Kesabaran, Kunci Iran Bongkar Pertahanan Amerika Serikat

Piala Dunia

by Bayu Aji Sidiq Pramono

Bayu Aji Sidiq Pramono

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Kesabaran, Kunci Iran Bongkar Pertahanan Amerika Serikat

Akhir pertarungan Grup B ditentukan hingga pertandingan ketiga karena semua tim masih berpeluang lolos ke babak 16 besar, termasuk Iran dan Amerika Serikat. Kedua tim tersebut akan bertemu di At-Thumama Stadium hari Rabu (30/11) pukul 02.00 WIB. Laga ini akan dipimpin oleh wasit asal Spanyol, Antonio Mateu.

Saat ini Iran duduk di peringkat kedua berkat kemenangan dari Wales. Sementara Amerika Serikat membayangi di posisi ketiga yang baru mengemas dua poin dari dua hasil imbang. Jika Iran menang, mereka akan lolos tanpa harus menghiraukan hasil antara Inggris dan Wales. Sementara Amerika Serikat hanya akan lolos jika ia memenangkan pertandingan dan Inggris kalah dari Wales.

Carlos Queiroz dipastikan tidak akan diperkuat dua pemain andalannya. Alireza Beiranvand terpaksa absen karena masih dalam kondisi cedera dan Alireza Jahanbakhsh harus menjalani hukuman setelah menerima dua kartu kuning. Selain itu, Ahmad Noorollahi diragukan tampil akibat pada pertandingan sebelumnya terindikasi cedera dan digantikan oleh Roozbeh Cheshmi pada menit ke-78. Di pihak lawan, Gregg Berhalter bisa menurunkan siapapun.


Gambar 1 - Potensi Sebelas Pertama Iran dan Amerika Serikat

Pada pertandingan sebelumnya, Iran mencetak dua gol ke gawang Wales yang salah satunya berawal dari skema serangan balik cepat. Sardar Azmoun yang menjadi ujung tombak justru melebar ketika Iran mendapatkan serangan balik. Dengan mengandalkan kecepatan, Azmoun menjadi target utama serangan balik dari sisi lapangan mengincar bola daerah dari rekannya. Skema ini berbuah tiga tembakan dan satu gol kala bertemu Wales.

Berbeda dengan Iran, Amerika Serikat hanya menahan imbang Inggris karena berhasil menerapkan taktik high press yang menutup akses ke gelandang dan membuat jebakan untuk bek sayap.. Catatan tersebut dapat diadaptasi pada pertandingan ini dengan sedikit penyesuaian. Perlu diingat bahwa Iran lebih sering mengandalkan sisi sayap, bermain lebih direct dan tidak mengutamakan penguasaan bola. Oleh karena itu, jika Gregg masih membutuhkan high press perlu dipertimbangkan area mana yang menjadi fokus tekanan.

Berkaca pada penampilan, kualitas pemain, dan tren performa, Iran sedikit diunggulkan. Meski ada dua pemain andalan yang dipastikan absen, pemain penggantinya justru berhasil membalas kepercayaan dengan kontribusinya pada pertandingan sebelumnya. Salah satunya adalah Cheshmi yang masuk dari bangku cadangan justru mencetak gol dari sepakan jarak jauh. Selain itu, Iran lebih terbiasa dengan cuaca atau iklim di Qatar dibanding Amerika Serikat yang berasal dari benua yang berbeda. Walaupun demikian, masih ada kelemahan yang harus segera ditemukan solusinya agar memenangi pertandingan dan melaju ke babak 16 besar untuk pertama kalinya.

Struktur Pertahanan yang Terlalu Kaku

Dengan menggunakan formasi dasar 4-3-3 atau 4-1-4-1, Iran berusaha mengincar kemenangan di area sayap. Oleh karena itu, mereka selalu kalah dalam penguasaan bola karena gelandang yang Carlos pasang lebih sering melebar untuk menciptakan keunggulan jumlah pemain di area sayap. Pada situasi menguasai bola, kebijakan ini terbilang tepat sasaran dan cukup berjalan. Terutama ketika menghadapi Wales, 72 persen arah serangan berasal dari sisi sayap.

Ketika tidak menguasai bola, struktur pertahanan Iran terlalu kaku. Setiap pemain terlalu fokus pada posisi masing-masing dan belum menunjukkan koordinasi antar pemain untuk saling menutup celah. Kondisi ini akan menjadi masalah besar jika berhadapan dengan tim yang memiliki pemain dengan kemampuan penetrasi. Maka tidak heran jika gawang Iran terkoyak oleh enam gol Inggris. Mengingat The Three Lions memiliki banyak pemain dengan kemampuan menggiring bola di atas rata-rata sehingga menarik perhatian bek Iran dan memunculkan banyak celah yang dimanfaatkan pemain lain.

Kelemahan ini juga terlihat pada pertandingan sebelumnya. Beruntung Wales tidak memiliki banyak pemain seperti Sterling atau Bukayo Saka yang sering mengancam dengan penetrasi ke arah kotak penalti. Terlebih, lini serang Wales sangat tidak efektif.

Terlalu Sering Menembak dari Luar Kotak Penalti

Peluang memang bisa tercipta dari berbagai situasi. Gol juga tidak selalu hadir dari keberhasilan membongkar pertahanan lawan sehingga berhasil masuk ke dalam kotak penalti lawan. Tendangan dari luar kotak penalti juga tidak jarang menjadi penentu pertandingan.

Pada pertandingan sebelumnya Iran tercatat sebagai tim yang paling sering melepaskan tembakan dari luar kotak penalti. Dari 21 tembakan yang dilepaskan, ada 14 tembakan yang berasal dari luar kotak penalti. Sayangnya, hanya dua tembakan yang tepat sasaran termasuk gol pertama dari kaki Cheshmi.

Terlalu sering menembak dari luar kotak penalti juga bukan sebuah keputusan yang bijak. Lawan menjadi memahami kebiasaan para pemain dan menandakan bahwa Iran cenderung “menyerah” untuk membongkar pertahanan. Selain itu, tembakan dari luar kotak penalti memiliki nilai potensi atau peluang yang lebih rendah jika dibandingkan dengan tembakan dari dalam kotak penalti. Belum lagi masih ada pemain lawan yang bisa menghadang laju bola dan kiper yang siaga menepis atau menangkap bola. Tim Melli (julukan tim nasional Iran) harus lebih sabar dan berani untuk masuk ke dalam kotak penalti.

Komentar