Apa Salahnya Menggeser Aubameyang ke Sayap Kiri?

Taktik

by Bayu Aji Sidiq Pramono

Bayu Aji Sidiq Pramono

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Apa Salahnya Menggeser Aubameyang ke Sayap Kiri?

Empat kemenangan beruntun menjadi modal Newcastle United menjamu Chelsea di St. James Park hari Minggu (11/11) pukul 00.30 WIB. Tim tamu justru datang dengan rekor sebaliknya, empat pertandingan tanpa kemenangan. Laga ini berpotensi menjadi pertandingan paling menarik di pekan ke-16 karena mempertemukan tim yang sedang naik daun dengan tim langganan papan atas yang masih berjuang di papan tengah. Robert Jones memikul beban berat sebagai pengadil pada laga ini dibantu Lee Betts dan Ian Hussin sebagai asisten wasit.

Eddie Howe masih tidak akan diperkuat penyerang anyar mereka, Alexander Isak. Pemain muda asal Swedia tersebut belum pulih dari cedera. Pemain lain seperti Ryan Frasser dan Matt Richie juga bernasib sama seperti Isak karena belum pulih dari cedera betis. Selain itu, Callum Wilson yang baru saja masuk ke dalam skuad Gareth Southgate untuk Piala Dunia Qatar 2022 diragukan tampil akibat cedera.


Di kubu Graham Potter, daftar pemain di ruang perawatan sangat banyak. N’Golo Kante, Weley Fofana, Kepa Arrizabalaga, Ben Chilwell, Reece James, dan Jorginho tidak akan memperkuat The Blues akibat cedera. Tugas sang pelatih semakin berat karena pilihan pemain sangat terbatas. Pada pertandingan ini, ada potensi Potter menurunkan pemain muda.

Gambar 1 - Potensi Sebelas Pertama Newcastle United dan Chelsea

Saat ini, Newcastle bertengger di peringkat ketiga klasemen sementara dengan capaian 27 poin. Soal mencetak gol, mereka tergolong produktif dengan torehan 28 gol. Hanya kalah dari Manchester City (39 gol) dan Arsenal (31 gol). Hingga pekan ke-15, The Toon mampu melepaskan rata-rata 15 tembakan setiap laga. Prestasi ini mengungguli sang tamu yang hanya mencatatkan rata-rata 12 tembakan tiap pertandingan. Tidak hanya itu, dalam empat pertandingan terakhir mereka mampu 11 gol. Data tersebut menunjukan bahwa lini serang Newcastle sangat tajam.

Selain produktivitas, faktor lain yang membuat Newcastle mampu bersaing di papan atas adalah kokohnya unit pertahanan. Newcastle menjadi tim dengan jumlah kebobolan terendah yaitu 11 gol (sama dengan jumlah kebobolan Arsenal). Mereka juga tercatat sebagai salah satu tim dengan catatan nirbobol terbanyak (6 kali clean sheets dari 14 pertandingan) bersama Arsenal dan Manchester City.

Walaupun demikian, tim dengan seragam berwarna hitam putih ini tidak bisa meremehkan Chelsea yang sedang berusaha bangkit. Absennya beberapa pemain inti tim tamu tentu akan melemahkan kekuatan The Blues. Tapi, Potter masih memiliki beberapa opsi untuk bisa mengejutkan publik St. James Park.

Menggeser Aubameyang ke Sayap Kiri

Ketika Aubameyang berseragam Arsenal, ia telah mengoleksi 68 gol di Liga Inggris dari musim 2017/2018 hingga pertengahan musim 2021/2022. Salah satu musim terbaik Auba adalah musim 2019/2020 dengan torehan 22 gol dan 3 asis. Pada musim tersebut, penyerang asal Gabon itu sering bermain dari sayap kiri dalam skema 4-2-3-1. Ia menjadi pahlawan The Gunners dengan menjadi top skor klub.

Musim ini, Auba bersama Chelsea baru mencetak satu gol di Liga Inggris. Ia lebih sering diplot sebagai penyerang tengah didukung oleh dua sayap atau dua penyerang bayangan yang mengisi ruang antar lini. Pekan lalu, Auba bernostalgia ke Emirates Stadium namun hanya menyentuh bola sebanyak delapan kali. Ia sangat terisolasi.

Potter memiliki opsi menggeser Auba ke sisi sayap kiri seperti yang ia dapatkan di Arsenal musim 2019/2020. Harapannya, Auba mendapatkan ruang lebih luas dan menemukan ruang tembak baik dari dalam maupun kotak penalti. Terlebih, ia cukup terbiasa dengan posisi tersebut dengan melakukan cut inside dari sisi kiri lalu melepaskan tembakan ke pojok gawang. Ia sering melakukan pola tersebut ketika berseragam The Gunners maupun ketika masih membela Borussia Dortmund.

Posisi penyerang tengah bisa diisi oleh Kai Havertz atau Raheem Sterling. Di sayap kanan, ada Hakim Ziyech yang siap diturunkan. Selain itu, Mason Mount bisa diduetkan dengan Conor Gallagher dan menyisakan Matteo Kovacic sebagai single pivot. Dengan demikian, Mount dan Gallagher bisa lebih fokus untuk menyuplai bola ke lini depan.

Jika mempertimbangkan lawan, sisi kiri akan berhadapan dengan Kieran Trippier yang sering ke depan membantu lini serang. Trippier merupakan salah satu pemain kreatif di kubu Eddie Howe dengan catatan 2,35 peluang per laga (terbanyak di Newcastle). Dengan hadirnya Auba, harapannya akan menyibukkan Trippier agar tidak terlalu rajin membantu serangan karena harus menjaga Auba.

Mempersempit Ruang dengan High Press dan Garis Pertahanan Tinggi

Saat fase build up, Newcastle mengandalkan pergerakan dinamis antar tiga gelandang dan dua sayap yang dihuni oleh Miguel Almiron dan Jacob Murphy. Menyisakan satu penyerang tengah untuk mengunci perhatian bek tengah lawan. Melalui skema ini mereka berhasil mencetak 20 gol dari open play. Salah satu contoh yang paling sempurna untuk mencerminkan ide ini adalah gol pertama Newcastle ke gawang Southampton pekan lalu. Trippier, Joe Willock dan, Almiron melakukan kombinasi dinamis di sisi sayap kanan hingga memunculkan celah besar yang berhasil dimanfaatkan oleh Miggy untuk membuka keunggulan.

Ide tersebut dapat diantisipasi dengan mempersempit ruang gerak di lini tengah sehingga pergerakan dinamis lima pemain Newcastle di tengah lapangan menjadi terbatas. Potter bisa menerapkan strategi dengan melakukan high press ketika bola masih di kaki pemain belakang lawan, sekaligus menerapkan garis pertahanan tinggi. Kuncinya adalah gelandang The Blues harus waspada dengan gerakan kejutan sehingga mereka memiliki waktu dan ruang untuk melakukan kombinasi.

Hal ini berhasil dilakukan oleh Manchester City. Tim besutan Pep Guardiola kala itu tertinggal dua gol pasca sepakan terarah Trippier mengarah ke pojok gawang Ederson. Pep Guardiola tidak melakukan pergantian pemain. Tapi, Gundogan dan Rodri lebih agresif menekan lawan sehingga dua bek tengah City membentuk garis pertahanan yang lebih tinggi agar ruang bermain semakin sempit. Alhasil, City berhasil menyamakan kedudukan.


Metode ini tentu berisiko karena Potter tidak diperkuat oleh pemain-pemain terbaiknya. Konsekuensi garis pertahanan tinggi adalah ruang lebar di belakang pertahanan yang bisa dimanfaatkan The Toon. Terlebih, Thiago Silva dan Cesar Azpilicueta sudah tidak muda lagi. Tapi, jika cara tersebut berhasil akan berpotensi menjadi penentu hasil akhir pertandingan.

Komentar