3 Catatan Taktikal dari Hasil Imbang di Juventus Stadium

Analisis

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

3 Catatan Taktikal dari Hasil Imbang di Juventus Stadium

Seperti yang sudah diperkirakan, laga antara Juventus menghadapi Bayern Munchen di leg pertama babak 16 besar Liga Champions berjalan sengit. Juventus yang menjadi tuan rumah dan sempat tertinggal 0-2, mampu menyamakan kedudukan lewat dua gol pada babak kedua.

Skor akhir 2-2 memang menunjukkan bahwa laga ini berlangsung ketat bahkan dengan intensitas yang tinggi. Setidaknya, ada tiga catatan taktikal dari laga yang menyajikan empat gol di Juventus Stadium pada Rabu (24/2) dini hari waktu Indonesia.

Serangan Sayap yang Coba Dimaksimalkan Bayern

Meski bermain di kandang lawan, Bayern Munchen mampu mendominasi permainan. Whoscored bahkan mencatatkan bahwa pemuncak klasemen sementara Bundesliga tersebut unggul jauh penguasaan bola dengan 74% berbanding 26%.

Bayern tampil dominan sudah sedari babak pertama. Pada 45 menit awal, delapan tembakan berhasil mereka lepaskan. Namun ketangguhan kiper Juventus, Gianluigi Buffon, yang mencatatkan empat penyelamatan pada babak pertama, membuat Bayern cukup kesulitan mencetak gol.

Bayern sendiri begitu memaksimalkan serangan kedua sayapnya. Lewat Douglas Costa di kiri dan Arjen Robben di kanan, umpan silang kemudian dikirim ke kotak penalti di mana terdapat Robert Lewandowski dan Thomas Mueller.

Lewat serangan sayap ini pula akhirnya Bayern mencetak gol pada babak pertama. Masuk dari sisi kiri pertahanan Juventus, umpan silang diberikan ke Douglas Costa. Gelandang asal Brasil tersebut kemudian memberikan umpan cut-back pada Mueller yang berada di mulut gawang.

Pep Guardiola tampaknya memang berusaha memaksimalkan serangan sayap mereka pada laga ini. Tercatat 33 umpan silang dilepaskan anak asuhnya dalam 90 menit jalannya pertandingan. Namun hanya satu gol saja yang berhasil diciptakan melalui skema ini. Ketangguhan duet bek tengah Juve, Leonardo Bonucci dan Andrea Barzagli, membuat 20 umpan silang Bayern berhasil dimentahkan.

Bayern membombardir Juventus dengan umpan silang, hanya satu yang menjadi gol dari skema ini.
Bayern membombardir Juventus dengan umpan silang, hanya satu yang menjadi gol dari skema ini.

Satu gol Bayern lainnya diciptakan melalui serangan balik cepat. Selain itu, pada momen gol kedua terdapat situasi di mana Bonucci terjatuh saat berduel dengan pemain Bayern sehingga terjadi situasi tiga pemain Bayern lawan dua pemain Juve. Saat itulah Robben menerima bola dengan bebas untuk kemudian melepaskan tembakan melengkung.

Strategi Jitu Allegri di Babak Kedua

Hasil 2-2 memang menunjukkan bahwa laga ini berjalan sengit. Namun sebenarnya, Juve sempat tak bisa keluar dari tekanan pada babak pertama. Selain jumlah tembakan yang kalah dari Bayern dengan tiga kali berbanding delapan pada babak pertama, penguasaan bola yang mencapai 30% berbanding 70% pun menunjukkan Juve begitu dikurung oleh strategi Pep Guardiola.

Namun respon positif ditampilkan Allegri. Claudio Marchisio yang mengalami masalah pada ototnya diganti usai turun minum oleh gelandang asal Brasil, Hernanes. Pergantian ini ternyata menjadi awal perubahan penampilan Juventus pada babak kedua.

Perubahan skema bermain pun ditunjukkan oleh skuat asuhan Allegri. Juve yang pada babak pertama bermain dengan garis pertahanan rendah dan mengandalkan serangan balik mulai berani memberikan pressing di area pertahanan Bayern. Skema ini ternyata membuat Bayern mulai tak nyaman dengan penguasaan bola mereka.

Efektivitas strategi ini sudah terlihat sejak menit ke-63 lewat gol pertama yang dicetak Paulo Dybala. Sebelum penyerang Argentina tersebut menerima bola di kotak penalti Bayern, tekanan yang diberikannya pada bek Bayern, Joshua Kimmich, membuat Kimmich gagal mengontrol bola dengan baik. Bola liar lantas disambut Mario Mandzukic dengan memberikan operan pada Dybala. Dybala yang tak terkawal mampu menaklukkan Manuel Neuer kemudian.

Tak sampai di situ, perubahan lainnya pun dilakukan oleh Allegri. Termasuk mengganti Sami Khedira oleh Stefano Sturaro dan Dybala oleh Alvaro Morata. Kedua pemain pengganti ini berkontribusi pada gol kedua yang diciptakan Juventus.

Pada gol kedua Juve, Morata menerima umpan lambung dari Mandzukic di sisi sebelah kanan pertahanan Bayern. Lalu dengan kepalanya, ia mengarahkan bola ke kotak penalti. Di sanalah Sturaro muncul dengan mengalahkan Kimmich dalam perebutan bola.

Gaya bermain dari Sturaro dan Khedira yang berbeda menjadi alasan mengapa Sturaro berhasil mencetak gol di babak kedua. Khedira yang diandalkan kemampuan merebut bolanya, hanya beroperasi di sekitaran lapangan tengah. Sementara Sturaro sendiri bisa bermain sebagai box-to-box midfielder yang memungkinkannya naik hingga kotak penalti lawan.

Selain itu, memasukkan Morata dengan menggantikan Dybala pun bukan semata hanya penyegaran di lini depan sementara. Posisi Morata yang berada di lebar lapangan, khususnya sisi kiri penyerangan Juve, jelas berbeda dengan area bermain Dybala yang lebih sering berada di tengah atau di area depan kotak penalti.

Masuknya Morata bisa dibilang Juve mengganti formasinya dari 4-4-2 menjadi 4-3-3. Dengan Cuadrado di sisi kanan, serangan Juve mulai berimbang di kedua sisi. Bahkan Juve nyaris membalikkan keadaan andai tendangan Cuadrado tak dimentahkan Neuer.

Kimmich Titik Lemah Bayern

Jika menilik dua gol yang diciptakan Juve di atas, nama Joshua Kimmich terlibat pada dua gol tersebut. Pada gol pertama, kontrol bola Kimmich yang buruk berhasil dimanfaatkan Mandzukic untuk memberikan assist pada Dybala. Sementara pada gol kedua, bek berusia 21 tahun ini gagal mengantisipasi umpan silang Morata pada Sturaro.

2853
Kimmich gagal mengantisipasi umpan silang yang mengarah pada Sturaro, pencetak gol kedua Juventus.

Selain itu, Kimmich juga tak sekalipun mencatatkan tekel berhasil pada laga ini. Ia juga hanya mencatatkan tiga sapuan dan satu intersep pada laga ini. Pemain bertinggi 176 cm ini menjadi titik lemah di lini pertahanan Bayern.

Cedera yang dialami para pemain belakang Bayern (Holger Badstuber, Javi Martinez, dan Jerome Boateng) memang membuat Pep tak punya banyak pilihan. Ia ditempatkan di jantung pertahanan bersama David Alaba. Di kedua bek sayap, Lahm dan Bernat pun tak mampu berbuat banyak untuk membantu Alaba dan Kimmich.

Pep sadar betul bahwa lini pertahanannya mulai tak aman pada babak kedua. Ia pun lantas memasukkan Mehdi Benatia yang baru sembuh dari cedera panjang pada menit ke-74 menggantikan Bernat.

Mengapa tidak Kimmich yang diganti? Bernat sendiri tampak kewalahan mengahadapi eksplosivitas dari sayap kanan Juventus, khususnya Cuadrado. Masuknya Benatia pun sebenarnya untuk memperkuat bek tengah Bayern karena kemudian Alaba digeser ke pos bek kiri.

Selain peluang Cuadrado yang ditepis Neuer, hampir tak ada lagi peluang Juventus dari sisi kiri pertahanan Bayern semenjak Benatia masuk. Hanya saja pada gol kedua Juventus yang diciptakan Sturaro, mereka masuk dari sisi kanan pertahanan Bayern, di mana bola kemudian mengarah pada Kimmich.

foto: squawka.com

Komentar