Sepakbola Thailand Sudah Beda Level

AFF

by Dex Glenniza

Dex Glenniza

Your personal football analyst. Contributor at Pandit Football Indonesia, head of content at Box2Box Football, podcaster at Footballieur, writer at Tirto.ID, MSc sport science, BSc architecture, licensed football coach... Who cares anyway! @dexglenniza

Sepakbola Thailand Sudah Beda Level

Lima kali menjadi juara Piala AFF, Thailand adalah negara yang sudah khatam sepakbola di kawasan Asia Tenggara. Meski merajai AFF, mereka belum bisa berbuat banyak di tingkat Asia, apalagi dunia. Dari situ kita bisa tahu jika sepakbola Asia Tenggara memang masih jauh dari mana-mana.

Namun perlahan tapi pasti permainan mereka terus meningkat. Sekarang Thailand sudah bukan lagi pada level langganan juara Piala AFF, melainkan menuju “Ngapain sih ikut Piala AFF?”—sama seperti Australia mungkin, yang sudah bergabung dengan AFC pada 2006 dan AFF pada 2013, tapi tak kunjung juga mau berpartisipasi di Piala AFF senior.

Pada kualifikasi Piala Dunia 2018, hanya Thailand (dan Australia) yang menjadi perwakilan Asia Tenggara di Kualifikasi Babak Ketiga AFC, meski mereka pada akhirnya berada pada posisi juru kunci Grup B.

Kemudian pada awal tahun 2019 nanti, Thailand juga menjadi wakil Asia Tenggara di Piala Asia bersama Australia, Vietnam, dan Filipina.

Hal yang paling kelihatan dari perbedaan level sepakbola Thailand dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya adalah dengan (justru) mereka yang tak bisa diperkuat para pemain andalannya di Piala AFF 2018. Kesebelasan Gajah Perang akan tampil tanpa Teerasil Dangda (Sanfrecce Hirsohima), Chanathip Songkrasin (Consadole Sapporo), Theerathon Bunmathan (Vissel Kobe), dan Kawin Thamsatchanan (OH Leuven).

Keempat pemain bintang Thailand tersebut sekarang bermain di luar Asia Tenggara. Mereka tak diizinkan oleh kesebelasan mereka masing-masing karena—meski sudah berstatus pertandingan FIFA ‘A’—Piala AFF tak masuk ke kalender jeda internasional FIFA.

Jika mau ditambah lagi, masih ada Chaowat Veerachat (Cerezo Osaka) dan Wachpirom Jakkit (FC Tokyo) yang juga bernasib sama dengan keempat pemain di atas, walaupun mereka berdua belum bermain reguler di Timnas Senior Thailand. Di samping itu, kepal pelatih Timnas Thailand, Milovan Rajevac, justru lebih setuju jika para pemain tersebut tidak membela Thailand di Piala AFF 2018.

“Ini adalah hal yang sangat baik bagi tim nasional karena mereka (Teerasil, Chanathip, Theerathon, dan Kawin) mendapatkan lebih banyak pengalaman pada tingkat profesionalisme yang berbeda dan dalam setiap aspek sepakbola,” kata Rajevac, dikutip dari situs resmi AFF.

Sosok Pelatih yang Mementingkan Transisi

Rajevac baru ditunjuk sebagai Pelatih Thailand pada April 2017, menggantikan sang legenda, Kiatisuk Senamuang. Sebelumnya ia pernah melatih Al-Ahli (Jeddah), Qatar, Aljazair, dan membawa Ghana ke perempat final Piala Dunia 2010.

“Bagi pemain-pemain ini, turnamen ini seharusnya mudah karena mereka sudah bisa mendominasi di level ini,” lanjut Rajevac. “Sayangnya mereka tidak bisa bergabung untuk Piala AFF, yang merupakan pukulan, tetapi tentu saja ada banyak pemain berbakat di sini yang dapat kami andalkan.”

“Kami memiliki waktu mempersiapkan diri untuk kompetisi ini dan, untungnya bagi kami, kami akan memiliki pemain yang berbasis di luar negeri untuk kompetisi yang paling penting, yaitu Piala Asia,” kata pelatih asal Serbia ini, seolah berkata jika Piala AFF memang tak sepenting itu.

Bersama Rajevac, Thailand memainkan 14 pertandingan dari mulai persahabatan, kualifikasi Piala Dunia, dan King’s Cup. Mereka menang 5 kali, imbang 3 kali, dan kalah 6 kali.

Meski banyak kalahnya, Thailand bermain melawan negara-negara dengan level lebih tinggi seperti Korea Utara (menang 3-0), Irak (kalah 1-2), Australia (kalah 1-2), Kenya (menang 1-0), dan Slovakia (kalah 2-3).

“Ini adalah ujian yang kami inginkan sebelum dua kompetisi itu (Piala AFF dan Piala Asia). Ada pertandingan tandang juga, yang penting karena kami akan memainkan beberapa pertandingan tandang di Piala AFF dan kami ingin melihat bagaimana mental para pemain ketika jauh dari rumah,” kata Rajevac.

Ketika melawan negara-negara kuat, Thailand banyak mempraktikkan permainan yang rapi dan padat, terutama saat bertahan. Tidak heran mereka akan ditakuti di Grup B karena lawan-lawan di Piala AFF ini tentu lebih lemah secara umum daripada lawan-lawan mereka sebelumnya.

Meski demikian ia tak lantas akan menyerang dengan sembarangan. Menurutnya transisi lebih penting daripada sekadar penguasaan bola. “Transisi dari serangan ke bertahan dan dari bertahan ke menyerang adalah kunci, kamu bisa lihat bahwa penguasaan bola tak begitu penting lagi,” katanya.

“Ada banyak faktor untuk menentukan apakah kamu mengadopsi strategi menyerang atau bertahan. Hal yang paling penting adalah bermain secara efektif sebagai tim; untuk menyerang bersama, untuk bertahan bersama, dan dapat melakukan transisi dengan sangat cepat.”

Banyak Pemain Kunci, Satu “Pemain Titipan”

Meski tidak menurunkan kekuatan terbaiknya, Thailand tetap merupakan tim kuat. Absennya Kawin akan dikaver oleh Siwarak Tedsungnoen, penjaga gawang Buriram United. Bersama kesebelasannya, Sirawak berhasil menjadi juara Liga Thailand tahun ini dengan hanya kebobolan 25 kali (paling sedikit).

Kemudian Korrakod Wiriyaudomsiri akan menggantikan peran Theeraton di posisi bek sayap. Sama seperti Sirawak, ia juga bermain di Buriram. Korrakod adalah pemain yang berbahaya saat situasi bola mati.

Dari lini depan, absennya Teerasil dianggap tak terlalu merepotkan karena Gajah Perang sudah memiliki Adisak Kraisorn. Pemain Muangthong United ini sudah mencetak 8 gol dari 27 pertandingan untuk Thailand. Bersama Chananan Pombuppha, lini serang Thailand akan tetap berbahaya.

Sementara di mesin lini tengah, “pemain titipan” bernama Thitipan Puangchan digadang-gadangkan bukan hanya bisa menggantikan Chanathip, melainkan juga menjadi pemain terbaik Piala AFF 2018.

Walau ia mengalami degradasi bersama Bangkok Glass, Thitipan terkenal sebagai gelandang dinamis yang pandai mencari posisi untuk mencetak gol atau membuat peluang bagi rekan-rekannya. Sejauh ini ia sudah mencetak 5 gol untuk Timnas Thailand.

Dari skuat yang dibawa Rajevac ke Piala AFF, lima pemain berasal dari kesebelasan juara liga, Buriram.

Itu adalah hal baik karena mental kemenangan akan terbawa ke timnas, tidak seperti misalnya Indonesia yang pemanggilan pemainnya dibatasi (secara tak langsung) karena Liga 1 Indonesia masih berjalan berbarengan dengan Piala AFF. Liga Thailand sendiri sudah rampung sejak 7 Oktober 2018.

Piala Asia > Piala AFF

Ada dua sudut pandang jika kita melihat Thailand. Pertama, Thailand adalah rajanya Asia Tenggara; mereka pasti favorit untuk menjadi juara. Kedua, karena sudah cukup mudah—ditambah banyak pemain kunci mereka absen serta harus bersiap berlaga di Piala Asia 2019—lalu apakah mereka akan bermain serius?

Walau sebenarnya tanpa Teerasil, Chanathip, Theerathon, dan Kawin pun mereka tetap kuat; masalahnya fokus Thailand akan terpecah ke Piala Asia di awal tahun 2019. Seharusnya Piala Asia jauh lebih penting daripada sekadar Piala AFF.

Melihat grup mereka satu grup dengan Timor-Leste (09/11), Indonesia (17/11), Filipina (21/11), dan Singapura (25/11), ini bisa menjadi Piala AFF terberat bagi Thailand.

Bagaimana juga India, Bahrain, dan tuan rumah Uni Emirat Arab sudah menanti di Piala Asia 2019. Sampai di sini, apapun hasil yang mereka dapatkan di Piala AFF, kita jadi tersadarkan jika level sepakbola Indonesia sudah ketinggalan jauh dengan Thailand.

Komentar