Regenerasi dan Totalitas Juventus Demi Trofi Liga Champions

Cerita

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Regenerasi dan Totalitas Juventus Demi Trofi Liga Champions

Kualitas Juventus sudah teruji di Serie A dalam tujuh musim terakhir. Juventus, yang sempat terkena skandal calciopoli dan terjun ke Serie B, telah kembali menjadi kesebelasan besar yang disegani lawan-lawannya. Segala pencapaian terbaik telah diraih Si Nyonya Tua, kecuali satu; trofi Liga Champions.

Tujuh kali beruntun juara Serie A adalah pencapaian yang tidak biasa. Memang masih setengah dari pencapaian Lincoln di Liga Gibraltar dan Skonto di Liga Latvia yang menjadi kesebelasan dengan rekor juara liga terpanjang (14 musim berturut-turut). Tapi di liga top Eropa, Juventus mencatatkan rekor yang belum dicapai kesebelasan mana pun. Bayern Muenchen menguntit di bawahnya dengan enam trofi beruntun sejak 2012/13.

Kedatangan Cristiano Ronaldo untuk musim 2018/19 membuat Juve diprediksi bisa memperpanjang rekor di atas menjadi delapan kali juara. Tapi mendatangkan Ronaldo untuk Serie A semata jelas terlalu mubazir. Ronaldo didatangkan Juventus agar bisa mengangkat trofi Liga Champions setelah berhasil kembali menjadi raja di Serie A (bahkan meraih double winner dalam empat musim terakhir dengan menjuarai Coppa Italia).

Kalau dipikir-pikir, Juventus ini seperti kesebelasan yang tidak bersyukur. Padahal mereka sudah merajai Italia dalam tujuh musim terakhir, dwigelar pula di empat musim terakhir. Namun ini juga menandakan jika Juventus ingin meingkatkan pencapaiannya. Skuat asuhan Massimilliano Allegri ini memang benar-benar berambisi meraih trofi Liga Champions musim ini.

Sampai saat ini Inter Milan masih menjadi kesebelasan Italia terakhir yang menjadi juara Liga Champions. Inter bahkan meraih trigelar saat menjadi juara 2010 tersebut. Untuk hal itu, selalu ada ledek-ledekan yang tak akan pernah habis, baik untuk Juventus (karena tak kunjung juara Eropa), Inter (karena membanggakan pencapaian masa lalu), maupun kesebelasan lainnya di Serie A.

Pengeluaran Terbesar 2018/19

Juventus mendatangkan Cristiano Ronaldo dengan mahar sekitar 117 juta euro untuk kontrak empat tahun. Kedatangan Ronaldo ini ternyata membuat Juventus menjadi kesebelasan dengan pengeluaran transfer terbesar pada musim panas 2018 ini (per 17 Agustus). Total, Juve telah mengeluarkan biaya transfer sebesar 221,9 juta euro. Angka tersebut lebih tinggi dari Liverpool (182,2 juta), Paris Saint-Germain (172 juta), Chelsea (137 juta), dan AS Roma (136,6 juta).

Sebelum Ronaldo, Juve telah mengeluarkan uang untuk mendatangkan Mattia Perin (12 juta euro), Joao Cancelo (40 juta), dan mempermanenkan Douglas Costa dari Bayern (40 juta). Kesebelasan yang kini bermarkas di Allianz Stadium ini pun berhasil mendatangkan Emre Can dari Liverpool (free transfer).

Juve juga kemudian memulangkan kembali Leonardo Bonucci dari AC Milan dengan mengorbankan Mattia Caldara. Bonucci sendiri sebenarnya dihargai 35 juta euro. Angka pengeluaran 221,9 juta euro Juve tanpa menghitung Bonucci karena Juve dan Milan benar-benar tukar guling alias tidak mengeluarkan uang sepeser pun untuk kelancaran pertukaran ini.

Baca juga: Menyembuhkan AC Milan Bersama Para Legenda

Dengan ditutupnya bursa transfer Liga Primer Inggris, Juventus bisa terus menjadi kesebelasan dengan pengeluaran tertinggi musim panas ini. Tapi angka pengeluaran Juventus masih bisa disusul oleh kesebelasan seperti Real Madrid dan PSG yang bursa transfernya masih dibuka hingga akhir Agustus ini. Apalagi Madrid belum melakukan pergerakan transfer usai kehilangan Ronaldo, pemain terbaiknya.

Tapi Juve juga masih mungkin menambah pemain anyar. Claudio Marchisio baru diputus kontrak. Praktis sekarang lini tengah Juve tinggal menyisakan Sami Khedira, Miralem Pjanic, Blaise Matuidi, Rodrigo Bentancur, dan Can. Bukan tak mungkin Marchisio, yang dalam dua tahun terakhir berkutat dengan cedera, dilepas agar Juve punya slot tambahan gelandang tengah yang bisa meningkatkan kualitas sektor gelandang.

Sergej Milinkovic-Savic dan Adrien Rabiot santer diberitakan masuk dalam radar Juventus. Milinkovic-Savic memungkinkan didatangkan lewat status pinjaman plus biaya transfer sekitar 45 juta euro dengan sisanya dibayar musim depan (AC Milan lebih dulu melakukan hal ini). Rabiot lebih mungkin lagi didatangkan karena musim depan kontraknya akan berakhir di PSG.

Jika rumor di atas benar adanya, hal itu menunjukkan Juve benar-benar siap mengeluarkan banyak uang untuk bisa memiliki skuat tangguh di Liga Champions. Walau begitu, Juve tetap harus memperhitungkan Financial Fair Play karena sampai saat ini mereka baru mendapatkan 65 juta euro dari penjualan pemain.

Baca juga: Menanti Kebangkitan Serie A Setelah Ronaldo ke Juventus

Regenerasi di Segala Lini

Juve tercatat dua kali ke babak final Liga Champions dalam empat tahun terakhir. Keduanya berakhir dengan kekalahan. Kekalahan berarti kegagalan. Walau secara pencapaian cukup baik dibanding musim-musim sebelumnya. Apalagi terakhir kali Juve ke final terjadi pada 2003. Terakhir juara pada 1996.

Kemungkinan besar Juve merasa salah satu faktor kegagalan di Liga Champions dalam beberapa waktu terakhir karena skuat yang ada perlu regenerasi. Skuat yang ada sebelumnya, bisa jadi, hanya kuat di kompetisi domestik.

Maka yang dilakukan Juve musim ini adalah melepas pemain-pemain lama dengan yang lebih berkualitas. Tak tanggung-tanggung, di antara pemain yang dilepas ada nama-nama seperti Gianluigi Buffon, Stephan Lichtsteiner, Kwadwo Asamoah, dan Claudio Marchisio. Padahal keempat pemain yang hengkang dari Juventus dengan status bebas transfer ini cukup lekat dengan keberhasilan Juventus dalam beberapa tahun terakhir.

Lichtsteiner yang sudah berusia 34 tahun digantikan Cancelo yang 10 tahun lebih muda. Asamoah (29 tahun) dilepas karena Juve masih punya Alex Sandro (27 tahun) dan bek kiri potensial dalam diri Leonardo Spinazzola (25 tahun). Buffon (40 tahun) punya dua pengganti: Wojciech Szczesny (28 tahun) dan Mattia Perin (25 tahun). Kepergian Marchisio (32 tahun) juga tak lepas dari kehadiran gelandang muda macam Can (24 tahun) dan Bentancur (21 tahun).

Gonzalo Higuain (30 tahun) yang dalam dua musim terakhir jadi andalan di lini depan tampaknya dianggap kurang bisa diandalkan di Liga Champions. Dari total 55 gol dalam 105 penampilannya di Juve, hanya 10 gol yang dicetak penyerang asal Argentina itu di Liga Champions.

Angka tersebut tentu tidak ada apa-apanya dibanding Ronaldo yang mencetak 105 gol dari 101 penampilan di Liga Champions. Usia Ronaldo memang sudah menginjak 34 tahun. Tapi soal kualitas, ia masih berada dalam kondisi prima setelah musim lalu mencetak 44 gol dari 44 kali bermain.

Selain karena kualitasnya, para pemain baru juga menjanjikan dari segi kebugaran. Para pemain lama masa emasnya telah lewat, sementara para pemain baru sedang dalam performa terbaiknya atau sedang menuju masa emas mereka. Hal itu diperlukan untuk menjaga kualitas pemain yang tengah memasuki masa emas seperti Alex Sandro, Pjanic, Paulo Dybala, Douglas Costa, dan Juan Cuadrado.

Walau begitu, masih ada sejumlah pemain senior yang masih ada dalam diri Juventus seperti Andrea Barzagli (34 tahun), Giorgio Chiellini (32 tahun), Mario Mandzukic (32 tahun), Sami Khedira (31 tahun), Blaise Matuidi (31 tahun), dan Medhi Benatia (31 tahun). Bonucci juga sudah berusia 31 tahun. Kecuali Barzagli, pemain-pemain tersebut masih layak bermain dengan skuat utama dan punya kelebihan yang ideal dengan strategi yang hendak dimainkan Allegri.

Bonucci misalnya, meski pemain bertahan, ia pandai mengirimkan umpan-umpan progresi akurat. Kelebihannya ini sudah ia pamerkan di laga melawan Juventus U21. Sejak kehilangan Andrea Pirlo dan Bonucci, Juve memang tak punya lagi pemain yang beroperasi di area pertahanan sendiri dengan kemampuan umpan jauh akurat (berguna untuk serangan balik atau situasi buntu).

Dalam mendatangkan Bonucci, Juve rela mendapatkan kritik habis-habisan dari para pendukungnya. Bonucci sebelumnya sudah dicap pengkhianat oleh para Juventini karena memilih hijrah ke AC Milan, menjadi kapten bahkan merayakan golnya ke gawang Juventus di Allianz Stadium. Meski begitu, Bonucci tampaknya dibutuhkan dalam skema Allegri dan kualitasnya masih merupakan salah satu yang terbaik di Italia.

Bursa transfer Juventus musim ini memang agak berbeda dibanding musim-musim sebelumnya. Juve cukup berani dalam membuang pemain-pemain ikonik dan mendatangkan pemain yang tak terduga. Selain Ronaldo dan Bonucci, Cancelo didatangkan dengan rekam jejak eks pemain Internazionale Milan. Akan tetapi karena tampaknya sudah jadi kesepakatan manajemen dan tentu Allegri, para pendukung Juventus pun tak bisa berbuat banyak dan tinggal berharap bahwa strategi transfer musim ini benar-benar bisa menghadirkan trofi Liga Champions yang sudah lama dirindukan.

Baca juga: Menyambut Renaisans Serie A

foto: juventus.com

Komentar