sebagai poros tunggal. Tanggung jawabnya cukup besar karena pengatur tempo, distributor bola, dan kreatif utama serangan di sepanjang laga. Tidak hanya itu, pada fase transisi dari menyerang ke bertahan, gelandang dari Persib Bandung tersebut menjadi pemain pertama yang bertugas mematahkan serangan balik lawan.

Di kubu lawan, Ryu Hirose tetap bermain dengan formasi dasar 3-4-3. Sos Suhana yang tampil cemerlang kontra Filipina pada laga sebelumnya, justru duduk di bangku cadangan. Tidak hanya itu, Ryu juga mengistirahatkan Yeu Muslim sehingga posisinya digantikan oleh Saret Krya.

Gambar 1 - Hasil dan Statistik Pertandingan Indonesia vs Kamboja

Secara umum Indonesia unggul hampir dalam segala aspek. Mereka mendominasi 54 persen penguasaan bola, melepaskan delapan tembakan ke gawang, dan mencetak dua gol. Tapi, dari segi efektivitas Kamboja lebih unggul sebab mereka hanya membutuhkan tiga kesempatan untuk mencetak gol sementara Garuda hanya mencetak dua gol dari 16 kesempatan. Hal ini menunjukan bahwa Shin belum menemukan ramuan yang tepat untuk memecahkan masalah efektivitas.

Walaupun demikian, hasil ini tetap layak diapresiasi. Kemenangan di laga perdana bisa menjadi modal penting untuk menghadapi laga lain yang lebih berat. Terlebih jika Indonesia mengincar posisi juara Grup A. Di sisi lain, pertandingan ini bisa menjadi bahan Shin untuk mengevaluasi performa anak asuhnya.

Krisis Penyerang (Lagi)

Pada pertandingan ini, Shin memainkan dua penyerang tengah yaitu Rafli di babak pertama dan Spaso di babak kedua. Secara umum penampilan kedua pemain ini masih jauh dari harapan. Jika melihat rekor pertandingan sebelumnya, tipe penyerang yang paling cocok untuk skema yang diinginkan Shin adalah penyerang yang mampu menarik perhatian satu atau dua bek lawan.

Sayangnya, pada pertandingan ini baik Rafli maupun Spaso gagal memenuhi harapan tersebut. Pergerakan dua pemain ini terlalu pasif sehingga memudahkan bek lawan untuk mengendalikan pertahanan. Justru Witan, Marselino, dan Kambuaya yang berhasil menarik perhatian lawan dan membuat ruang untuk Rafli dan Spaso. Lagi-lagi mereka berdua kurang bijaksana dalam memanfaatkan kesempatan yang dibuka oleh rekan-rekannya.

Shin perlu adaptasi dengan ketersediaan penyerang yang ia panggil di Piala AFF 2022. Bermain dengan skema 4-1-4-1 terbukti kurang cocok dengan gaya main penyerang yang ia miliki.

Pada pertandingan selanjutnya melawan Brunei, Ramadhan Sananta layak diberi kesempatan. Tapi, penyerang asal PSM Makassar tersebut diperkirakan akan lebih cocok ketika Shin kembali ke skema 4-3-3. Sananta yang punya keberanian dan pergerakan yang lebih dinamis diharapkan mampu menarik perhatian lawan sehingga menciptakan ruang bagi Witan, Egy, bahkan Asnawi dan Arhan yang beroperasi di area sayap.

Terlalu Sering Salah Ambil Keputusan

Masalah efektivitas yang tampak sejak periode awal Shin menjabat kembali mencuat pada laga ini. Masalah ini tentu tidak adil jika hanya menyalahkan seorang penyerang tengah. Meskipun, tugas utama seorang penyerang tengah adalah mencetak gol. Tapi perlu diingat, bahwa peluang tidak hanya didapatkan oleh seorang penyerang tengah. Terlebih, tidak banyak suplai yang mampu menjangkau posisi Rafli atau Spaso. Oleh karena itu, perlu digali lebih dalam akar dari permasalahan pelik ini.

Satu hal yang terlihat jelas pada pertandingan ini adalah terlalu banyak keputusan pemain yang kurang bijak. Terutama di depan kotak penalti. Terlepas dari Witan dan Egy yang membuang peluang ketika berhadapan satu lawan satu dengan Keo Soksela, banyak ruang tembak di sekitar kotak penalti yang terbuang percuma akibat terlalu lama mengotak-atik bola. Keputusan tersebut kurang bijaksana karena mereka berada di sekitar kotak penalti sehingga ruang tembak merupakan kesempatan berharga yang seharusnya bisa dimanfaatkan menjadi gol.

Melemah di Babak Kedua

Ketika laga memasuki babak kedua, Shin mengganti dua bek sayap sebelum menit ke-60. Ketika Arhan dan Asnawi keluar, serangan Indonesia dari sisi sayap cenderung melemah. Yakob Sayuri dan Edo Febriansah tampak ragu untuk membantu serangan. Alhasil, Witan dan Saddil Ramdani (masuk menggantikan Egy pada menit ke-46) tidak mendapatkan dukungan yang cukup. Tidak heran jika pada babak kedua, jumlah tembakan yang dilesatkan Garuda berkurang drastis dibanding babak pertama.

Di sisi lain, melemahnya Indonesia di sisi sayap, membuat Kamboja menjadi lebih berani menguasai bola. Sodavid dan Chanpolin mulai menemukan sentuhan dan mengendalikan tempo permainan. Dua bek sayap lebih aktif menyerang sekaligus lebih disiplin pada situasi transisi. Mereka juga berani melakukan high press ketika timnas Indonesia berusaha mengambil alih permainan.

Kondisi ini diperparah dengan stamina skuad Garuda yang semakin terkuras. Hal ini terlihat dari akurasi umpan yang menurun. Marselino, Witan, dan Kambuaya yang sangat aktif menekan lawan kini lebih memilih menunggu di area sendiri. Beruntung, situasi ini gagal dimanfaatkan oleh The Angkor Warriors sehingga kemenangan tetap milik Indonesia.

Inkonsistensi yang ditunjukan timnas Indonesia pada pertandingan ini terindikasi berasal dari tingkat kebugaran yang belum maksimal. Perlu diingat bahwa sebelum Piala AFF 2022 dimulai, liga berhenti. Selain itu, tidak ada laga uji coba yang biasanya digunakan untuk mengukur tingkat kebugaran pemain. Tidak heran jika Shin melakukan empat pergantian pemain ketika laga belum menyentuh menit ke-60.

Konklusi

Kemenangan atas Kamboja pada laga perdana merupakan hasil yang layak disyukuri. Kemenangan ini bisa menjadi modal penting untuk skuad Garuda sebab mereka masih harus melakoni tiga pertandingan lagi untuk memastikan tempatnya di babak semifinal.

Kendati demikian, Shin harus segera memperbaiki masalah-masalah yang ada di dalam skuadnya. Terutama masalah efektivitas, pengambilan keputusan, dan koordinasi di lini pertahanan yang terlihat jelas pada pertandingan ini. Jika tidak, kesempatan Indonesia meraih gelar Piala AFF perdananya semakin tipis.

Komentar