Milan Berhasil Memanfaatkan Celah pada Sayap Juventus

Analisis

by Redaksi 27

Redaksi 27

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Milan Berhasil Memanfaatkan Celah pada Sayap Juventus

AC Milan berhasil meraih gelar juara Supercoppa Italia 2016 setelah mengalahkan Juventus dini hari tadi (24/12). Gelar ini menjadi gelar pertama bagi Milan sejak 2011. Berkat gelar ini juga Milan berhasil menyamai jumlah gelar Supercoppa Italia yang diraih oleh Juventus yaitu sebanyak tujuh kali. Milan bersama Juventus menjadi pengoleksi gelar terbanyak di Supercoppa Italia.

Pada pertandingan ini pelatih Juventus, Massimiliano Allegri kembali menggunakan formasi 4-3-1-2 seperti saat mereka mengalahkan AS Roma di Serie A pekan lalu. Dengan menggunakan formasi ini, Allegri bermaksud untuk lebih menguasai lini tengah pada pertandingan ini. Sementara itu, Pelatih Milan, Vincenzo Montella tetap mengunakan formasi andalannya 4-3-3 dengan bertumpu pada sisi sayap sebagai poros penyerangan.

Pertandingan ini berlangsung hingga babak adu penalti. Setelah kedua kesebelasan bermain imbang 1-1 pada waktu normal dan babak tambahan. Pada babak adu penalti Milan berhasil ungul atas Juventus dengan skor 3-4

Pada pertandingan ini, Juventus mampu unggul terlebih dahulu melalui gol Giorgio Chiellini memanfaatkan tendangan sudut Miralem Pjanic pada menit ke-18. Milan baru berhasil membalas gol tersebut pada menit ke-38 melalui Giacomo Bonaventura yang berhasil memanfaatkan umpan silang dari Suso.

Sementara itu pada babak adu penalti, dua penendang Juventus yaitu Mario Mandzukic dan Paulo Dybala gagal menjalankan tugasnya dengan baik. Sisanya Claudio Marchisio, Gonzalo Higuain dan Sami Khedira berhasil menjalankan tugasnya dengan baik.

Sedangkan di kubu Milan, hanya Gianluca Lapadula yang gagal melaksanakan tugasnya dengan baik. Sisanya Giacomo Bonaventura, Juraj Kucka, Suso dan Mario Pasalic berhasil menceploskan bola ke gawang Gianluigi Buffon.

Mengendurnya tekanan yang dilakukan menjadi petaka bagi Juventus

Selama 30 sampai 35 menit pertama pertandingan, Juventus memang tampil lebih dominan daripada Milan. Strategi Allegri untuk menguasai lini tengah dengan memenangi jumlah pemain di lini tengah terlihat cukup berhasil.

Tetapi setelah itu, Juventus terlihat seperti mengendurkan tekanan yang mereka lakukan. Mereka terlihat bermain lebih ke dalam dengan menurunkan blok pertahannan menjadi lebih rendah. Hal ini membuat para pemain Milan menjadi lebih leluasa dalam memasuki area sepertiga terakhir penyerangan mereka.

Akibat dari berkurangnya tekanan dari para pemain Juventus, kedua penyerang sayap Milan pada pertandingan ini, Suso dan Giacomo Bonaventura yang awalnya tidak bisa berbuat apa-apa, menjadi lebih aktif dalam melakukan tusukan-tusukan ke lini pertahanan Juventus.

Petaka pun terjadi terhadap lini pertahanan Juventus pada menit ke-38. Suso yang begerak di sisi kiri pertahanan Juventus berhasil melepaskan umpan silang yang disambut dengan baik oleh Bonaventura yang tiba-tiba masuk ke dalam kotak penalti.

Pada proses terjadinya gol ini, Suso dibiarkan begitu bebas dan leluasa untuk mengirimkan umpan kemana pun ia mau. Tidak ada pressing yang dilakukan oleh para pemain Juventus. Padahal ada dua pemain Juventus yang berada di dekat Suso sebelum gol terjadi.

Gambar 1

Gambar 2

Dua gambar di atas merupakan proses sebelum terjadinya gol Milan yang diciptakan oleh Bonaventura.

Pada gambar 1 terlihat bagaimana Suso dibiarkan begitu saja tanpa ada sedikit pun pressing yang dilakukan oleh Patrice Evra dan Stefano Sturaro, dua pemain Juventus yang berada paling dekat dengan Suso.

Pada gambar 2 terlihat Suso telah melepaskan umpannya dengan gangguan yang tidak terlalu berarti oleh Sturaro yang mengangkat salah satu kakinya dengan maksud untuk menahan umpan tersebut. Sementara itu Evra hanya berjalan sambil melihat Suso melepaskan umpan tanpa melakukan gangguan sama sekali.

Andai saja salah satu atau bahkan kedua pemain tersebut melakukan pressing terhadap Suso, mungkin gol Milan tidak akan tercipta. Dan hasil pada pertandingan ini akan berbeda.

Celah pada sisi sayap Juventus berhasil dimanfaatkan oleh Milan

Milan di bawah asuhan Vincenzo Montella memang cukup kuat pada sisi sayap. Sisi sayap selalu menjadi andalan Milan untuk mengancam lini pertahanan lawan. Kebetulan Milan memang memiliki para pemain sayap yang cukup mumpuni seperti Suso, M’Baye Niang dan Bonaventura pada posisi penyerang sayap serta Ignazio Abate, Mattia De Sciglio dan Luca Antonelli pada posisi bek sayap.

Hal ini kembali mereka buktikan pada pertandingan ini. Para pemain sayap Milan yang sempat tidak bisa berbuat banyak pada awal babak pertama, menunjukkan kapasitas mereka setelah terciptanya gol pertama Milan.

Suso tentu menjadi aktor utama yang membuat Milan mampu menguasai sisi sayap pada pertandingan ini. Bola sering diarahkan kepada Suso untuk memulai penyerangan Milan. Suso cukup membuat Patrice Evra kewalahan dalam menjaganya pada pertandingan ini. Selain berhasil menciptakan satu asis, Suso juga berhasil melepaskan 24 umpan silang, lima umpan penting dan dua tembakan.

Pergerakan-pergerakan menusuk ke kotak penalti yang dilakukan oleh Suso beberapa kali hampir membuahkan gol, andai saja para pemain Milan lainnya seperti carlos Bacca dan Bonaventura lebih sigap dalam memanfaatkan peluang-peluang tersebut.

Sementara itu, Bonaventura juga cukup merepotkan Stephan Lichtsteiner. Ini terbukti dari Lichtsteiner yang harus melanggar dirinya beberapa kali untuk mengehentikan pergerakannya. Bahkan Lichtsteiner harus menerima satu kartu kuning akibat pelanggarannya terhadap Bonaventura.

Penampilan Suso dan Bonaventura yang cukup merepotkan pada pertandingan ini membuat para bek sayap Juventus yang terkenal sering membantu penyerangan menjadi lebih banyak bertahan pada pertandingan ini. Hanya satu dua kali saja mereka membantu penyerangan.

Gambar 3 Arah pergerakan para pemain sayap - Juventus (Kiri), Milan (kanan)

Gambar di atas menunjukkan arah pergerakan para pemain sayap kedua kesebelasan. Gambar Sebelah kiri yang ditunjukkan oleh tanda panah berwarna oranye merupakan arah pergerakan para pemain sayap Juventus. Sementara gambar sebelah kanan yang ditunjukkan oleh tanda panah berwarna biru merupakan arah pergerakan para pemain sayap Milan.

Dari gambar di atas terbukti bahwa para pemain sayap Milan lebih dominan. Sementara itu, para pemain sayap Juventus lebih banyak berada di area pertahanan sendiri.

Hal ini membuat Juventus kekurangan variasi dalam membangun serangan. Serangan Juventus pada pertandingan ini terlalu berfokus pada lini tengah. Celakanya pada pertandingan ini lini tengah mereka tidak tampil seperti yang diharapkan.

Sebenarnya lini tengah Milan juga tampil tidak terlalu baik. Tetapi mereka bisa menutupinya dengan permainan pada sisi sayap yang begitu agresif. Sementara itu, Juventus yang hanya menggunakan satu pemain pada masing-masing sayap, tidak bisa terlalu mengandalkan para pemain sayap mereka, akibat dari agresitifitas para pemain sayap Milan.

Milan berhasil memanfaatkan celah pada posisi sayap di formasi 4-3-1-2 milik Juventus. Sementara itu, Juventus gagal menguasai lini tengah walaupun unggul jumlah pemain di lini tengah.

Kesimpulan

Mengendurnya tekanan yang dilakukan oleh Juventus menjadi celah yang berhasil dimanfaatkan dengan baik oleh Milan. Ditambah lagi para pemain sayap Milan mampu tampil apik pada pertandingan ini.

Sementara itu, Juventus yang berniat menguasai lini tengah dengan menumpuk pemain di tengah dalam formasi 4-3-1-2 gagal menerapkannya dengan baik. Hal ini diperparah dengan jarangnya bek sayap mereka membantu serangan yang membuat kurangnya variasi serangan mereka.

foto : @acmilan

Komentar