Keberhasilan Sevilla Meredam Serangan Balik Manchester United

Analisis

by redaksi

Keberhasilan Sevilla Meredam Serangan Balik Manchester United

"Tidak ada alasan [atas kekalahan ini]," ujar gelandang Manchester United, Nemanja Matic, pada MUTV, usai United takluk 1-2 dari Sevilla, Rabu (14/3) dini hari WIB. "Kami sebelumnya menjalani laga besar, seperti yang kalian tahu, melawan Liverpool dan kami percaya diri menjalani laga ini. Tapi Sevilla lebih baik dari kami. Mereka layak mendapatkannya (lolos ke babak perempat final)."

Ya, seperti kata Matic, Sevilla layak menang (dan menyingkirkan United). Ini terkait pendekatan strategi manajer United, Jose Mourinho, yang kali ini keliru. Jika melawan Liverpool (2-1) segala persiapan taktikalnya berjalan dengan sempurna, tidak untuk laga melawan Sevilla.

Mourinho menyiapkan United dengan pendekatan yang sama seperti melawan Liverpool. Mereka berharap Sevilla mengincar gol cepat dengan terus menekan sejak awal pertandingan. Sementara itu United memfokuskan lini pertahanan yang rapat sambil menyerang melalui serangan balik.

Meski pendekatan strategi sama, United sendiri sebenarnya turun dengan komposisi yang berbeda. Juan Mata dan Scott McTominay yang bermain sejak menit pertama di laga melawan Liverpool tidak diturunkan pada laga ini. Mourinho memilih Marouane Fellaini dan Jesse Lingard untuk menggantikan keduanya. Pola 4-3-3 pada laga melawan Liverpool dipertahankan; ya, Lingard bermain sebagai gelandang tengah pada laga ini.

Alexis Sanchez, Marcus Rashford, Romelu Lukaku, Fellaini dan Lingard tidak terpaku pada posisinya. Mereka dibebaskan bergerak untuk mengacaukan pertahanan Sevilla. Skema ini dilakukan untuk memuluskan serangan balik United. Tujuannya, siapapun yang memungkinkan untuk menyerang, meski ia tidak di posisi aslinya, pemain tersebut tetap bisa/harus terlibat membangun serangan untuk menyerang ruang kosong Sevilla.

Mourinho mengharapkan gol cepat lalu bertahan lebih banyak pada babak kedua seperti laga melawan Liverpool, tetapi Sevilla tak terjerumus tipu daya Setan Merah. Bahkan skuat asuhan Vincenzo Montella itu bermain dengan lebih sabar dalam menyerang; atau lebih tepatnya sangat berhati-hati dalam menyerang. Mantan pelatih AC Milan tersebut tampaknya begitu mewaspadai serangan balik United.

Serangan balik juga menjadi skema utama Montella dalam menyerang. United yang tak menyangka hal ini pun pada akhirnya lebih sering terancam. Sevilla melepaskan 10 tembakan, sementara United hanya 6 pada babak pertama. Walau begitu kedua kesebelasan sama-sama punya sejumlah peluang emas; salah satunya United melalui Fellaini (yang mampu ditepis Sergio Rico) sedangkan Sevilla melalui tendangan Luis Muriel yang menyamping. Babak pertama pun berakhir dengan penguasaan bola 49,6% (United) berbanding 50,4% (Sevilla).

Sebenarnya Sevilla tidak selalu terburu-buru dalam melancarkan serangan balik. Jika Liverpool terus menekan dengan agresif, Sevilla hanya sesekali saja menekan maupun melancarkan serangan balik. Setiap serangan Sevilla memperhitungkan betul momen untuk menyerang. Montella tak ingin anak asuhnya gegabah dalam melancarkan serangan lalu kelabakan ketika menghadapi serangan balik United.

"Selalu sulit melawan tim bagus," kata Mourinho pada laman resmi United. "Tim kami memulai laga dengan baik tapi bisa mencetak gol. Babak pertama, semuanya terkendali. Sevilla lebih senang dengan hasil imbang 0-0 dan itu tampaknya yang memang diincar oleh mereka."

"Sejak menit pertama kami mencoba untuk agresif dan lebih intens, dan saya melihat sejumlah kesamaan di antara laga ini melawan laga awal melawan Liverpool. Tapi kami tidak mencetak gol, sementara Sevilla bisa menguasai bola, dan mereka cukup percaya diri menguasai bola dan mengendalikan laga ini," sambungnya.

Skema yang dimainkan Sevilla sebenarnya sudah dicoba melawan Valencia. Pada laga tersebut Sevilla kalah 0-2. Tapi Montella yakin anak asuhnya bisa merepotkan United dengan skema yang sama karena kekalahan tersebut terjadi karena ada kesalahan-kesalahan individu. Karena itulah para pemain Sevilla lebih berhati-hati di laga ini.

Pemilihan pemain jitu Montella

Salah satu faktor utama Sevilla bisa meredam serangan United sebenarnya merupakan buah dari pemilihan pemain Montella sendiri. Pada laga ini, Jesus Navas yang biasanya dimainkan sebagai bek kanan tak bisa bermain karena cedera, begitu juga dengan bek kanan lainnya, Sebastien Corchia dan Miguel Layun.

Montella lantas melakukan perjudian dengan memainkan Gabriel Mercado, yang biasanya bermain sebagai bek tengah bersama Clement Lenglet, ditempatkan di kanan pertahanan. Sebagai gantinya Simon Kjaer menghuni pos bek tengah. Mercado pun tidak diinstruksikan aktif membantu serangan untuk menjaga keseimbangan pertahanan khususnya dalam menghadapi serangan balik. Sama halnya dengan Sergio Escudero di kiri pertahanan.

Selain itu, ada alasan khusus mengapa Kjaer pada akhirnya diturunkan sebagai tengah. Ia membutuhkan Kjaer, kapten timnas Denmark, yang berpengalaman untuk menghadapi penyerang seperti Romelu Lukaku yang kuat dalam penguasaan bola. Pertimbangan itu diambil karena awalnya Montella berencana memainkan Escudero sebagai bek tengah.

"Absennya Navas dan kami memilih Kjaer sebagai gantinya karena pengalaman yang ia miliki, juga kemampuan fisikalnya," kata Montella pada laman resmi Sevilla. "Dengan begitu Sergio [Escudero] bisa tetap bermain di posisi naturalnya (bek kiri). Bermain dengan komposisi ini menjadikan kami tim yang berpengalaman karena kami mengurangi keuntungan untuk lawan (jika ada pemain yang bermain tidak pada posisi idealnya)."

Selain itu, Luis Muriel yang dipilih sebagai starter ketimbang Wissam Ben Yedder pun berfungsi untuk memforsir bek tengah United lewat kecepatan dan agresivitasnya. Tak seperti Ben Yedder yang lebih klinis dan lebih banyak bergerak di kotak penalti, penyerang asal Kolombia itu punya kemampuan dribel yang bisa merepotkan lawan-lawannya. Sebelum digantikan pada menit ke-72, Muriel mencatatkan tiga tembakan; satu on target.

Gol pertama Ben Yedder, dua menit setelah dirinya masuk, memperlihatkan lini pertahanan United yang mulai keletihan. Eric Bailly yang menjaganya tampil luar biasa pada babak pertama, termasuk saat melakukan tekel krusial saat Joaquin Correa sudah berhadapan dengan David De Gea. Tapi pada menit 74 tersebut, ia kalah cepat dari Ben Yedder sehingga gagal memblok tendangan penyerang asal Prancis itu.

Pada gol tersebut, sebenarnya kita juga bisa melihat bagaimana Paul Pogba, yang pada menit ke-60 masuk menggantikan Fellaini, lengah pada area di belakangnya. Hal itu dimanfaatkan dengan baik oleh Ever Banega yang mengirimkan umpan pada Pablo Sarabia. Sarabia yang berdiri bebas pun membuat Chris Smalling terpancing untuk menghentikannya namun hal itu justru membuat Ben Yedder berada dalam situasi 1on1 melawan Bailly.

Gol kedua Ben Yedder pun terjadi karena kelengahan para pemain United (Pogba salah satunya). Pertama Correa menyambut sepak pojok dengan bebas, tak ada upaya pemain United untuk mengganggunya padahal sebelum itu Matic dan Bailly berada di dekatnya. Lantas kedua ketika Ashley Young kelabakan menghadapi Ben Yedder. Saat itu pemain United yang lain pun tak begitu bereaksi saat De Gea menepis sundulan Ben Yedder tersebut.

Mengenai hal ini, Mourinho mengakui gol pertama Sevilla sebenarnya sudah `membunuh` para pemainnya, yang membuat para pemainnya lebih tertekan. Secara garis besar, Mourinho mengakui kecerdikan skema Montella yang tidak terpancing dengan strategi United.

"Mereka mencetak gol pertama, sejak saat itu semuanya menjadi lebih emosional dan lebih menyulitkan (buat para pemain). Lantas gol kedua terjadi, itu membuat segalanya jadi tidak mungkin. Mereka membiarkan pertandingan [United menyerang lalu melakukan serangan balik] sampai memberikan periode berbahaya untuk kami, dan mereka berhasil, mereka mencetak gol. Semuanya semakin sulit setelah itu, karena kami punya waktu yang lebih sedikit," tutur Mou.

Di akhir laga, total tembakan pada laga ini mencapai 38 kali; 17 untuk United, 21 untuk Sevilla. Pada babak kedua Sevilla menambah 11 tembakan. Delapan tembakan terjadi setelah Ben Yedder masuk. United juga melepaskan 11 tembakan pada babak kedua, tapi 7 di antaranya off target.

Kunci keberhasilan Sevilla pada laga ini memang mereka tetap sabar dalam membongkar pertahanan United, baru menyengat setelah menit ke-70. Akhirnya anak asuh Montella tersebut bisa memanfaatkan kesalahan pemain United untuk mencetak gol pertama, gol kedua (lewat Ben Yedder yang fresh), yang hanya mampu dibalas satu gol lewat Lukaku. Setelah gol Lukaku, pada menit 84, United masih membutuhkan dua gol lagi untuk lolos. Itu tidak terjadi, dan bisa dibilang sangat sulit menghadapi Sevilla yang sepanjang laga ini bermain dengan sabar dan hati-hati.

foto: sevillafc.es

Komentar