Jorge Molina dan Roberto Soldado: 2 Tokoh dalam Dongeng Granada

Cerita

by Redaksi 7

Redaksi 7

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Jorge Molina dan Roberto Soldado: 2 Tokoh dalam Dongeng Granada

Kiprah Granada di Europa League 2020/21 seperti dongeng. Dua tahun lalu, mereka masih berkiprah di Segunda Division, bersaing dengan tim-tim seperti Albacete, Numancia, hingga Extremadura. Pada April tahun ini, Granada menjalani pertandingan kontinental melawan salah satu klub elite Eropa, Manchester United. Klub Andalusia tersebut berhasil lolos ke perempat final dalam partisipasi perdana mereka di kompetisi UEFA.

Sejak meraih promosi sebagai runner-up divisi kedua Liga Spanyol, laju Granada di kompetisi domestik mengejutkan. Dengan sumber daya terbatas, pelatih termuda La Liga, Diego Martinez membawa Nazaries ke peringkat tujuh akhir musim. Pelatih berusia 40 tahun itu juga membawa timnya ke semifinal Copa Del Rey 2019/20 sebelum dikalahkan oleh Athletic Bilbao.

Peringkat tujuh La Liga adalah pencapaian terbaik Granada sejak 1974, saat mereka finis di posisi enam. Martinez menorehkan capaian bersejarah tersebut hanya pada musim keduanya membesut Granada. Setelah promosi di musim debut, mantan asisten pelatih Sevilla itu langsung membawa Nazaries lolos ke turnamen kontinental, pertama kali sejak klub ini berdiri April 1931.

Untuk mengarungi La Liga dan Europa League, Martinez masih mengandalkan beberapa pemain yang membersamainya di Segunda Division. Rui Silva, kiper asal Portugal, masih tak tergantikan di bawah mistar. German Sanchez dan Victor Diaz diandalkan menjaga lini belakang. Sedangkan Antonio Puertas tetap mendapat kepercayaan di pos winger.

Martinez pun memperkuat timnya dengan rekrutan baru. Jesus Vallejo, Kenedy, dan Yangel Herrera dipinjam, masing-masing dari Real Madrid, Chelsea, serta Manchester City. Ia juga merekrut Domingos Duarte, Yan Eteki, juga Luis Milla—anak dari mantan pelatih Timnas Indonesia. Selain itu, rekrutan Martinez yang tak kalah penting adalah dua striker veteran, Jorge Molina dan Roberto Soldado.

Dua penyerang itu telah memasuki fase akhir karier. Namun, Martinez mempercayai mereka untuk menambah daya gedor Granada. Soldado didatangkan terlebih dulu pada 2019. Semusim berselang, Molina direkrut usai putus kontrak dengan Getafe.

Keduanya membayar kepercayaan Martinez dengan tuntas. Molina dan Soldado adalah top skor sementara Granada di semua kompetisi dengan catatan 10 gol. Dua penyerang kawakan ini juga berperan penting membantu Granada mencapai perempat final Europa League.

Soldado mencetak gol pembuka kemenangan Granada dalam partai krusial di jornada 38 musim lalu lawan Athletic Bilbao. Anak asuh Martinez menang 4-0 dan memastikan finis di posisi tujuh La Liga 2019/20. Hasil ini membuat Granada berhak lolos ke Europa League via kualifikasi. Mereka harus berjuang mulai kualifikasi ronde kedua.

Granada pun menghadapi klub Albania, Teuta Durres dalam kualifikasi ronde kedua Europa League. Bermain di kandang lawan, Nazaries menang 0-4 berkat gol Soldado, Kenedy, serta brace Yangel Herrera.

Granada lolos ke ronde ketiga untuk menghadapi wakil Georgia, Lokomotiv Tbilisi. Anak asuh Martinez menang 2-0. Gol dicetak oleh Darwin Machis dan Jorge Molina.

Lawan berat mengadang Granada di ronde terakhir kualifikasi. Mereka harus menghadapi klub tersukses Swedia, Malmo FF di kandang lawan. Granada mampu mengatasi tantangan Malmo, menang 1-3 via gol Machis, Antonio Puertas, dan Herrera. Nazaries memastikan tempat di babak grup Europa League 2020/21.

Granada tergabung di Grup E bersama PSV Eindhoven, AC Omonia, dan PAOK. Mereka melakoni pertandingan perdana lawan PSV di Belanda. Menghadapi raksasa Negeri Kincir Angin, Granada tampil berani dan menang 1-2. Jorge Molina mencatatkan namanya di buku sejarah Granada, menjadi pencetak gol pertama klub di putaran final kompetisi UEFA.

Performa apik Granada berlanjut. Yangel Herrera dan kawan-kawan dua kali membungkam Omonia. Menghadapi PAOK, mereka dua kali bermain seri 0-0. Biarpun kalah 0-1 dari PSV di Spanyol, Granada berhasil mengumpulkan 11 poin dan lolos sebagai runner-up.

Di babak 32 Besar, Granada bertanding lawan Napoli-nya Gennaro Gattuso. Sebagai runner-up, mereka menjamu wakil Italia itu terlebih dulu. Martinez tahu, di laga kandang, timnya harus menang dan sebisa mungkin menjaga nirbobol. Dan itulah yang terjadi. Dua gol dalam waktu berdekatan dicetak oleh Yangel Herrera dan Kenedy. Meskipun Napoli tampil dominan dan mengurung tuan rumah, gawang yang dijaga Rui Silva tetap bersih hingga akhir pertandingan.

“Bahkan fans Granada yang paling optimistis tidak akan menyangka hal ini. Dari divisi kedua sampai berkompetisi di Europa League hanya dalam waktu dua tahun. Ini luar biasa,” kata Martinez usai leg pertama lawan Napoli.

“Kami tidak akan menjadi klub yang terbesar, tetapi kami ambisius. Kami bekerja keras untuk menyabet tempat di fase selanjutnya dan kami bangga mewakili klub dan lambang ini,” lanjut eks pelatih Osasuna tersebut.

Di leg kedua, Granada berhasil mempertahankan keunggulan. Napoli menang 2-1 di San Paolo. Nazaries pun lolos ke 16 Besar dengan agregat 2-3.

Granada menghadapi runner-up Liga Norwegia, Molde di babak 16 Besar. Anak asuh Martinez kembali melakoni leg pertama di kandang. Jorge Molina dan Roberto Soldado memimpin lini serang Granada dalam laga ini.

Butuh hasil bagus di kandang sendiri, Granada tampil proaktif. Mereka unggul di babak pertama usai Molina memanfaatkan kesalahan pemain lawan. Di babak kedua, giliran Soldado yang mencetak gol dan memperlebar jarak. Eks striker Villareal ini mengirim tembakan voli dari sudut kotak penalti yang melaju deras ke gawang lawan.

Di leg kedua, Soldado kembali mencetak gol. Sebiji golnya mengantar Granada lolos ke perempat final dengan agregat 2-3.

Melawan Manchester United, Molina dan Soldado akan kembali diandalkan untuk mengancam gawang wakil Inggris itu. Apakah Granada, sekaligus dua striker veteran tersebut, kembali mencetak sejarah? Bagi Granada, tujuannya adalah melaju sejauh mungkin, mencari akhiran termanis untuk musim sensasional mereka.

“Kami mencapai babak ini demi terus mencetak sejarah dan agar orang-orang menikmatinya,” kata Molina ketika timnya mencapai fase gugur.

Molina dan Soladado, Duet Penyerang Kawakan Granada

Berkiprah di Europa League saat usianya udah menginjak 38 tahun adalah pencapaian istimewa bagi Molina. Sepanjang kariernya, pemain kelahiran Alcoy, Valencia ini merangkak dari divisi bawah untuk mencicipi pentas La Liga.

Molina mengawali karier di Alcoyano yang berlaga di Tercera Division, level keempat di piramida liga Spanyol. Ia baru bermain di kompetisi profesional saat direkrut Polideportivo Eljido yang bertanding di Segunda Division. Penampilan apik membuat Elche, yang mengejar promosi ke La Liga, menggaetnya pada 2009.

Ia hanya bertahan semusim di Elche. Pasalnya, Real Betis membelinya pada 2010. Pada 2010/11, Molina mengantar Betis promosi ke La Liga. Penyerang berpostur 1,88 m ini kemudian mendapat debut La Liga dalam pertandingan kontra Granada pada 27 Agustus 2011. Waktu itu, usia Molina 29 tahun.

Sementara itu, Soldado memiliki cerita yang berkebalikan dibanding Molina. Soldado adalah produk akademi elite Real Madrid. Striker kelahiran Valencia ini berharap bisa menjadi no.9 utama Los Blancos suatu saat nanti.

Akan tetapi, harapan Soldado tak menjadi kenyataan. Tak kunjung mendapat kepercayaan di tim inti, Soldado pindah ke Getafe pada 2008. Ia mengalami puncak karier selama membela Valencia pada 2010-2013. Bersama Los Che, Soldado mencetak 82 gol dari 141 pertandingan dan berkiprah di Liga Champions.

Namun sayangnya, kepindahan ke Tottenham Hotspur menjadi awal penurunan kariernya. Soldado kesulitan di Inggris. Ia kemudian pindah ke Villarreal dan Fenerbahce sebelum akhirnya berlabuh di Granada pada awal musim lalu.

Mereka berdua telah mendekati usia pensiun. Pindah ke tim promosi pada usia setua itu pun tidaklah istimewa. Tetapi, siapa sangka keduanya mampu tampil apik dan membantu klubnya mencetak sejarah di Eropa.

Soldado barangkali tak menyangka bahwa ia akan menghadapi Manchester United setelah masa-masa jayanya di Valencia dan Tottenham. Sedangkan bagi Molina, ini adalah pencapaian bergengsi yang justru baru dicapai saat usianya menjelang kepala empat.

Molina dan Soldado berharap mereka mampu membantu tim lolos ke semifinal, meneruskan cerita sensasional klub Andalusia ini. Melawan tim selevel United tentu sulit. Meski demikian, kiprah Granada selama ini membuktikan bahwa tak ada yang mustahil.

“Segala hal bisa terjadi. Ini sangat sulit, tetapi kami ada di sini karena tim ini telah membuat yang seolah tak mungkin menjadi mungkin,” kata Martinez sebelum pertandingan.

Apa pun hasil pertandingan lawan MU, Granada patut menghadapinya dengan kepala tegak. Mereka telah jauh melampaui ekspektasi. Anak asuh Martinez telah menciptakan dongeng sepakbola dan kita patut mengapresiasinya.

Komentar