Menyembuhkan AC Milan Bersama Para Legenda

Cerita

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Menyembuhkan AC Milan Bersama Para Legenda

Pendukung AC Milan, bahkan mungkin juga pendukung kesebelasan lain, bosan dengan jargon "Era Baru AC Milan". Musim 2010/11 adalah musim terakhir Milan tampil sebagaimana seharusnya. Setelah menjadi juara di musim itu, Milan dirundung masalah. Prestasi Milan terus merosot. Setiap perubahan pun dianggap era baru yang bersiap membawa Milan kembali ke harkat dan martabatnya.

Nyatanya Milan justru semakin kacau. Puncaknya capaian musim 2017/18. Menghamburkan dana sekitar 200 juta euro dengan timbal balik "hanya" bermain di Liga Europa. Bahkan kesempatan untuk bermain di Liga Europa pun nyaris dicabut karena adanya indikasi pelanggaran Financial Fair Play (FFP).

Milan lolos dari hukuman FFP. Sebagai gantinya, mereka harus berganti pemilik lagi. Yonghong Li harus melepas kepemilikannya terhadap Milan kepada Elliot Management Corporation. Era baru bersama Yonghong Li hanya bertahan semusim.

Lantas bagaimana dengan Elliot Management? Apakah Milan masih akan dalam bayang-bayang ke-medioker-an yang mulai menaungi mereka? Pendukung Milan boleh optimis. Elliot Management punya pendekatan berbeda dengan Yonghong Li cs. Elliot Management berusaha menyembuhkan AC Milan lewat bantuan para legenda yang cukup kompeten di bidangnya masing-masing.

Memperbaiki Keuangan Sebelum Kembali Menjadi Besar

Dalam delapan tahun terakhir, keuangan Milan terus memburuk. Pada musim 2005/06, Milan dilaporkan Deloitte sebagai kesebelasan dengan pendapatan terbesar kelima di dunia. Namun pada musim 2011/12, semusim setelah juara, turun ke posisi delapan. Musim berikutnya merosot lagi ke posisi sepuluh. Musim 2013/14, Milan menempati posisi 12. Akhirnya pada pengumuman terbaru (April 2018), Milan berada di posisi terburuk dengan menempati posisi 22.

Posisi 22 ini membuat Milan bisa dikatakan medioker. Milan terancam dilampaui Crystal Palace, Borussia Moenchengladbach, Zenit St. Petersburg, West Bromwich Albion, Stoke City, dan Bournemouth. Kesebelasan-kesebelasan yang sudah menyalip Milan saat ini adalah Olympique Lyon, Everton, Southampton, West Ham United, Schalke 04, dan Leicester City. Di Italia, level keuangan Milan telah dilampaui Napoli dan Inter yang sebelumnya selalu berada di bawah mereka. Hanya Juventus yang secara konsisten selalu berada di atas Milan.

Pada 2005/06, Milan berada di urutan kelima dengan pendapatan kotor per tahun sekitar 233,7 juta euro. Sekarang, Milan "hanya" mendapatkan 191,7 juta euro. Di era yang semakin modern, pendapatan Milan justru menurun atau bisa dibilang stagnan. Melihat hal ini, jelas ada yang salah dengan pengelolaan finansial Milan.

Yonghong Li dan kolega bukannya tak menyadari ini, sialnya mereka salah dalam memilih solusi. Uang besar dikeluarkan agar bisa mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Secara bisnis hal tersebut lumrah. Akan tetapi pengeluaran besar yang dikeluarkan pada musim lalu cenderung salah sasaran.

Dalam 200 juta euro pembelanjaan pemain, Leonardo Bonucci jadi pemain termahal dengan biaya 42 juta euro. Kedua adalah pembelian Andre Silva dengan biaya 38 juta euro. Ketiga Andrea Conti lewat 24 juta euro. Kemudian secara berurutan disusul Hakan Calhanoglu (22 juta), Mateo Musacchio (18 juta), Lucas Biglia (17 juta), dan Ricardo Rodriguez (15 juta).

Andre Silva (tengah) bersama Marco Fassone dan Massimo Mirabelli.

Dari transfer-transfer di atas, pembelian Silva patut jadi sorotan. Milan terlalu berani menghabiskan 38 juta euro untuk penyerang yang belum terbukti kualitasnya di liga top Eropa (sebelumnya Silva bermain di Porto). Akhirnya Silva tak mampu membuktikan kualitasnya dan musim ini dipinjamkan ke Sevilla.

Bonucci secara angka transfer mungkin wajar, tapi yang menjadi masalah adalah gajinya yang tinggi. Milan menjadikan Bonucci sebagai pemain dengan gaji tertinggi di Serie A (bersama Gonzalo Higuain) dengan bayaran 7,5 juta euro per tahun. Bahkan angkanya bisa mencapai 8 juta euro jika menghitung bonus. Padahal begitu kembali ke Juventus, gaji Bonucci terpangkas hingga 5,5 juta euro per tahun.

Milan menjalani musim 2017/18 memang dengan biaya pengeluaran yang membengkak. Mereka menjadi kesebelasan kedua tertinggi soal pengeluaran untuk gaji di Italia. Total Milan harus mengeluarkan 117 juta euro per tahun untuk gaji pemain. Angka tersebut meningkat hampir 40 juta euro dari tahun sebelumnya. Tak heran Milan akhirnya kelabakan memenuhi FFP karena gagal ke Liga Champions.

Elliot Management yang mengambil alih kepemimpinan Milan berupaya memperbaiki kesalahan dalam pengembangan finansial Milan ini. Saat resmi diperkenalkan sebagai pemilik baru, Elliot Management tak menjual mimpi setinggi langit. Mereka langsung menegaskan bahwa tujuan utama Milan sekarang adalah menstabilkan keuangan.

"Setelah mengambil alih kontrol, visi Elliot untuk AC Milan cukup jelas: menciptakan stabilitas finansial dan mendirikan manajemen yang baik; dengan tujuan jangka panjang kesuksesan AC Milan lewat memfokuskan pada hal-hal fundamental dan memastikan klub benar-benar dikapitalisasi dengan baik; dan tentu saja menjalankan model operasi yang menghormati aturan Financial Fair Play," bunyi pernyataan resmi Elliot.

Jika Yonghong Li langsung berinvestasi lewat dana melimpah, Elliot Management hanya menyuntikkan dana tambahan sebesar 50 juta euro saja untuk membantu finansial dan menjaga kualitas Milan. Musim lalu, Yonghong Li berinvestasi di Milan dengan meminjam dana total sebesar 412 juta euro pada Elliot Management, yang kemudian gagal dikembalikan setelah jatuh tempo.

Tapi keputusan penting Elliot Management dalam memperbaiki Milan tidak hanya soal target jangka pendek. Mempekerjakan orang-orang yang tepat untuk membangkitkan kembali muruah AC Milan cukup krusial untuk menentukan masa depan Milan.

Para Legenda Bahu-Membahu

Langkah pertama yang dipilih Elliot adalah menggantikan Marco Fassone dan Massimo Mirabelli. Kedua sosok ini bergabung ke Milan setelah rossoneri dikuasai Yonghong Li. Alasan pemecatan keduanya karena terbukti menjadi salah satu faktor Milan semakin terjerembab pada situasi terburuk. Belum lagi Fassone dikabarkan hendak mengubah kontraknya, dengan menaikkan gajinya sendiri, sebelum akhirnya diketahui pihak Elliot.

Tingginya gaji pemain Milan musim lalu tak lepas akibat dari buruknya negosiasi Fassone dan Mirabelli. Selain Bonucci yang gajinya naik dua kali lipat di Milan, Gianluigi Donnarumma dibayar 6 juta euro per tahun (tertinggi kedua di Milan). Nikola Kalinic digaji 3,5 juta euro per tahun (tertinggi ketiga bersama Biglia).

Gaji Bonucci tertinggi di Serie A bersama Higuain. Donnarumma tertinggi keempat setelah Paulo Dybala. Kalinic, sementara itu, gajinya hanya kalah dari pemain yang sudah disebutkan tadi ditambah Douglas Costa, Gianluigi Buffon, Miralem Pjanic, Mauro Icardi, Lorenzo Insigne, Sami Khedira, Edin Dzeko, dan Radja Nainggolan. Padahal Kalinic bukan striker haus gol macam Dries Mertens, Ciro Immobile, atau Andrea Bellotti yang gajinya lebih murah.

Elliot Management tidak ingin hal seperti itu terulang. Agar Milan ditangani oleh orang yang tepat, dan tentu saja berkualitas, Elliot menunjuk eks pemain AC Milan, Leonardo Araujo, sebagai Direktur Olahraga. Leonardo yang saat bermain di Milan mempersembahkan satu trofi Serie A dan satu trofi Coppa Italia adalah salah satu sosok berpengaruh di balik bangkitnya Paris Saint-Germain.

Dicap gagal sebagai pelatih saat menukangi Milan kemudian Inter, Leonardo menjadi Direktur Olahrga PSG sejak 2011. Di musim pertamanya, PSG berhasil mendatangkan Javier Pastore, Thiago Motta, Salvatore Sirigu, Mohamed Sissoko, Jeremy Menez, Diego Lugano, Blaise Matuidi, hingga Maxwell. Mendatangkan 12 pemain anyar, PSG yang sudah kaya raya saat itu mengeluarkan 107 juta euro. Terbilang murah melihat pemain-pemain yang didatangkan punya nama besar. Itu pun hampir setengahnya dihabiskan untuk biaya transfer Pastore dari Palermo (42 juta euro).

Setelah itu PSG semakin mampu mendatangkan pemain-pemain top. Mayoritas ia mendatangkan pemain dari Serie A. Ia tahu kesebelasan-kesebelasan Serie A sedang krisis finansial. Karenanya PSG bisa mendatangkan pemain top Serie A seperti Thiago Silva, Ezequiel Lavezzi, Zlatan Ibrahimovic, Marco Verratti, Marquinhos, hingga Edinson Cavani, dengan biaya yang sesuai alias tidak terlalu mahal. Dari 11 pemain yang direkrut dari Serie A, PSG total mengeluarkan 273,5 juta euro. Verratti dibeli dengan harga 12 juta euro, Ibrahimovic 21 juta euro, Motta 11,5 juta euro. Cavani paling mahal dengan 64,5 juta euro.

Leonardo ada di balik transfer-transfer PSG hingga akhirnya kembali ke Milan. Bahkan David Beckham pun sampai bersedia mengakhiri karier di PSG berkat bujukan eks pemain Brasil tersebut.

Leonardo (kanan) bersama Beckham dan pemilik PSG, Nasser Al-Khelaifi.

Di Milan, Leonardo langsung menunjukkan kemampuannya dalam bernegosiasi. Pepe Reina, Ivan Strinic, dan Alen Halilovic didatangkan secara gratis. Gonzalo Higuain dipinjam dengan biaya transfer 18 juta euro plus 36 juta euro pada musim depan. Mattia Caldara memang bernilai 35 juta euro ketika didatangkan dari Juventus. Tapi Milan tidak mengeluarkan uang sepeser pun untuk Caldara karena barter dengan Bonucci yang dihargai sama. Malah, Milan untung karena gaji Caldara tidak semahal Bonucci; belum termasuk prospek Caldara di masa depan.

Terbaru, Milan juga berhasil meminjam Tiemoue Bakayoko dari Chelsea. Milan juga dikabarkan selangkah lagi mendatangkan Samu Castillejo, winger utama Villareal berusia 23 tahun, dengan nilai transfer yang ditaksir sekitar 15 juta euro dan menjadi salah satu upaya agar Carlos Bacca bisa dilepas ke Villareal. Leonardo berusaha meningkatkan kualitas Milan tanpa harus keluar biaya yang terlalu besar.

Leonardo sebenarnya tidak sendirian dalam bekerja. Kini ia dibantu oleh legenda AC Milan, Paolo Maldini. Maldini yang sebelumnya menolak bergabung ke Milan saat masih dipimpin Yonghong Li juga bertugas untuk perekrutan pemain-pemain berkualitas tanpa harus mengeluarkan biaya mahal.

"Saya tidak pernah bilang tidak sebelumnya, tapi sekarang berbeda. Leonardo dan pemilik (baru) menunjukkan proyek yang saya yakini akan berhasil," kata Maldini lewat pernyataan resmi klub. "Saya akan mengatur aspek olahraga bersama Leonardo. Saya akan mengatur pasar transfer dan menjaga hubungan dengan pelatih dan tim utama, juga tim muda. Kami sebelumnya di posisi enam dan kami ingin meningkatkan prestasi, tentu tanpa harus mengeluarkan biaya besar."

Baca juga: Paolo Maldini Sebagai Legenda yang Menjadi Tabu

Bahkan tidak hanya Maldini, Leonardo mengatakan legenda Milan lainnya, Ricardo Kaka, akan menjadi bagian dari manajemen Milan dalam waktu dekat. Walau begitu, tujuan Kaka bekerja untuk Milan sebenarnya lebih pada ingin mempelajari langsung bagaimana seorang Direktur Olahraga bekerja.

"Dia (Kaka) menunjukkan keinginan untuk belajar menjadi seorang Direktur tim, ingin mengerti bagaimana ini bekerja dan tentu saja ia ingin menjadi bagian dari kami," ujar Leonardo seperti yang dikutip Football-Italia. "Kaka adalah pemain Milan terakhir yang meraih Ballon d`Or: dia abadi dan akan selalu dikaitkan dengan kesebelasan ini sehingga ia layak mendapatkannya. Pada September ia akan ada di Milan. Belum ada pembicaraan lebih lanjut, tapi ia ingin dekat dengan tim ini dan belajar dengan sukarela (tanpa digaji)."

Jika Kaka bergabung, maka Milan akan dipimpin oleh para legenda di belakang layar. Belum lagi Milan saat ini ditukangi legenda Milan lainnya, Gennaro Gattuso. Bagaimanapun, rasa memiliki mereka terhadap Milan akan lebih besar dibanding pihak-pihak lain. Hal itu tak bisa dimungkiri akan menjadi percepatan Milan kembali besar di masa depan.

Para legenda tersebut akan bekerja keras membuat Milan kembali disegani di Eropa. Karena sebenarnya, Elliot Management sendiri hanya pemilik sementara. Mereka sebenarnya menyita Milan dari Yonghong Li dengan tujuan bisa dijual lagi pada investor baru di masa yang akan datang.

Presiden baru Milan, Paolo Scaroni, tidak akan terlalu banyak mencampuri kinerja Leonardo, Maldini, juga Gattuso dalam upayanya meningkatkan level Milan. Walaupun begitu, jika semuanya lancar, di mana keuangan Milan telah kembali stabil, Milan bisa kembali pada statusnya sebagai salah satu kesebelasan tersukses di Eropa bersama para legenda mereka yang didukung penuh oleh Elliot Management. Situasi Serie A yang tengah memperbaiki diri pun akan memperlancar Milan segera mencapai potensi terbaiknya.

Baca juga: Menyambut Renaisans Serie A

AC Milan akan memulai perjalanannya di Serie A 2018/19 dengan menghadapi Genoa di Stadion San Siro pada Senin dini hari WIB. Serie A sendiri seolah telah menemukan kembali kemewahannya pada musim ini dan menjadikan musim ini layak diikuti kembali seperti era 1990-an.

foto: rossoneriblog.com

Komentar