Honduras vs El Salvador: Football is War!

Cerita

by Redaksi 46 27288 Pilihan

Redaksi 46

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Honduras vs El Salvador: Football is War!

Honduras adalah sebuah negeri yang termahsyur akan tanahnya yang subur. Pohon pisang tumbuh tanpa ditanam. Perkebunan kopi terhampar sejauh mata memandang. Namun, siapa sangka pertandingan sepakbola sempat membuat sejarah kelam?

Dengan luas wilayah 112 ribu kilometer persegi, nyatanyahanya 2,2 juta jiwa yang menghuni Honduras pada tahun 1965.Mayoritas penduduk Honduras merupakan etnis Mestizos yang berasal dari campuran Eropa dan Amerindian, American Indian. Kebanyakan dari mereka berprofesi sebagai petani. Tanah subur menjadikan lingkungan tersebut sangat tepat untuk bercocok tanam.

Subur dan leganya Honduras perlahan-lahan mulai menggoda Salvadorans, warga El Salvador,untuk menjajal peruntungan di negeri penghasil kopi tersebut.

Semangat Salvadorans bermula dari adanya kesamaan nasib di antara dua negara tersebut. Mereka sama-sama pernah dijajah Spanyol.Mereka menganggap kehidupan di Honduras jauh lebih baik. Di negeri tersebut, pemerintah mencanangkan program angkatan kerja. Di mana mereka yang telah siap untuk bekerja, langsung disalurkan ke perusahaan yang membutuhkan.

Emigrasi ke Honduras sudah dimulai sejak 1945. Hingga 1969, tercatat 300 ribu pekerja dan petani resmi hijrah ke negara yang resmi merdeka pada 1838 tersebut.

El Salvador bukanlah negara kaya yang memberikan keleluasaan bagi masyarakatnya untuk bekerja. Permasalahan sosial ekonomi di El Salvador seperti tidak adanya lahan untuk bercocok tanam, terbatasnya lowongan pekerjaan, gaji yang sedikit, serta kemiskinan yang berkepanjangan, membuat emigrasi ini terlihat begitu realistis. Setidaknya, mereka bisa memperbaiki nasib dengan bercocok tanam di lahan yang tidak berpenghuni.

Perbandingan jumlah penduduk pun terlihat mencolok. Luas El Salvador hanya 23% dari wilayah Honduras atau sekitar 25 ribu kilometer persegi.Di saat yang bersamaan, jumlah Salvadorans yang menempati negara tersebut mencapai 3,2 juta jiwa. Atau sekitar 50% lebih banyak darijumlah penduduk Honduras.

Di El Salvador, para emigran ini hanyalah buruh tani yang bekerja musiman. Selepas musim tanam, mereka menganggur. Satu-satunya cara adalah bekerja di perkebunan lain. Itu pun kalau masih ada lowongan. Jika tidak? Mereka mesti hidup hemat dan bekerja sekeras mungkin untuk meyakinkan pihak perkebunan agar tenaga mereka masih terus digunakan di musim tanam selanjutnya.

Sayangnya, emigrasi ini berbuntut ketidaksukaan warga Honduras.Banyak yang menganggap imigran El Salvador kerap berperilaku buruk dengan menanami tanah milik warga asli Honduras. Mereka juga mengeluhkan banyaknya imigran yang menjadi tenaga kerja di Honduras dan membuat kesempatan kerja di negeri tersebut berkurang.

Di akhir 1960-an, jumlah imigran El Salvador telah membentuk 12 persen populasi negara yang dijuluki sebagai Republik Pisang karena produksi pisangnya melimpah —tersebut.

Kecemburuan itu pun memuncak pada 1966. Takut imigran El Salvador bertambah banyak dan menguasai lahan-lahan pribumi, maka sejumlah perusahaan besar pemilik mayoritas lahan di Honduras membentuk sebuah kelompok.Mereka menyatakan dirinya sebagai wakil dari para peternak dan petani Honduras dengan nama Federacion Nacional de Agricultores y Ganaderos de Honduras (Fenagh).

Tujuan awal dari pembentukan Fenagh adalah melindungi hak-hak warga Honduras dari keberadaan imigran El Salvador.Saat itu pun gerakan anti-Salvadorian mulai muncul dan berkembang. Gesekan antara Salvadoran dan warga asli Honduras pun tidak bisa dihindari.

Hal ini menjadi perhatian penuh Pemerintah Honduras. Mereka sebenarnya telah menyiapkan Undang-undang Reformasi Agraria sejak 1962 sebagai alat utama untuk mengusir Salvadorian dari tanah Honduras. UU tersebut mengatur bahwa hanya warga asli Honduras yang boleh memiliki lahan.

Presiden Honduras yang berasal dari rezim militer, Jenderal Oswaldo Enrique Lopez Arellano, akhirnya merealisasikan UU tersebut pada 1967.

Ini membuat 130 ribu pekerja El Salvador dipaksa untuk meninggalkan pekerjaannya dan menyerahkan lahan yang mereka kuasai. Tidak sampai di situ, mereka juga meminta mereka agar meninggalkan Honduras dan kembali ke negaranya.

Eksodus pun dimulai. Di masa 1967 hingga 1969, terjadi pula intimidasi dan penyerangan terhadap Salvadorian, yang menghiasi eksodus tersebut.Perlakuan ini membuat pemerintah El Salvador tersinggung. Tensi kedua negara sempat memanas dan memburuk.

Halaman berikutnya, Perang di Stadion

Komentar