Betapa Kacaunya Jadwal Kompetisi di Indonesia

Cerita

by Redaksi2022

Redaksi2022

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Betapa Kacaunya Jadwal Kompetisi di Indonesia

Setelah Liga 1 2021/22 selesai sekitar tiga bulan lalu, penggemar sepakbola Indonesia akan disuguhi turnamen pra-musim besutan PSSI. Pra-musim bertajuk Piala Presiden 2022 adalah satu dari sekian rencana PSSI kurang lebih dalam satu tahun ke depan.

Turnamen pra-musim dan juga rencana-rencana lain ditetapkan pada Kongres Tahunan PSSI yang berlangsung pada 28 Mei 2022 di Kota Bandung. Rangkaian turnamen pra-musim itu dijadwalkan bergulir mulai 11 Juni 2022 hingga 17 Juli 2022.

Pra-musim akan diikuti 18 tim peserta dari divisi utama Indonesia, termasuk RANS Nusantara FC, Dewa United FC, dan Persis Solo yang berstatus sebagai tim promosi. 18 tim itu dipisah dalam empat grup, yakni Grup A (Solo), B (Samarinda), C (Bandung), dan D (Malang).

Di sisi lain, pemetaan jadwal pra-musim berpotensi mengganggu kompetisi tingkat Asia yang diikuti Bali United dan PSM Makassar. Bali dan PSM akan menjalani pertandingan fase grup Piala Klub AFC 2022 pada 24, 27, dan 30 Juni 2022. Sementara keduanya juga akan ikut serta di pra-musim yang berlangsung pada periode Juni hingga Juli (jika lolos fase gugur).

Dalam agenda pra-musim, Bali tergabung dalam Grup C, sedangkan PSM dalam Grup D. Meski demikian, menurut Direktur Operasional PT Liga Indonesia Baru (LIB) Sudjarno, kedua tim masih diuntungkan mengingat grup C dan D hanya berisi empat tim.

“Bali United dan PSM Makassar akan kita tempatkan di grup yang terdiri dari empat klub, bukan lima klub [grup A dan B], agar babak penyisihan tidak melewatkan jadwal AFC,” kata Sudjarno di acara pengundian grup pra-musim, Minggu (29/5).

Namun, bagaimanapun pra-musim akan berpotensi mengganggu jadwal tanding Bali serta PSM ketika mereka lolos dari fase grup pra-musim.

Terbiasa Jadwal Mepet

Jika dihitung, Kongres PSSI bergulir kurang lebih dua bulan setelah Liga 1 2021/22 berakhir. Artinya, ada waktu delapan pekan untuk mempersiapkan setiap rencana satu tahun ke depan. Kenyataannya justru jadwal tetap mepet.

Bali dan PSM harus dihadapkan dengan jadwal pra-musim yang bergulir hampir berbarengan dengan Piala AFC 2022. Belum lagi pra-musim bergulir tepat ketika Tim Nasional Indonesia bertolak ke Kuwait untuk bertanding dalam Kualifikasi Piala Asia 2023 pada 8-15 Juni 2022.

PSSI sebagai regulator dan LIB sebagai operator harusnya peduli terhadap jadwal tanding liga. Kian hari penetapan jadwal tanding tidak selaras dengan kepentingan klub yang berlaga di level Asia.

Belum lagi setelah agenda pra-musim, tim-tim juga akan menghadapi jadwal Liga 1 yang tak kalah berantakan pula. Terhitung pasca pra-musim usai, Liga 1 2022/23 bergulir pada 27 Juli 2022 dan direncanakan berakhir pada Februari 2023.

Selama gelaran Liga 1, Asian Games akan bergulir pada 10-25 September 2022. Tidak hanya itu, Indonesia juga dijadwalkan menjalani agenda FIFA pada rentan waktu 19-27 September 2022. Tentunya kedua agenda Indonesia itu tidak akan dipandang sebelah mata.

September menjadi bulan yang sibuk bagi Timnas Indonesia. Namun di sisi lain, jadwal Liga 1 turut mengganggu berlangsungnya kompetisi Tim Garuda. Misalnya, tim tidak mau melepas atau membatasi pemain bergabung bersama Skuad Indonesia.

Liga 1 musim depan akan bergulir selama tujuh bulan, lebih cepat satu bulan daripada musim sebelumnya. Tujuan digelarnya Liga 1 selama tujuh bulan bukan tanpa alasan. Jeda musim Liga 1 kemungkinan akan terjadi selama Desember 2022 dan bertepatan dengan Piala AFF 2022.

Jeda musim akan dimulai tepat saat Piala AFF 2022 bergulir di bulan Desember mendatang. Maka bisa dipastikan bahwa tim bisa melepas pemainnya dengan sukarela, tanpa harus memusingkan jadwal tanding Liga 1.

Alih-alih mementingkan Piala AFC, PSSI lebih memprioritaskan Piala AFF 2022. Tanpa bermaksud putus asa, Indonesia memang sulit untuk beranjak ke level Asia. Tim Merah Putih terus berkutat di level Asia Tenggara karena tidak kunjung mendapat hasil terbaik.

Terlepas dari apa prioritas Indonesia, PSSI harusnya bisa mencontoh Inggris soal perancangan jadwal kompetisi. Inggris punya banyak kompetisi domestik ditambah level Eropa, tetapi tetap berada dalam koridornya. Bahkan perlu dicatat, Inggris merancang jadwal bergulirnya liga musim selanjutnya ketika musim sebelumnya masih berjalan.

PSSI baru mengadakan Kongres Tahunan dua bulan pasca berakhirnya Liga 1 2021/22. Dan hasilnya, jadwal pra-musim justru berantakan dan mengganggu kompetisi penting. Sama halnya dengan Liga 1 yang juga berlangsung tepat saat kompetisi penting.

Sementara Inggris tidak hanya mengatur jadwal kompetisi domestik, tetapi juga jadwal bermain setiap tim di Eropa. Tujuannya agar jadwal pertandingan setiap tim tidak bertabrakan satu sama lain dan malah memprioritaskan salah satunya.

Biasanya perancangan jadwal dimulai dari FIFA dan UEFA yang memegang tanggung jawab kompetisi internasional, lalu Asosiasi Sepakbola Inggris (FA), dan tanggal yang tersisa dialokasikan untuk Piala FA dan Piala Liga.

Bahkan Inggris mengatur jadwal agar tim tidak memiliki lebih dari dua pertandingan kandang atau tandang secara berturut-turut. Sementara itu, jadwal tersebut juga memungkinkan setiap tim merasakan menjadi tuan rumah dalam kompetisi domestik lainnya.

Tidak hanya itu, jadwal dua kesebelasan rival sekota seperti Manchester United dan Manchester City, Liverpool dan Everton, ataupun klub-klub London, dipastikan tidak akan bergulir bersamaan. Ini adalah upaya Inggris mengakali perpecahan fokus terhadap pertandingan yang relatif penting.

Inggris juga memastikan beberapa tim tidak memadati jalur kereta atau jalan raya saat kompetisi domestik, misalnya Piala FA dan Premier League bergulir bersamaan. Kedua tempat, khususnya jalur kereta, selalu menjadi moda transportasi utama Inggris. Hal itu merupakan bentuk antisipasi pemadatan tempat.

Hal fundamental dalam perancangan jadwal, ialah keterlibatan banyak pihak. Dari tim, perwakilan suporter, hingga FA akan melakukan rapat sebelum jadwal diproduksi. Rapat akan membicarakan tentang hari pembukaan kompetisi hingga jadwal penting seperti Hari Natal.

Bahkan setiap tim juga akan diminta rekomendasi terkait jadwal, misalnya tanggal berapa yang tidak diinginkan untuk bermain di kandang. Tim juga akan ditanyakan siapa tim yang enggan dihadapi di kandang saat momentum Boxing Day.

Salah Kaprah Pra-musim

Selain jadwal yang dibuat mepet, Pra-musim di Indonesia seakan-akan ditempatkan sebagai turnamen utama. Euforianya akan terasa sama seperti kompetisi resmi. Padahal hasil sebaiknya tidak dikedepankan, melainkan proses, entah secara tim maupun individu.

Hal itu yang perlu ditekankan kepada suporter bahwa jangan berekspektasi tinggi dengan penampilan tim dalam ajang pra-musim. laga pra-musim sepatutnya ditujukan tim mempersiapkan fisik, mental, sampai taktik untuk mengarungi kompetisi resmi, misalnya Liga 1 di kemudian hari.

Momentum pra-musim memang penting diberlakukan sebagai ajang persiapan tim secara keseluruhan, baik untuk pelatih, pemain, hingga staf. Hal ini membuat pra-musim tidak bisa dianggap remeh, tapi juga jangan dianggap terlalu penting.

Akan tetapi, lain halnya ketika tim tergiur dengan hadiah pemenang. Sebenarnya tidak ada salahnya tim mengincar hadiah. Hanya saja mereka berpotensi tidak mendapatkan manfaat utama dari pra-musim, yaitu fisik, mental, dan taktik.

Maka untuk menekankan makna pra-musim, operator memberi regulasi keterlibatan pemain muda dalam tim yang berlaga. Semakin banyak pemain muda yang dlibatkan, maka semakin jelas makna pra-musim. Salah satu tujuan pra-musim adalah mengorbitkan bibit-bibit muda.

Selain itu, operator pra-musim juga harus memberi kebebasan terkait jumlah pergantian pemain dalam setiap pertandingan. Dengan begitu, pemain muda ataupun pemain yang tidak cukup mendapat menit bermain musim kemarin, bisa menunjukkan performa terbaiknya di pra-musim.

Pada setiap pertandingan pra-musim, hampir selalu ada satu kesebelasan yang memainkan 20 sampai 22 pemain. Seperti International Champions Cup (ICC) yang mengadopsi aturan pertandingan persahabatan, tidak membatasi jumlah pergantian pemain.

Di sisi lain, pembatasan jumlah pergantian pemain akan berpengaruh terhadap permainan individu. Menurut penelitian, setiap pemain sepakbola idealnya bermain dalam 45 menit (dari 90 menit) pertandingan saat pra-musim. Bagaimanapun, memainkan pertandingan sepakbola adalah cara terbaik untuk menjaga kebugaran pemain setelah menghabiskan waktu libur kompetisi.

Komentar