Edgar Davids, Pitbull Belanda Kelahiran Suriname

Backpass

by redaksi

Edgar Davids, Pitbull Belanda Kelahiran Suriname

Beberapa tahun lalu ditemukan beberapa spesies baru di sebuah hutan tropis di sebuah kawasan di Amerika Selatan, tepatnya di sebuah negara bernama Suriname. Di bagian timur negara tersebut ditemukan 1.378 tanaman, semut, ikan, serangga, dan amfibi; Dan 60 di antaranya merupakan spesies baru yang kemungkinan besar hanya ada di sana.

Menurut para ilmuwan, spesies-spesies baru tersebut berperan penting dalam ekosistem. Namun dari sekian banyak spesies yang ditemukan di Suriname, ada satu spesies yang keberadaanya hanya ada satu di muka bumi; Pitbull, sebuah `spesies`? unik dan langka yang lahir di salah satu kota Suriname, Paramaribo, dan berperan penting dalam ekosistem sepakbola dunia.

Pitbull itu bernama asli Edgar Davids, seorang Belanda yang lahir di tanah Suriname. Ia mendapat julukan tersebut dari caranya bermain layaknya pitbull yang liar. Pemain tersebut terkenal dengan dandanan unik, rambut dreadlocks serta kacamata yang sering digunakannya saat bermain. Hal tersebut karena Davids menderita penyakit glaukoma, yang merupakan penyakit yang terjadi akibat tekanan cairan dalam bola mata terlalu tinggi sehingga berpengaruh pada saraf optik yang membawa sinyal penglihatan dari mata ke otak.

Dari segi permainan, Davids merupakan gelandang bertahan pekerja keras, yang mempunyai keunggulan dalam kecepatan, kekuatan dan stamina, serta pandai dalam membaca permainan serta tangguh dalam merebut bola dan juga mempunyai dribel yang baik. Dengan kompletnya atribut yang dimilikinya tak heran ia menjadi pemain yang langka.

Davids mengawali kariernya di Ajax Amsterdam semenjak umurnya baru 12 tahun. Pemain bertinggi badan 170 sentimeter tersebut melakoni debut sebagai pesepakbola profesional ketika Ajax berhadapan dengan RKC Waalwijk pada 6 September 1991. Pada pertandingan tersebut Ajax berhasil menang 5-1. Bersama tim yang bermarkas di Amsterdam Arena tersebut ia sukses meraih berbagai gelar bergengsi. Taka hanya tiga titel Eredivisie, namun juga gelar kompetisi bergengsi Eropa seperti Liga Champions, UEFA Cup, UEFA Super Cup serta Piala Interkontinental.

Lalu pada musim 1996/1997, Davids hijrah ke Italia untuk memperkuat AC Milan. Hanya semusim berseragam merah hitam ia memilih pindah ke Juventus, klub yang akhirnya membesarkan namanya. Bersama La Vecchia Signora ia sukses meraih tiga gelar Serie A serta piala Super Coppa. Sempat dipinjamkan ke Barcelona pada Januari 2004, yang waktu itu masih dilatih Frank Rijkard, ia kembali ke Italia namun menuju klub rival dari Juventus, yakni Inter Milan dan sempat meraih Coppa Italia bersama Nerrazzuri pada musim yang sama.

Setelah puas bermain di Italia ia mencoba peruntungan untuk bermain di Liga Primer, tepatnya di Tottenham Hotspur. Dengan status bebas transfer ia memperkuat tim asal London utara tersebut selama dua musim. Ia berhasil membawa Spurs berada di urutan kelima di dua musim berturut-turut.

Lalu pada musim 2006/2007 ia kembali ke Ajax dan sempat mencicipi gelar juara KNVB Cup untuk kedua kalinya bersama tim asal Amsterdam tersebut setelah pernah meraihnya pada musim 1992/1993. Gelar Piala Belanda tersebut diraih setelah mengalahkan AZ Alkmar di final lewat adu penalti. Tak lama setelah itu ia mendapat penawaran dari Leicester City, namun keduanya tak mencapai kesepakatan dan The Foxes membatalkan penawarannya tersebut.

Di penghujung kariernya, Davids kembali ke tanah Inggris untuk memperkuat Crystal Palace yang bermain di Divisi Championship. Lalu ia mengakhiri kariernya di sebuah klub kecil di Inggris bernama Barnet FC. Di Barnet ia sempat menyambi sebagai pelatih. Namun kemampuannya melatih tak terlalu menonjol. Karenanya sampai saat ini, ia lebih dikenal sebagai pitbull lapangan hijau karena kariernya yang cukup mentereng sebagai pemain.


Simak opini dan komentar Rochy Putiray terkait para pesepakbola Indonesia yang berkarier di luar negeri pada video di bawah ini:



Komentar