Kai Havertz Menambah Opsi Striker Bagi Chelsea

Analisis

by

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Kai Havertz Menambah Opsi Striker Bagi Chelsea

Chelsea di bawah Thomas Tuchel terus menunjukkan tajinya. Setelah mengalahkan Liverpool akhir pekan kemarin, kini klub Merseyside lainnya yang menjadi korban. The Blues menang atas Everton dengan skor 2-0 pada Selasa (9/3) dini hari waktu Indonesia. Salah satu hal menarik pada laga ini adalah Kai Havertz yang bermain sebagai striker.

Tuchel hampir selalu mengganti trio lini depan Chelsea, termasuk striker. Ia tampak mencari komposisi terbaik sekaligus rotasi karena jadwal padat. Sebelumnya terdapat tiga pemain yang pernah dipasang di posisi ini yaitu Olivier Giroud, Tammy Abraham, dan Timo Werner. Pada laga kontra The Toffees, Tuchel mencoba Havertz di posisi striker dan hasilnya cukup baik.

Havertz diapit oleh Werner dan Callum Hudson-Odoi yang bermain di sayap. Eks pemain Bayer Leverkusen itu diberi kebebasan untuk bergerak. Baik itu turun untuk menjemput bola dan menjadi opsi progresi, atau melebar agar Chelsea menciptakan situasi menang jumlah di sayap. Kemampuan teknik di atas rata-rata membuat ia mampu mendistribusikan bola dengan baik.

Salah satu contohnya pada momen di babak kedua ini. Chelsea membangun serangan dari bawah, bermain umpan pendek hingga ke Edouard Mendy untuk memancing Everton melakukan high pressing. Setelah Everton terpancing dan terdapat ruang, Havertz turun untuk meminta bola dari Andreas Christensen.

Dengan sentuhan pertama yang efektif, ia tidak mendapatkan tekanan dari lawan. Havertz mengumpan ke Mateo Kovacic di kiri.

Havertz terus melakukan pergerakan secara konstan. Hal ini membuat ia kembali menjadi opsi umpan dan menjadi penyambung antar sisi serangan. Callum Hudson-Odoi memberikan bola ke Havertz.

Sentuhan dan body shape yang baik membuat ia terhindar dari tekanan lawan. Havertz memindahkan arah serangan ke kanan, tepatnya ke Reece James sebagai bek sayap.

Pemain asal Jerman ini kembali melakukan give and go sehingga bisa menjadi opsi bagi James. Havertz tampak ingin melakukan umpan satu dua namun James dilanggar dan Chelsea mendapatkan tendangan bebas dari area yang cukup berbahaya.

“Dia bermain baik di ruang antar lini dan menggunakan kemampuannya untuk mempercepat serangan kami serta menambah sentuhan di kotak penalti lawan,” ujar Tuchel pada wawancara usai laga. Kualitas teknik dan eksekusi yang baik membuat ia bisa diandalkan ketika Chelsea membangun serangan dari bawah.

Tak hanya itu, Havertz juga bisa berkontribusi pada situasi lain. Ketika Chelsea berhasil progresi hingga ke sepertiga akhir lapangan, Havertz memiliki positioning yang baik sehingga bisa menjadi ancaman bagi gawang lawan. Musim lalu, dikutip dari Transfermarkt, Havertz mencetak delapan gol dan satu asis dari delapan laga ketika ia bermain sebagai striker. Mayoritas golnya dicetak karena positioning yang baik.

Kekuatan tersebut terlihat pada proses terjadinya dua gol Chelsea. Gol pertama, Havertz memosisikan diri dengan baik sehingga bisa menyambut umpan silang Marcos Alonso. Ia berada di blindside Michael Keane dan mempercepat larinya ketika Alonso akan melepaskan umpan silang (0:38 di video). Tembakan Havertz berbelok karena terkena Ben Godfrey. Kredit juga untuk Hudson-Odoi dan Alonso yang menampilkan permainan kombinasi apik para proses gol ini.

Momen lainnya adalah ketika ia berhasil menceploskan bola ke gawang Jordan Pickford, namun dianulir karena handball. Havertz sekali lagi memosisikan diri dengan baik dan menemukan celah antara Keane dan Godfrey. Timing pergerakan yang baik membuat ia bisa menyambut, mengontrol, dan melepaskan tembakan. Sayangnya, bola menyentuh tangan sehingga gol dianulir.

Selain situasi umpan silang, Havertz juga berbahaya pada situasi di mana ia bisa melakukan run in behind. Garis pertahanan Everton pada momen ini cukup tinggi sehingga terdapat ruang di belakang lini pertahanan. Havertz mampu memaksimalkan situasi ini untuk mendapatkan umpan terobosan dari Kovacic. Pickford yang terpancing keluar dari gawang membuat pelanggaran sehingga Chelsea mendapatkan penalti. Jorginho sukses eksekusi dengan baik.

Posisi ini benar-benar mengakomodir kemampuan Havertz. Ia bukan gelandang serang kreatif dengan catatan asis luar biasa. Dua musim terakhir, jumlah asis Havertz selalu lebih kecil dari torehan golnya. Positioning dan pergerakan tanpa bola yang baik membuat ia bisa mendapatkan peluang berbahaya. Selain itu, Havertz juga bisa diandalkan ketika membangun serangan dari bawah dengan eksekusi teknik yang baik.

Kebebasan bergerak menjadi hal yang sangat disukai Havertz dari peran ini. “Saya bermain seperti false nine, saya memiliki kebebasan untuk bergerak ke area yang saya inginkan. Saya suka memiliki kebebasan ketika bertanding,” ujar Havertz.

Pada laga tersebut, Havertz mampu menunjukkan bahwa ia juga mahir dalam beberapa kelebihan striker Chelsea lainnya. Giroud kerap diandalkan ketika Chelsea membuat peluang dari situasi umpan silang, pada laga ini terbukti Havertz juga kuat dalam skema tersebut. Kecepatan Werner sangat diandalkan untuk eksploitasi garis pertahanan lawan yang tinggi, hal ini bukan masalah bagi Havertz. Abraham merupakan striker yang lebih berimbang dari segi fisik dan kecepatan dibanding Giroud dan Werner. Havertz bisa dibilang serupa, bahkan ia memiliki teknik yang lebih baik dari Abraham.

Posisi ini merupakan posisi di mana Havertz paling produktif di Leverkusen. Pada laga menghadapi Everton, Havertz kembali membuktikan kualitasnya. Jika ia bisa konsisten dan mempertahankan performa apik ketika bermain di posisi ini, Havertz berpeluang besar menjadi opsi utama Tuchel di posisi striker.



Komentar