Piala Eropa 2020, Panggung bagi Kalvin Phillips

Cerita

by Redaksi 7

Redaksi 7

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Piala Eropa 2020, Panggung bagi Kalvin Phillips

Setahun lalu, Kalvin Phillips masih seorang gelandang yang relatif tak dikenal. Ia merupakan pendatang baru Premier League, promosi setelah enam tahun kiprah di Championship bersama Leeds United, kekuatan tradisional Inggris yang 16 tahun menghilang dari divisi teratas. Kini, ia menjadi bagian integral dari keberhasilan The Three Lions menembus final Piala Eropa perdana.

Karier Phillips seolah menanjak dengan sangat cepat. Pemain 25 tahun ini baru punya semusim pengalaman di divisi tertinggi. Setelah tampil brilian di tengah musim impresif The Whites, tak mengejutkan jika Southgate mengikutsertakannya ke dalam skuad Piala Eropa.

Southgate telah sejak lama tertarik dengan kemampuan Phillips. Pada awal 2020/21, eks pelatih Middlesbrough itu berupaya mengamankan jasa sang pemain, segera memberi debut internasional untuk menghindarkannya dari upaya naturalisasi Timnas Jamaika. Phillips memang memiliki darah Jamaika dari pihak ayah dan The Reggae Boyz dilaporkan hendak menggaetnya pada 2020 silam.

Seminggu sebelum debut Premier League, ia dipanggil Gareth Southgate untuk bertanding di UEFA Nations League. Phillips menjadi pemain Leeds pertama yang dipanggil Timnas Inggris sejak terakhir kali Alan Smith pada 2004. Ia mendapatkan delapan caps sebelum melakoni debut Piala Eropa.

Di Piala Eropa 2020, Phillips menjadi pemain inti The Three Lions. Southgate lebih memilihnya dibanding gelandang veteran, Jordan Henderson yang baru pulih pada akhir musim. Gelandang Leeds ini nyaris selalu bermain penuh untuk Inggris. Ia hanya sekali diganti dalam laga kontra Ukraina. Itu pun karena Inggris sudah unggul 4-0 dan ingin menyimpan tenaga demi semifinal.

Kiprah mengejutkan Phillips di Piala Eropa bukan hanya karena statusnya sebagai pendatang baru yang dilibatkan secara signifikan. Southgate juga memainkannya dengan peran berbeda dibanding ketika memperkuat Leeds United. Di level klub, Marcelo Bielsa cenderung memainkannya sebagai regista, tetapi Southgate menggunakan Phillips lebih sebagai gelandang box-to-box dengan daya jelajah tinggi.

Phillips sendiri berhasil mengemban peran “baru” sesuai ekspektasi. Di level klub, ia cenderung beroperasi di belakang lini tengah dan memanfaatkan jangkauan umpannya yang luas. Kecakapan menjalankan peran tersebut membuatnya dijuluki “Pirlo dari Yorkshire” oleh suporter Leeds.

Bersama Timnas Inggris, gaya mainnya sama sekali tak mirip Pirlo. Daripada mengirim operan jitu dari posisi dalam, Phillips cenderung lebih aktif bergerak ke depan untuk mendistribusikan bola ke lini serang. Ia beroperasi di area lebih tinggi dan tak ragu naik dari posisinya untuk berduel.

Apabila meninjau heatmap sang pemain, Phillips terlihat lebih aktif di sepertiga akhir bersama Timnas Inggris. Sedangkan di Leeds, ia cenderung menempatkan diri di belakang garis tengah dan hanya naik bila timnya dalam posisi menyerang.

Peran tersebut sebetulnya tidaklah baru bagi Phillips. Sebelum kedatangan Bielsa, ia telah bermain sebagai gelandang tengah dengan mobilitas tinggi dan berorientasi menyerang. Pada 2017/18, keterlibatan secara aktif di area depan membuatnya bisa mengemas tujuh gol serta tiga asis di Championship. Semusim berikutnya, ia hanya mencetak satu gol, sebuah sundulan memanfaatkan situasi korner.

Bielsa membimbing Phillips menjajaki peran baru. Pelatih asal Argentina itu melatihnya di posisi gelandang bertahan dan bek tengah. Bielsa menginginkannya untuk mengover lini belakang sekaligus memainkan operan dari bawah.

“Tidak pernah terlintas di pikiran saya bahwa saya akan bermain di situ [posisi gelandang bertahan]. Dia [Bielsa] berkata kepada saya bahwa dia ingin saya jadi gelandang bertahan dan saya harus lebih baik secara defensif dan dalam mengatasi bola udara. Saya langsung saja melatih aspek-aspek tersebut. Sebelum itu, saya mungkin berpikir bahwa saya merupakan seorang box-to-box,” kata Phillips kepada The Athletic pada musim lalu.

Marcelo Bielsa memang dikenal suka melatih pemainnya mencoba posisi-posisi baru. Ia berupaya mengembangkan versatilitas yang penting bagi skema permainannya. Phillips mampu menjawab tantangan pelatih dan menjadi poin penting dalam keberhasilan Leeds promosi ke Premier League.

“Dia [Phillips] adalah pemain yang versatile [serba bisa], dan itu adalah kemampuan yang penting di sepakbola modern. Jika saya mesti melakukan proses yang sama [kepada Phillips], tetapi terbalik: alih-alih dari pemain ofensif menjadi defensif, tetapi dari pemain bertahan ke menyerang, dia akan bisa memainkan beberapa posisi ini dengan hasil yang baik,” kata Bielsa tentang pemainnya tersebut.

Prediksi Bielsa nyatanya tepat. Gareth Southgate mengembalikan Phillips ke perannya di Leeds pra-Bielsa dan sang pemain mengeksekusinya dengan baik. Jebolan akademi Leeds ini sama sekali tak lupa bagaimana melakukan penetrasi ke area lawan dan memosisikan diri di belakang lini serang.

Di partai pertama lawan Kroasia, kontribusi menyerang Phillips signifikan. Ia menyumbang asis bagi gol semata wayang yang dicetak Raheem Sterling. Menerima bola di half-space kanan, Phillips mengelakkan tekel dua pemain Kroasia dan bergerak menuju kotak penalti. Ia mengirim umpan terobosan yang disambut Sterling dan dieksekusi di depan area kiper.

Di Piala Eropa 2020, Inggris sekadar mengembalikan Phillips ke posisi lama dan meraup keuntungan darinya. Dengan resiliensi dan ketangkasan yang ditempa di klub, Phillips mampu menjalankan peran lamanya di level lebih tinggi dan dalam pertaruhan lebih besar.

Inggris akan melakoni partai final Piala Eropa dan Kalvin Phillips berpeluang kembali dilibatkan. Entah pulang dengan medali juara atau tidak, sang pemain patut bangga dengan penampilannya di panggung internasional.

Komentar