Giliran Granada Diperkuat Tsubasa

Cerita

by Evans Simon

Evans Simon

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Giliran Granada Diperkuat Tsubasa

Granada memuncaki klasemen sementara La Liga 2019/20 dengan 20 poin dari 10 pertandingan. Jumlah poin tersebut sama seperti total raihan mereka saat menjadi juru kunci pada musim 2016/17.

Manga sepakbola legendaris, Captain Tsubasa, pernah menjadikan Granada sebagai lawan bagi Tsubasa Ozora dan FC Catalonia (perwujudan Barcelona) dalam laga penentu musim. Skenarionya adalah: FC Catalonia harus menang (minimal) 3-0 agar menjuarai liga.

Tsubasa mencetak gol pembuka melalui titik putih. Dua gol tambahan memastikan FC Catalonia juara; menyudahi perlawanan rival abadi R Madrid. Adapun, Granada terdegradasi akibat kekalahan ini.

Pencipta Captain Tsubasa, Yoichi Takahashi, bukan haters Granada. Situasi yang ditulisnya di komik memang tak jauh berbeda dengan dunia nyata. Granada bukan klub langganan La Liga. Mereka naik-turun divisi dua, tiga, dan empat dari 1976 hingga 2011. Ketika terakhir kali terdegradasi, Jiang Lizhang baru menjalani musim perdananya sebagai pemilik klub.

"Titik keberangkatan kami adalah memperkuat tim di Divisi Utama, membangun sebuah proyek olahraga terkait edukasi sepakbola yang solid, menyediakan sumber daya terbaik bagi klub" tulis Lizhang dalam pernyataan resmi ketika mengambil alih kepemilikan dari Giampaolo Pozzo.

Degradasi pada musim pertama, setelah bertahan di La Liga selama lima tahun-meski hanya mampu menghuni papan bawah klasemen-tentu bukan skenario terbaik. Apalagi, kondisi tim tengah carut-marut. Finansial tim tidak sehat ketika ditinggal Pozzo. Mereka sempat kesulitan membayar gaji pemain.

Beruntung, pernyataan Lizhang tak sekadar manis di mulut. Langkah pertama: merekrut Antonio Cordon.

Cordon adalah direktur olahraga ternama. Selama 17 tahun bekerja di Villarreal, Ia mampu mentransformasi klub langganan divisi bawah tersebut menjadi salah satu kekuatan besar di La Liga. Sentuhan Midas-nya juga mampu membawa AS Monaco mematahkan dominasi Paris Saint-Germain di Ligue 1.

Lihatlah, daftar pemain Granda dengan keterlibatan gol tertinggi musim 2019/20 sejauh ini. Top skorer sementara, Antonio Puertas (3 gol), adalah salah satu pemain yang didatangkan pada tahun pertama Cordon. Sang winger didapatkan secara cuma-cuma dari Almeria.

Hal serupa terjadi pada gelandang Angel Montoro yang telah menyumbangkan tiga asis. Ia direkut dengan status bebas transfer dari Las Palmas.

Pembelian pemain tentu bukan satu-satunya faktor kesuksesan. Adalah penunjukkan Diego Martinez sebagai pelatih pada musim panas 2018/19 yang melengkapi kebutuhan Granada.

"Ia mampu menyalurkan ide, antusiasme, dan kepercayaan diri kepada para pemain, yang meresponsnya secara luar biasa," ucap seorang suporter yang juga mantan jurnalis klub, Heath Chesters, kepada Omnisport.

Kehadiran Martinez diklaim membawa suasana kekeluargaan, dengan kerendahan hati dan mengutamakan kerja sama tim. "Seluruh pemain memuji kepemimpinan, visi, dan filosofinya. Hal itu menciptakan grup paling kompak yang pernah saya lihat selama 15 tahun mengikuti klub," tutur Chesters.

Melihat hasil di atas lapangan, rasanya Chesters tidak berlebihan. Pria berusia 38 tahun tersebut langsung membawa Granada promosi ke La Liga pada musim pertamanya-menempati peringkat kedua klasemen akhir Segunda sebagai tim dengan jumlah kemasukan paling sedikit (28 gol dari 42 pertandingan).

Visi Martinez, disokong kejelian Cordon, merupakan perpaduan istimewa. Berdasarkan Transfermarkt, Granada total mengeluarkan 7,25 juta Euro pada bursa transfer musim panas kemarin. Sebanyak 6 juta di antaranya, digunakan untuk memboyong Darwin Machis dari Udinese (3 juta Euro) dan Domingus Duarte dari Sporting CP (3 juta Euro).

Keduanya langsung menjadi pemain penting bagi El Grana. Duarte telah mencatatkan dua gol, sedangkan Machis menyumbangkan satu gol dan satu asis.

"Prioritas menjadikan Granada lebih terasa sebagai bagian dari (kota) Granada lebih dari sebelumnya" merupakan salah satu janji Lizhang. Hal itu pula yang dieksekusi secara baik oleh Cordon dan Martinez.

Sebanyak sembilan pemain di skuat Granada merupakan pemain asli kelahiran Andalusia. Pemain-pemain yang lulus dari akademi sepakbola kawasan Andalusia, seperti Yan Brice Eteki, Ramon Azeez, dan Aaron Escandell turut diberi kepercayaan memperkuat tim utama. Satu fakta menarik adalah terdapat peran legenda Arsenal, Tony Adams, di dalamnya.

Adams mungkin lebih populer karena dipecat hanya setelah menjalani tujuh pertandingan (semuanya berakhir dengan kekalahan) bersama Granada. Nyatanya, Ia memberi sumbangsih lebih dari sekadar gerakan aneh dalam sesi latihan.

Pria asal Inggris tersebut diwariskan skuat yang `berantakan` oleh Lucas Alcaraz. Hanya lima dari 28 pemain di dalam skuat yang berkewarganegaraan Spanyol-total 20 kewarganegaraan berbeda. Ia pun memberikan rekomendasi kepada Lizhang agar melakukan restrukturisasi klub secara keseluruhan.

Saran Adams didengar oleh Lizhang. Oleh sebab itu pula Ia mendekati Cordon, yang kemudian mendatangkan Martinez dan Fran Sanchez sebagai Direktur Teknik. Mereka bertiga mampu meracik komposisi tim solid tanpa harus mengeluarkan banyak uang-total gaji pemain mereka terendah ketiga di La Liga, hanya kalah sedikit dibanding Real Valladolid dan Real Mallorca.

"Di kota tempat saya lahir, Ningde, Provinsi Fujian, terdapat pepatah China yang selalu saya pegang: `Anda tidak bisa mengontrol angin, tetapi Anda bisa mengatur kendali perahu`, jadi kami akan mencoba mengendalikan perahu ini ke arah yang baru," tulis Lizhang dalam penutup rilis.

Membayangkan klub seperti Granada meraih trofi La Liga di pengujung musim nanti tentu merupakan hal menyenangkan. Mereka belum pernah memenangi satupun kejuaraan utama sepanjang 86 tahun sejarah klub. Catatan terbaik mereka adalah menjadi runner-up pada 1973/74, dengan Barcelona keluar sebagai juara. Bukan tidak mungkin, musim ini adalah gilirannya Granada yang menghidupi cerita Captain Tsubasa.

Komentar