Mengenang Grosso dalam Dua Kejadian

Backpass

by Redaksi 43

Redaksi 43

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Mengenang Grosso dalam Dua Kejadian

Karier Fabio Grosso biasa saja. Begitu biasa saja sampai mengenang pemain kelahiran 28 November 1977 ini dalam dua kejadian di Piala Dunia 2006 tidak lantas berarti melewatkan banyak kejadian penting sepanjang kariernya. Hanya dua kejadian yang penting: dilanggar saat melawan Australia dan mencetak gol di pertandingan melawan Jerman.

Lima tahun sebelum Piala Dunia 2006, Grosso masih bermain di Serie C2, divisi keempat liga sepakbola Italia. Grosso sendiri disertakan oleh Marcelo Lippi, pelatih kepala tim nasional Italia saat itu, sebagai pelapis Gianluca Zambrotta.

Zambrotta cedera dalam latihan sehingga Grosso bermain sebagai starter pada pertandingan pembuka Grup E, melawan Ghana. Sembuhnya Zambrotta membuat Grosso kembali menjadi cadangan pada pertandingan berikutnya, melawan Amerika Serikat. Dalam pertandingan tersebut Italia batal menang karena Cristian Zaccardo, fullback kanan, mencetak gol bunuh diri. Pada pertandingan penentuan, melawa Republik Ceko, Grosso kembali bermain sebagai fullback kiri. Zambrotta digeser ke kanan. Zaccardo dibangkucadangkan. Grosso dan Zambrotta terus menjadi pasangan fullback di pertandingan-pertandingan berikutnya.

Italia berhadapan dengan Australia di 16 besar. Satu kejadian di pertandingan ini menjadikan Grosso pahlawan Italia sekaligus musuh publik Australia.

Grosso jatuh – atau dengan sengaja menjatuhkan diri – di kotak penalti Australia pada menit ketiga injury time. Kedudukan masih 0-0 saat itu. Wasit Luis Medina Cantalejo memberi penalti penting, penalti yang layak diperdebatkan, kepada Italia.

“Tidak ada keraguan bahwa itu bukan penalti,” ujar pelatih kepala Australia, Guus Hiddink. “Pahit sekali melihatnya terjadi di detik-detik terakhir. Namun ketika emosi mereda, kami bisa merasa bangga.”

Terakhir kali Australia lolos ke Piala Dunia pada 1974. Di Jerman 2006, Australia berstatus underdog. Ditempatkan di grup yang sama dengan Brasil, Kroasia, dan Jepang, Australia lolos ke fase gugur sebagai runner-up. Perjalanan mereka terhenti oleh kejadian yang menurut CNN merupakan salah satu dari lima ketidakadilan terburuk sepakbola.

Pada 2010, dalam sebuah wawancara dengan majalah Football+, Grosso masih dimintai keterangan mengenai insiden di Fritz-Walter Stadion. Dan ia mengaku bahwa ia menjatuhkan diri.

“Sudah lama berlalu sejak 2006 namun aku katakan ini sejujur mungkin,” ujar Grosso. “Ketika Neill meluncur, mungkin aku melebih-lebihkan sedikit. Walau demikian kau harus ingat bahwa itu terjadi di menit akhir sebuah pertandingan yang sangat sulit dan semua orang kelelahan.”

“Aku merasakan sentuhan maka aku jatuh,” lanjutnya. “Karenanya, aku katakan lagi, aku tidak mengada-adakan kejadiannya ... benar aku merasakan sentuhan dan aku tak cukup kuat untuk maju. Beberapa orang percaya padaku dan beberapa tidak. Walau demikian, bagiku, bahkan setelah aku melihat videonya, itu penalti. Aku akui kejadian itu tidak mempesonakan tapi itu [juga] bukan skandal.”

Setelah Australia, Italia berhadapan dengan Ukraina dan menang relatif mudah, tiga gol tanpa balas. Kemenangan ini mengantar Italia ke semifinal. Lawannya adalah Jerman, sang tuan rumah.

Melawan Jerman, waktu normal berakhir tanpa gol. Pertandingan yang berjalan ketat berubah setelah Grosso mencetak gol pemecah kebuntuan satu menit sebelum babak tambahan selesai. Menerima umpan Andrea Pirlo yang mengecoh semua pemain Jerman, Grosso melepas tembakan spekulatif yang melengkung mulus ke sudut gawang, sepakan yang sulit dipercaya dari sumber yang sulit dipercaya di waktu yang sulit dipercaya. Semuanya begitu sulit dipercaya hingga Grosso pun berulang kali berteriak non ci credo dalam perayaan golnya. Aku tidak percaya, aku tidak percaya, aku tidak percaya.

“Aku harap bolanya datang,” ujar Grosso kepada surat kabar La Repubblica pada awal 2015. “Ketika aku lihat Andrea memegang bola aku semakin berharap. Saat itu ia tidak melihat ke arahku namun ia sering menemukan momen yang tepat untuk mengumpan. Aku merasa bolanya akan datang kepadaku – dan memang begitu. Aku mengincar sudut tanpa melihat gawang, hanya membayangkan di mana letak sudutnya. Beruntung aku membayangkannya dengan tepat, di tempat yang tepat.”

Dua menit berselang (menit 120+1), gol Alessandro Del Piero mengunci kemenangan Italia. Di final, Italia mengalahkan Perancis lewat adu penalti. Eksekutor terakhir Italia adalah Grosso.

Pada 2010, harapan Grosso pupus bahkan sebelum Lippi mengumumkan skuat final. Nama Grosso dicoret saat Lippi merampingkan skuat dari 30 menjadi 28 orang, lima hari sebelum Lippi kembali mencoret lima nama lain untuk mendapat 23 pemain yang dibawa ke Afrika Selatan.

Satu Piala Dunia saja yang Grosso ikuti. Sebagai cadangan pula pada awalnya. Sedikit pula jumlah gol yang ia cetak dan bantu ciptakan. Namun perannya, dalam dua kejadian, begitu vital.

Komentar