Analisis Pertandingan Paris Saint-Germain vs Juventus: Kreativitas Lini Depan yang Menjadi Pembeda

Analisis

by redaksi

Analisis Pertandingan Paris Saint-Germain vs Juventus: Kreativitas Lini Depan yang Menjadi Pembeda

Pertandingan Liga Champions 2022/2023 grup H mempertemukan Paris Saint-Germain dengan Juventus, sekaligus menjadi pertemuan pertama kedua tim di ajang ini. Laga yang dihelat di Stadion Parc des Princes itu berkesudahan 2-1 untuk kemenangan sang tuan rumah.

Christophe Galtier yang kini menukangi PSG menggunakan formasi 3-4-3, sementara Massimiliano Allegri menggunakan 3-5-2. Pada musim ini di Serie A, Allegri belum pernah menggunakan formasi tersebut.

Kombinasi Operan Cepat dan Pergerakan Tanpa Bola Menjadi Cara Membongkar Pertahanan Juventus

Belum genap 10 menit pertandingan berjalan, skuad Juventus harus sudah memungut bola dari gawangnya. Tepatnya di menit ke-5, Kylian Mbappe berhasil melesakkan tendangan ke gawang yang dijaga Mattia Perin. Para pemain PSG berhasil membongkar pertahanan Juventus yang berlapis dengan kombinasi umpan-umpan pendek.

Kala bertahan, Juventus menggunakan pola 5-4-1, dengan menumpuk pemain di lini bertahan untuk menahan serangan-serangan dari para pemain PSG. Nyatanya, para pemain PSG begitu sabar untuk melakukan serangan. Ketika bola berhasil direbut oleh pemain Juventus, mereka tidak akan memiliki opsi selain melakukan bola-bola jauh.

Hal ini karena para pemain PSG juga melakukan tekanan di lini bertahan dan tengah Juventus, sehingga pemain Juventus harus membuang jauh bola ke depan dengan harapan Dusan Vlahovic mampu menguasainya. Usaha tersebut berbuah nihil karena di lini bertahan PSG masih menyisakan Presnel Kimpembe dan Marquinhos.

Kecerdikan Galtier terlihat dari strategi ini. Para pemain PSG melakukan operan-operan dari lini belakang untuk menarik pemain Juventus agar melakukan tekanan dan membuat lini pertahanan mereka lebih terbuka.

Alhasil pemain PSG mampu melancarkan serangan dari operan-operan pendek dan pergerakan pemain. Para pemain PSG akan bergerak setelah melakukan operan. Itu yang memudahkan mereka dalam melakukan serangan, karena mereka akan terus mencari ruang kosong agar aliran bola tidak terhenti, sementara pemain Juventus akan lebih terfokus kepada pemain yang sedang menguasai bola. Skema itulah yang membuahkan dua gol bagi PSG


Pada gol pertama, Mbappe melakukan kombinasi satu-dua dengan Neymar. Rabiot hanya terfokus pada bola yang dialirkan oleh Mbappe ke Neymar. Setelah itu ia justru ikut menekan Neymar dan tidak mengikuti pergerakan Mbappe.

Alhasil Mbappe berhasil meloloskan diri dan berlari ke ruang terbuka di area kotak penalti. Kecerdikan juga diperlihatkan oleh Neymar. Ketika ia ditekan dua pemain (Rabiot dan Paredes) ia mencongkel bola sehingga melewati kedua bek yang sedang menekan. Bremer pun tidak bisa mengantisipasi bola tersebut yang akhirnya bisa diselesaikan oleh Mbappe.

Kehilangan Angel Di Maria dan Paul Pogba

Juventus begitu kesulitan untuk menembus lini pertahanan PSG yang diisi oleh Sergio Ramos-Marquinhos-Kimpembe. Vlahovic dan Arkadiusz Milik pun tidak bisa menembus kokohnya pertahanan yang dilakukan oleh PSG. Vlahovic hanya mampu melepaskan 3 tembakan, 2 on target dan 1 off target. Sementara Milik hanya mampu melakukan 1 kali sundulan on target.

Kehilangan Angel Di Maria dan Paul Pogba sedikit banyak berpengaruh terhadap skema penyerangan Allegri. Di Maria mengalami masalah di betisnya pada saat pertandingan melawan Fiorentina di Serie A (03/09/2022).

Sementara Paul Pogba mengalami cedera saat Juventus menjalani latihan pra musim. Ia harus absen cukup lama dan kemungkinan ia pun tidak akan ikut bersama Timnas Prancis di ajang Piala Dunia 2022/2023 nanti.

Jika tidak mengalami cedera, Di Maria dan Pogba kemungkinan besar akan menjadi tumpuan Juventus dalam melakukan serangan. Dalam pertandingan kemarin, Juventus tidak memiliki sosok kreator di lini serang mereka. Adrien Rabiot-Leandro Paredes-Fabio Marreti bukanlah pemain yang bertipikal untuk melakukan serangan, mereka lebih bertipikal sebagai penyeimbang permainan di lini tengah.

Ini yang membuat serangan Juventus bisa dikendalikan oleh para pemain PSG. Juventus hanya mampu melakukan tembakan sebanyak 13 kali dan hanya 8 tembakan yang tepat sasaran.

Di babak pertama, Juventus praktis hanya melakukan tembakan 3 kali saja, 1 on target dan 2 off target. Di babak kedua, Juventus lebih bisa memberikan tekanan kepada PSG. Mereka mampu menciptakan tembakan sebanyak 8 kali, 3 on target dan 5 lainnya off target.

Juventus selalu mengalami kebingungan ketika aliran bola sudah berada di sepertiga area pertahanan PSG. Kerapatan lini bertahan PSG menjadi faktor Juventus sulit untuk mencari kesempatan menembus area kotak penalti. Glitter menumpuk pemain ketika Juventus melakukan serangan dengan menerapkan pola 5-4-1.

Walaupun mampu menembus hingga area kotak penalti, Juventus masih belum bisa memaksimalkan kesempatan tersebut. Donnarumma masih cukup tangguh untuk bisa menghalau bola yang mengarah ke gawang yang dijaganya.


Heatmap penyerangan Juventus

Sumber: Whoscored.com

Dari heatmap tersebut, Juventus hanya mampu mengalirkan bola hingga sepertiga area pertahan PSG saja karena para pemain PSG mampu mengorganisasikan pertahan mereka dengan cukup solid.

Vlahovic pun terkunci oleh trio bek PSG. Ia tidak bisa bergerak dengan leluasa karena ke manapun ia bergerak trio bek tersebut akan secara bergantian untuk mengawal pergerakan yang diciptakan oleh Vlahovic, sehingga memaksa pemain Juventus untuk melakukan tendangan dari luar kotak penalti.

Juventus mampu mencetak gol dari skema sepak pojok ketika McKennie berhasil unggul duel udara dengan Nuno Mendes.

Di pertandingan itu secara statistik torehan Juventus tidak jauh berbeda dengan PSG. Skuad Galtier mampu melakukan total tembakan sebanyak 15 kali, sementara Juventus melakukan 13 kali. Bahkan Juventus mampu melakukan tembakan dari area kotak penalti sebanyak 10 kali dan PSG hanya mampu melakukannya sebanyak 8 kali saja.

Kekalahan Juventus atas PSG ini terlihat dari bagaimana mereka melakukan penyerangan. Juventus tidak memiliki sosok kreator untuk memberikan variasi serangan ketikan pola yang dipakai mengalami kebuntuan. Sementara PSG memiliki trio lini depan yang kerap bergantian untuk menjemput bola ke area tengah untuk melakukan variasi-variasi serangan. Lini tengah PSG dijaga oleh Marco Verratti. Ia melakukan 6 kali tekel sukses (yang terbanyak di pertandingan itu) serta melakukan 2 kali intersep.

Komentar