Tendangan Bola Mati, Senjata Bagi Mereka yang Putus Asa dan Kehabisan Akal

Taktik

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Tendangan Bola Mati, Senjata Bagi Mereka yang Putus Asa dan Kehabisan Akal

Halaman sebelumnya

MU memang berhasil menempati peringkat keempat dari 12 penampilannya sejauh ini. Namun MU kerapkali buntu dalam menyerang di mana jumlah mencetak golnya saat ini (15 gol) kalah dari Leicester (23 gol), West Ham (22 gol), dan juga Tottenham Hotspur (19 gol) yang merupakan kesebelasan paling banyak mencetak gol dari servis bola mati. Bayangkan jika MU memiliki pemain yang bisa memecah kebuntuan lewat bola mati.

Pada masa jaya MU, kita tentunya mengenal nama-nama seperti David Beckham atau Cristiano Ronaldo sebagai eksekutor bola mati. Sedikit banyak, kemampuan mereka dalam set pieces bisa menjadi pemecah kebuntuan yang menghadirkan hasil positif.

Baca juga: Perhitungan Fisika dalam Penebusan Dosa David Beckham

Lihat juga bagaimana Chelsea yang musim ini seringkali diselamatkan oleh tendangan-tendangan Willian dari bola mati. Jika tidak ada Willian, mungkin kesebelasan berjuluk The Blues ini semakin terjerembab di papan bawah klasemen.

Chelsea sendiri saat menjadi juara musim 2014/2015 merupakan salah satu kesebelasan yang handal memanfaatkan bola mati. Meskipun hanya terbanyak kelima di Liga Inggris, gol dari sepak pojoknya mencapai 10 kali dari total 19 gol tendangan bola mati. Sementara musim ini, baru sekali Chelsea mencetak gol dari sepakan corner.

Berpindah ke Italia, Juventus pun cukup kesulitan meraih kemenangan semenjak hengkangnya Andrea Pirlo, sang eksekutor bola mati, pada awal musim 2015/2016. Saat menjuarai Serie A 2014/2015, enam gol dari tendangan bebas dan tujuh lainnya diciptakan dari sepak pojok. Total 20 gol dari bola mati merupakan yang terbanyak ketiga di Italia pada musim tersebut.

Sementara musim ini, Juve justru lebih banyak kebobolan lewat bola mati dan hanya tiga kali mencetak gol dengan skema yang sama yang tiga-tiganya merupakan tendangan penalti. Seandainya masih ada Pirlo, mungkin kesempatan mencetak gol dari bola mati Juventus akan lebih besar dan bisa memperbesar kesempatan untuk menang.

Baca juga: Pirlo Tumpul, Serangan Juve Amburadul

Tengok bagaimana AS Roma yang musim ini cukup konsisten berada di papan atas Serie A. Memiliki Miralem Pjanic membuat Roma menjadi kesebelasan dengan jumlah delapan gol dari set pieces yang merupakan terbanyak di lima liga top Eropa bersama Tottenham, AS Monaco, dan FC Lorient.

Meski terdengar sepele atau perbedaan jumlah  gol set piece ini tak terlalu signifikan dengan kesebelasan lain, tak bisa dipungkiri gol dari set piece ini bisa menjadi penting. Skor 0-0 selama 90 menit lalu berhasil mencetak gol dari tendangan bebas atau sepak pojok pada babak tambahan waktu babak kedua akan membuat sebuah kesebelasan meraih tiga poin atau yang asalnya tertinggal kemudian meraih hasil imbang.

Tendangan bebas atau sepak pojok rasanya akan selalu terjadi pada setiap pertandingan. Hal inilah yang seharusnya tidak boleh dipandang sebelah mata oleh kesebelasan manapun. Kesempatan mencetak gol dari bola mati, hampir pasti akan lahir di setiap pertandingan.

Sama seperti serangan balik, gol dari set piece pun merupakan cara bertahan hidup yang memesona. Hanya saja jika serangan balik merupakan senjata bagi mereka yang tertekan dan tertindas, maka saya menyebut set piece merupakan senjata bagi mereka yang putus asa dan kehabisan akal.

Karenanya memiliki eksekutor handal bisa menjadi keunggulan tersendiri bagi sebuah kesebelasan. Maka saran saya bagi Man United, mereka harus punya Beckham atau Ronaldo baru. Bagi Juve, mereka harus menemukan penerus Pirlo. Kalau untuk Chelsea? Hmm.. mungkin mereka harus memiliki 11 Willian.

foto: stokecityfc.com

Komentar