Liverpool vs Chelsea: Hantu Juergen Klopp di Sepanjang Karier Thomas Tuchel

Cerita

by Redaksi 7

Redaksi 7

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Liverpool vs Chelsea: Hantu Juergen Klopp di Sepanjang Karier Thomas Tuchel

Dua pelatih berbakat Jerman saling berhadapan saat Liverpool vs Chelsea digelar di Anfield, Jumat (5/4/2021) dini hari nanti. Lintasan karier yang mirip membuat hubungan dua pelatih ini disorot secara khusus. Baik Juergen Klopp dan Thomas Tuchel mengawali karier sebagai manajer tim utama di Mainz, lalu pindah ke Borussia Dortmund.

Akan tetapi, hubungan keduanya tidaklah terlalu dekat. Sebagaimana ditekankan kedua pelatih, walaupun trek karier bersilangan, Klopp dan Tuchel sebatas kolega. Juga, akibat komparasi dan pertandingan rutin di Bundesliga membuat keduanya lebih disebut sebagai rival.

Tuchel adalah pelatih berbakat yang dimentori Ralf Rangnick. Ia mengawali karier kepelatihan sebagai pelatih tim muda VfB Stuttgart saat Rangnick melatih tim utama. Pria yang pensiun dini sebagai pemain SSV Ulm 1846 ini turut berjasa mengembangkan pemain masa depan Stuttgart seperti Mario Gomez dan Holger Badstuber. Ia juga mengantar Stuttgart menjuarai Bundesliga U-19.

Tuchel kemudian direkrut FC Augsburg sebagai pelatih U-19, kemudian dipromosikan ke FC Augsburg II pada 2007. Pekerjaan cemerlang membuat Mainz 05 merekrutnya pada 2008. Mulanya, Tuchel diberikan tugas sebagai pelatih U-19. Bersama Mainz, ia kembali menjuarai Bundesliga U-19 2008/09.

Pada 2009/10, Mainz butuh pelatih setelah promosi kembali ke 1. Bundesliga. Tuchel pun ditunjuk. Debut pelatih yang kini 47 tahun tersebut menjanjikan, tak terkalahkan dalam tiga pertandingan awal, termasuk menang atas Bayern Muenchen di pertandingan ketiganya.



Di Mainz, Tuchel mengenalkan metode latihan yang inovatif dan juga kuat dari segi taktis. Die Nullfuenfer bahkan berhasil finis di peringkat lima Bundesliga 2010/11, kemudian berpartisipasi di Europa League. Namun, semua pencapaian ini nyatanya tak bisa mengeluarkan Tuchel dari bayang-bayang Klopp. Publik Mainz belum bisa melupakan sosok kharismatik Klopp dan heavy metal football-nya.

“Tuchel adalah pelatih terbaik di sesi latihan dan dalam hal merencanakan pertandingan, tetapi Kloppo tetaplah yang terbaik. Dia dapat mencampurkan ide taktisnya dengan sentuhan manusiawi. Mengganti pelatih itu mudah, tetapi mengganti sosok hebat sangatlah sulit. Dortmund pasti setuju,” kata seorang staf kawakan Mainz kepada Independent.

Christian Heidel, eks direktur teknik Mainz, mengingat betapa komparasi dengan era Klopp membuat Tuchel kesal. Tuchel ingin membuat fajar baru, tetapi kenangan-kenangan spesial dari periode sebelumnya terlalu berakar di klub.

“Saya sedang berkata bahwa kami, sebagai klub, harus lebih dekat dengan publik. Lalu sebuah frasa keceplosan dan saya berkata: ‘Ketika Kloppo di sini....’ Seketika itu, Thomas marah dan meneriaki saya. Dia sangat kesal,” kata Heidel.

Hal serupa berulang kembali di Signal Iduna Park. Tuchel kembali menjadi suksesor Klopp setelah seniornya itu pergi pada 2015. Dortmund menempuh kampanye mengecewakan pada musim terakhir Klopp dan Tuchel diharap memberi angin segar ke skuad die Borussen.

Tuchel meraih satu DFB-Pokal bersama Dortmund. Di Bundesliga, sebagaimana tiga musim terakhir Klopp, anak asuh Tuchel selalu dihempaskan Bayern Muenchen saat perebutan gelar juara. Walaupun gagal menyabet Meisterschale, tak diragukan bahwa Tuchel membangun skuad tangguh di Dortmund.



Namun, sekeras apa pun ia mencoba, kharisma Klopp yang bergentayangan di Mainz dan Dortmund terlalu sulit ditandingi. Dari segi manajemen tim dan di atas lapangan, boleh dikata bahwa keduanya satu level. Yang membedakan adalah bagaimana persona yang berlainan ini menancapkan legasi.

“Sesi latihannya (Tuchel) luar biasa, dia seorang visioner. Tetapi sebagai manusia, ia tidak berhasil dalam beberapa hal,” kata Roman Weidenfeller, kiper Dortmund yang mengalami era Klopp dan Tuchel.

Tuchel baru keluar dari bayang-bayang seniornya itu saat hijrah ke Perancis. Paris Saint-Germain tak memiliki hubungan apa pun dengan Klopp dan Tuchel lepas dari perbandingan-perbandingan klise. Kini, Tuchel menangani Chelsea yang merupakan rival domestik Liverpool, klub asuhan Klopp.

Tuchel pun memiliki kesempatan terbuka mengungguli seniornya itu di Britania. Selama ini, Tuchel punya rekor yang inferior atas Klopp. Dari 14 pertandingan lawan Klopp, pelatih Chelsea ini hanya sanggup menang dua kali, sembilan kali kalah, dan tiga imbang. Sebagian besar kekalahan Tuchel diderita saat ia menangani Mainz dan Klopp memimpin Dortmund.

Liverpool dan Chelsea sendiri saat ini dalam posisi berdekatan di tabel klasemen. The Blues, setelah melalui sembilan laga tanpa kalah di bawah manajer baru, untuk sementara unggul satu poin atas Liverpool.

Di sisi lain, The Reds mengusung misi wajib menang saat menjamu sang rival. Mereka telah menelan empat kekalahan beruntun di Anfield. Jika kalah dari Chelsea, Klopp akan membuat rekor baru yang tak dia inginkan: lima kekalahan beruntun di Anfield, pertama kalinya sepanjang sejarah klub.

Mohamed Salah dan kawan-kawan sendiri telah kembali ke jalur kemenangan usai melibas Sheffield United, 1 Maret lalu. Hasil itu mengakhiri tren lima kekalahan beruntun The Reds di Premier League.

Walaupun Chelsea bermodal tren impresif, Liverpool sedang mencoba bangkit menyelamatkan musim mereka. Empat besar adalah target realistis dan untuk meraihnya, The Reds mesti meraih sebanyak mungkin poin yang tersedia, terutama lawan rival dekat seperti Chelsea.

Komentar