Del Piero Sang Italiano, Kurniawan Memang Asisten Pelatih Como!

Nasional

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Del Piero Sang Italiano, Kurniawan Memang Asisten Pelatih Como!

Dari tembang P Project berjudul `Lagunya Lagu Bola` saat ramai-ramai World Cup 1998 adalah pertama kali saya mendengar nama Kurniawan Dwi Yulianto. Dalam lagu tersebut disebutkan nama mantan penyerang Tim Nasional Indonesia tersebut.

"Del Piero sang Italiano. Kurniawan memang Julianto"

Kemudian untuk pertama kalinya saya melihat penampilan Kurniawan ketika Indonesia melawan salah satu kesebelasan negara Asia pada tahun berikutnya. Agak sedikit lupa saat itu Indonesia melawan negara apa. Namun yang masih sangat diingat adalah bagaimana Kurniawan yang waktu itu berambut tipis namun berwarna agak kuning.

Saat itu, Kurniawan selalu lincah ketika mendapatkan bola. Ia menggiringnya dengan baik ketika bermain melebar maupun masuk ke dalam kotak penalti. Sayangnya, tidak ada gol yang diciptakan oleh Kurniawan dan Indonesia jika tidak salah, kalah dengan skor 2-1.

Memori pertama kali mengenal Kurniawan itu sudah cukup jauh dalam segi waktu sampai sekarang. Kurniawan kini melangkah semakin jauh lagi dengan menjadi Asisten Pelatih Como 1907, kesebelasan asal Italia yang sekarang berkiprah di Serie-B 2021/2022.

Dulu mengenal Como karena Fabio Pecchia, Nicola Amoruso dan lainnya. Kini, Kurniawan berada di sana dengan mengatasi skuat yang berbeda. Situasi yang tentunya juga berbeda ketika ia pernah berada di negara asal Pizza ini.

Ya, Kurniawan pernah menjadi bagian dari Sampdoria Primavera pada 1994. Di mana saat itu menjadi hal yang sangat luar biasa karena pada 1990-an, Italia merupakan kiblat sepakbola dunia. Tentunya, dua tahun di sana menjadi modal awal bagi Kurniawan.

Memang tidak semua ilmu sepakbola di Sampdoria menjadi modal baginya, setidaknya pria yang akrab "Si Kurus" ini sudah sedikit tahu bagaimana kondisi di Italia terutama dari segi bahasa. "Dari segi bahasa mungkin bisa sedikit sedikit membantu yang pernah saya lakukan dua tahun di primavera dulu," ujar Kurniawan ketika dihubungi melalui saluran telepon.

Nostalgia bersama Sampdoria menjadi pembuka nostalgia antara Kurniawan, Italia dan ingatan akan masa kecil saya. Kemudian barulah membahas soal Como yang baginya adalah kesempatan besar untuk menimba ilmu dari Italia.

Kegagalan Sabah FC Bukan Suatu Keminderan

Karir kepelatihan Kurniawan bisa dibilang tidak terlalu mulus. Setelah menjadi Asisten Pelatih Indonesia selama satu tahun sejak 2018, peruntungannya langsung melatih klub tidak terbilang sukses.

Kurniawan langsung memberanikan diri melatih kesebelasan di luar Indonesia. Sabah FC menjadi pilihan klub sepakbola pertama dalam karirnya pada 2020. Hanya saja karir kepelatihan Kurniawan di sepakbola Malaysia itu harus berujung dengan pemecatan karena rentetan hasil yang buruk.

Selepas dari pemecatan, beberapa media sempat menggemborkan bahwa Kurniawan diminati beberapa klub Indonesia, salah satunya Persela Lamongan. Namun Kurniawan justru tidak pulang untuk membela kesebelasan asal kampung halaman. Ia justru memilih berpetualang ke Como.

Tanpa ada rasa kurang percaya diri, Kurniawan menjawab keraguan itu dengan mantap, "Nggaklah. Untuk apa minder? Karena ini kan kesempatan bagi saya. Malahan terima kasih karena dikasih kesempatan buat belajar jadi asisten pelatih di sana," tegas pria yang mengakhiri karir pemain profesionalnya di Persipon Pontianak ini.

Tentunya Kurniawan tahu akan risiko bekerja di Eropa dengan negara yang penuh dengan prestasi sepakbola. Apalagi Italia baru saja menjuarai Piala Eropa 2020 yang tentu saja sepakbola di sana kembali menjadi sorotan. Meskipun Como adalah kesebelasan Serie-B, tidaklah main-main bagi pendukung sepakbola di sana karena tinggal selangkah lagi menuju divisi sepakbola teratas di Serie-A.

Pekerjaan rumah Kurniawan ini tentu saja bisa dibilang cukup berat. Apalagi dengan pengalaman melatih yang sebetulnya tidak terlalu istimewa namun harus bisa berkembang di negeri Pizza. Kurniawan pun sadar betul sehingga mental adalah kunci pertama persiapan untuknya berkelana di sana. "Persiapan ya mungkin mental," singkatnya. "Menjadi tantangan tersendirilah. Dan ini mudah-mudahan bisa berjalan baik dan lancar," tuturnya.

Atas minimnya pengalaman dan catatan sebagai pelatih belum terlalu mentereng itulah yang menjadi sebagian pertanyaan publik. Anggapan-anggapan bahwa Kurniawan bisa menjadi Asisten Pelatih Como hanya bermodal "relasi".

Sebuah Kesempatan dari Orang Dalam

Seperti yang diketahui bahwa Como merupakan klub sepakbola yang diakuisisi perusahaan milik Indonesia pada 2019 silam. Ya, Como sendiri sempat mengalami kesulitan keuangan lagi pada 2017 sebelum diakuisisi oleh Djarum Group itu. Dengan adanya keberadaan Djarum Group ini, Kurniawan bisa bersandingan dengan Giacomo Gattuso di bangku cadangan Como dalam mengarungi Serie-B nanti.

Soal relasi ini mungkin menjadi dugaan atau anggapan-anggapan sepele publik Indonesia. Namun Kurniawan enggan mengambil pusing hal itu. Baginya, ini adalah suatu kesempatan yang sulit dilewatkan. Hal-hal yang sulit didapatkan oleh pelatih asal Indonesia lainnya.

"Mungkin karena jika tidak ada Pak Mirwan Suwarso, Mola dan Djarum, kesempatan itu tidak ada. Tapi terlepas dari itu, saya berterimakasih karena ada kesempatan untuk belajar. Makanya saya bilang tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini karena kadang-kadang wajarlah (anggapan privilege). Toh saya sebagai asisten pelatih, banyak hal yang bisa dipelajari nantinya," beber Kurniawan.

Pelajaran itulah yang diharapkan pria kelahiran Magelang ini agar bisa menjadi manfaat bagi sepakbola Indonesia. Kurniawan sangat yakin meski situasi sepakbola Italia sekarang berbeda dengan puluhan tahun silam saat memperkuat Sampdoria Primavera.

Ia mengaku belum tahu seperti apa situasi sekarang di Como, seperti metode kepelatihan dan sistem profesional klubnya tersebut. Keinginan tahu Kurniawan sangatlah besar termasuk bagaimana klub itu menjalankan pra season maupun on season. Hal-hal inilah yang dipikirkan Kurniawan bisa menjadi sebuah dasar pelajaran untuk sepakbola Indonesia nantinya.

"Sebenarnya referensi (sepakbola) itu banyak. Jadi, makin banyak, tentu akan bermanfaat juga buat saya dan tim yang akan dilatih nanti. Karena biar bagaimanapun, Italia tetap menjadi kiblat sepakbolanya juga," ujar pria berusia 46 tahun ini.

Itulah yang ada di dalam benak Kurniawan saat mendapatkan tawaran menjadi Asisten Pelatih Como. Bukan tidak mungkin juga Kurniawan mendapatkan kesempatan untuk mengambil lisensi kepelatihan UEFA Pro. Diharapkan juga bahwa karir Kurniawan semakin menanjak dan tidak "pulang" dulu ke kampung halaman sebelum semakin berkembang.

Apalagi di kala pemain-pemain Indonesia sedang berlomba-lomba berpetualang meninggalkan kampung halaman. Tentunya di karir kepelatihan pun harus mendapatkan ruang untuk semakin berkembang. Terutama untuk Kurniawan yang mencari ilmu baru. Tidak tanggung-tanggung, Italia langsung siap dihadapinya tanpa keraguan.

Lirik P Project yang menyebutkan setelah Del Piero sang Italiano kemudian Kurniawan memang Julianto, kini semakin nyata adanya. Si Kurus yang sudah tidak terlalu kurus ini akan berada di Italia, salah satu negara juara sepakbola. Jika diperbolehkan, lirik lagu Project P itu diubah menjadi “Del Piero, sang Italiano, Kurniawan memang Asisten Pelatih Como” Selamat berjuang Kurniawan!

Untuk mengenang euforia Piala Dunia 1998, di mana nama Kurniawan berada di sana, mari kita dengarkan:


Komentar