Analisis Inter Milan vs Bayern Munich: Koordinasi Lini Serang dan Versatility Kimmich

Analisis

by Bayu Aji Sidiq Pramono

Bayu Aji Sidiq Pramono

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Analisis Inter Milan vs Bayern Munich: Koordinasi Lini Serang dan Versatility Kimmich

Inter Milan tumbang di depan publik Giuseppe Meazza oleh raksasa asal Jerman, Bayern Munich. Dua gol yang diciptakan oleh anak asuh Julian Nagelsmann gagal dibalas oleh pasukan Simone Inzaghi. Hasil ini membawa il Biscione duduk di peringkat tiga klasemen sementara Grup C berada di bawah Barcelona dan Bayern Munich.

Seperti yang saya bahas dalam pratinjau pertandingan bahwa pertandingan ini membutuhkan mental dan pengalaman. Maka tidak heran jika kedua pelatih memainkan para pemain senior sejak menit pertama.

Gambar 1 - Susunan Pemain Pertama Inter Milan dan Bayern Munich

sumber : sofascore

Simone Inzaghi menciptakan duet baru di lini depan yaitu memasangkan Lautaro Martinez dan Edin Dzeko. Musim ini, Inzaghi belum pernah memasangkan dua pemain ini sejak awal laga. Absennya Lukaku membuat Inzaghi perlu melakukan beberapa penyesuaian. Terlebih Edin Dzeko merupakan salah satu pemain senior dan berpengalaman di skuadnya. Pemain senior lain yang bermain sejak awal adalah Henrikh Mkhitaryan. Ia menggantikan posisi yang biasanya diisi oleh Nicolo Barella.

Di kubu tim tamu, mereka memainkan Thomas Muller sejak awal. Tujuannya sama, menambah kekuatan mental dan suntikan pengalaman meskipun hampir seluruh penggawa Bayern Munich diisi oleh para pemain berpengalaman. Selain itu, keuntungan non-teknis lainnya dari menurunkan Muller sejak awal adalah kemampuannya dalam memimpin dan memberikan ketenangan kepada tim.

Meskipun Inter Milan memegang rekor belum terkalahkan di kandang, tim tamu justru mengambil alih dominasi pertandingan. Pasukan Julian Nagelsmann memegang 56% penguasaan bola dengan 800 sentuhan dan 88% akurasi umpan. Berkat dominasi tersebut, Bayern Munich melepaskan 21 tembakan yang 11 di antaranya mengarah ke gawang Andre Onana.

Inter Milan justru tidak mendapatkan banyak kesempatan. Dengan modal 44% penguasaan bola, mereka hanya melepaskan 9 tembakan dan hanya 2 yang menemui sasaran. Tidak heran jika hingga akhir pertandingan, pasukan Simone Inzaghi gagal memperkecil kedudukan.

Terlepas dari dominasi Bayern Munich, apa saja faktor yang membuat Inter Milan kalah di depan pendukungnya sendiri?

Pergantian Pemain Inter yang Kurang Efektif

Seperti yang dibahas dalam pratinjau pertandingan, salah satu yang menarik untuk disaksikan adalah adaptasi di tengah pertandingan dari kedua tim. Simone Inzaghi dan Julian Nagelsmann tidak melakukan pergantian pemain hingga menit ke-70. Tepat setelah gol kedua tim tamu, tuan rumah merespon dengan empat pergantian pemain di semua lini.

Tapi, yang menarik adalah kebijakan pergantian pemain di lini belakang. De Vrij dan Bastoni yang tampil cukup solid justru ditarik keluar sementara D’Ambrosio yang melesatkan gol ke gawang sendiri justru bermain hingga akhir pertandingan. Pemilihan Dimarco kemungkinan besar bertujuan untuk menghidupkan sayap kiri yang redup sepanjang pertandingan dan sering menjadi sasaran serangan Bayern Munich.

Selain itu, Inzaghi lebih memilih memasukan Gagliardini dibanding Barella. Seperti yang dibahas sebelumnya bahwa Barella bisa menjadi faktor kunci untuk Inter Milan agar mampu bangkit. Maksud Inzaghi memilih Gagliardini kemungkinan besar berkaitan dengan keseimbangan di lini tengah dan meringankan beban Brozovic.

Sayangnya, kebijakan pergantian pemain dari Inzaghi tidak membuat banyak perubahan. Setelah menit ke-71 mereka hanya sekali mengancam gawang Manuel Neuer. Sisanya, Bayern Munich tetap memegang kendali hingga akhir pertandingan.

Peran Lini Depan dan Versatility Joshua Kimmich

Bayern Munich menguasai pertandingan sepanjang 90 menit. Determinasi permainan bertahan hingga akhir pertandingan dan Nagelsmann memiliki kedalaman yang cukup dalam.

Empat pemain dalam peran menyerang seperti Kingsley Coman, Thomas Muller, Leroy Sane, dan Sadio Mane sukses membuat pemain belakang Inter tidak nyaman. Keempat pemain tersebut membukukan 10 percobaan tendangan dari total 21 percobaan, Coman 2 percobaan, Muller 5, Sane 2, dan Mane 1. Serge Gnabry menyumbang 2 percobaan yang masuk sebagai pengganti Coman di menit ke-75.

Selain itu, keempat pemain tersebut juga mengemas 11 operan kunci dari total 15 operan kunci, yaitu Coman 5 kali, Muller 1, Sane 3, dan Mane 2.

Catatan tersebut membuktikan bahwa koordinasi serangan yang dibangun oleh Bayern Munich berjalan cair yang diperankan oleh Coman, Muller, Sane, dan Mane dalam membongkar pertahanan Inter.


Gambar 2 - heatmap dari Joshua Kimmich yang lebih banyak mengeksploitasi sisi kiri tengah dan pertahanan Inter. Sumber: Whoscored

Tidak hanya itu, Bayern Munich memiliki seorang gelandang yang serba bisa. Joshua Kimmich menjadi pemeran utama dalam membangun serangan dari sisi tengah. Berposisi sebagai gelandang bertahan, bersama Marcel Sabitzer, keduanya tampil saling menutupi lini tengah. Kimmich bergerak di sisi kanan serangan Bayern Munich.

Kimmich mencatatkan pemain dengan operan terbanyak (87 operan) dalam pertandingan setelah Benjamin Pavard (101). Satu aksi Kimmich dalam melepaskan operan kunci berbuah menjadi asis bagi gol pertama yang dicetak oleh Sane. Kimmich mengirimkan operan dari tengah lapangan menuju sepertiga lapangan akhir Inter dan disambut oleh Sane dengan solo run dan diselesaikan dengan baik.


Gambar 3 - 5 percobaan dari Kimmich dari luar kotak penalti. Sumber: Whoscored

Gambar 4 - 3 intersep Kimmich di area lapangan tengah. Sumber: Whoscored

Kimmich menciptakan 5 percobaan di luar kotak penalti dan 4 mengarah ke gawang. Selain berkontribusi dalam penyerangan, Kimmich berperan dalam memutus serangan di area lapangan tengah dengan mengemas 3 intersep, terbanyak kedua setelah Lucas Hernandez yang mengemas 4 intersep.

Inter Milan dan Bayern Munich tergabung dalam Grup C yang digadang-gadang sebagai grup neraka. Simone Inzaghi perlu menemukan metode terbaik agar dapat lolos dari grup dan melangkah lebih jauh mengingat mereka masih harus berhadapan dengan Viktoria Plzen dan Barcelona.

Komentar