Ketika Rashford Jadi Solusi Pemberantasan Kelaparan di Inggris

Cerita

by Ardy Nurhadi Shufi

Ardy Nurhadi Shufi

Juru Taktik Amatir
ardynshufi@gmail.com

Ketika Rashford Jadi Solusi Pemberantasan Kelaparan di Inggris

Sebelum pandemi Covid-19 merebak, Marcus Rashford merupakan idola bagi para pendukung Manchester United dan sebagian fans Tim Nasional Inggris. Sekarang saat virus corona masih menghantui dan hingga nanti setelah kita semua melalui wabah ini, dapat dipastikan bahwa Rashford akan menjadi pahlawan bagi banyak orang, khususnya di seantero Inggris.

Selama virus corona meneror seluruh dunia, para pesepakbola profesional tak bisa menunjukkan tajinya di lapangan. Sebagian pemain akhirnya mengisi waktu kosongnya itu dengan menonton Netflix, menyapa para penggemar lewat akun media sosialnya, menikmati waktu bersama keluarga dan kekasih, serta kegiatan lain yang hanya bisa dilakukan di rumah. Tapi tak hanya itu, sebagian dari mereka juga menyisihkan pendapatannya untuk berdonasi pada rumah sakit, menyumbang alat medis yang dibutuhkan, hingga menolong para tenaga medis dengan berbagai cara.

Tapi yang dilakukan Rashford lain. Ia mengerahkan segenap kemampuannya untuk membantu anak-anak yang kelaparan.

Per 20 Maret, Rashford membantu FareShare, badan amal yang fokus mengentaskan kelaparan di Inggris. Lewat akun media sosialnya, ia meminta semua orang untuk turut serta membantu anak-anak Inggris yang kelaparan akibat lockdown. Menurutnya, banyak anak yang terdampak karena biasanya anak-anak tersebut mendapatkan makanan gratis di sekolah dan komunitas-komunitas anak lainnya. Ia mengatakan, dengan berdonasi sebesar 5 paun, akan ada 20 anak yang mendapatkan makanan.

Setelah itu secara konsisten Rashford mengampanyekan tentang penggalangan dana yang dilakukan olehnya bersama FareShare. Pengaruh pemain berusia 22 tahun itu ternyata amat besar. Orang-orang berduyun-duyun untuk berdonasi, di mana yang awalnya makanan gratis itu disebar untuk anak-anak di Greater Manchester, kini makanan gratis ini bisa menyentuh seluruh Inggris.

"Teman-teman, target kami bersama FareShare tercapai dan sampai akhir Juni nanti kami bisa memberi makan 3 juta orang di seluruh Inggris. Hari ini kami sudah mencapai target finansial yang dibutuhkan. Terima kasih atas semua dukungan yang telah kalian berikan," tulis Rashford pada akun Twitternya, @MarcusRashford.

Meski sudah melebihi target, upaya Rashford untuk memberantas kelaparan di Inggris tak berhenti. Dia memastikan akan terus mengampanyekan hal ini sampai semua anak-anak di Inggris tak khawatir lagi mereka akan mendapatkan makan atau tidak esok hari.

Teranyar pada 15 Juni, dia membuat surat terbuka yang ditujukan pada pemerintah Inggris untuk terus melanjutkan program pemberian kupon makanan gratis bagi 1,3 juta anak yang dihentikan saat memasuki liburan musim panas. Ia pun menaikkan tagar #maketheUturn agar suaranya ini bisa didengar oleh Pemerintah Inggris, tagar tersebut lantas menjadi trending di Inggris.

"Ketika Anda menyalakan pemanas air untuk membuat secangkir teh atau kopi, pikirkan para orang tua yang terbebani oleh tagihan listrik untuk memenuhi kebutuhan mereka setelah kehilangan pekerjaan akibat pandemi ini. #maketheuturn"

Strategi tersebut berhasil. Pada 16 Juni, pemerintah Inggris mengumumkan akan menggelontorkan dana sebesar 120 juta paun untuk makanan gratis berbentuk voucher yang nantinya akan dibagikan pada anak-anak usia sekolah selama musim panas.

***

Rashford melakukan kampanye pemberantasan kelaparan pada anak ini tak lepas dari apa yang dialaminya saat kecil. Melalui surat terbuka, ia bercerita bahwa jika pandemi ini terjadi 10 tahun yang lalu, maka ia juga akan merasakan kelaparan karena harus menjalani karantina mandiri, tak ke sekolah, dan tak ada sumbangan makanan gratis.

Rashford merasakan betul apa yang dirasakan oleh kebanyakan anak-anak di Inggris yang hidup dalam keterbatasan. Dulu sang ibu, Melanie, bekerja seharian dengan gaji minimal. Ibunya orang tua tunggal. Beserta empat saudaranya, keluarga Rashford sangat bergantung pada makanan gratis, karena pendapatan sang ibu memang tak cukup untuk membeli makan dengan pengeluaran harian lainnya.

Bahkan saking kesulitannya kehidupan keluarga Rashford, Melanie sampai `memaksa` akademi Manchester United untuk menerima Rashford sebagai salah satu anak didik pada usia 11 tahun, padahal waktu itu, syarat minimal adalah berusia 12 tahun. Dengan bergabung di akademi Man United, artinya Rashford akan tinggal di asrama dan meninggalkan keluarganya. Meski keputusan berat, bagi sang ibu, hal itu baik untuk tumbuh kembang Rashford yang memang ingin berkarier di sepakbola.

"Sebagai keluarga, kami bergantung pada klub-klub sarapan, makanan gratis di sekolah, dan kebaikan dari tetangga. Sekarang aku benar-benar menyadari betapa besarnya pengorbanan ibuku yang mengirimku ke akademi di usia 11 tahun, sebuah keputusan yang rasanya tidak akan dilakukan oleh ibu manapun."

"Aku tahu rasanya kelaparan. Aku masih ingat masa-masa di mana teman-temankuku akan mengundangku ke rumahnya dan bilang pada orang tua mereka hal itu dilakukannya untuk memastikan aku bisa makan malam hari itu."

Untuk membayangkan betapa sulitnya kehidupan keluarga Rashford saat itu, pemain kelahiran 31 Oktober 1997 ini bercerita tentang pengelolaan belanja keluarganya dengan pendapatan sang ibu yang minim. Ia membayangkan apa yang dialaminya saat itu terjadi juga pada banyak keluarga di Inggris dengan situasi pandemi seperti sekarang.

"Ibuku melakukan hal terbaik yang bisa dilakukannya. Kami dulu pergi ke toko bernama Pound World dan segala yang dijual di sana harganya di bawah satu paun. Untuk sepekan, kami akan membeli tujuh yoghurt dan Anda bisa minum satu yoghurt sehari."

"Ada beberapa keluarga di luar sana, seperti keluargaku dulu, yang punya empat atau lima anak, yang tentu mustahil mereka menghadapi situasi ini. Semua terjadi saat anak-anak harus berkonsentrasi pada tugas sekolah dan hal-hal semacamnya. Sangat gila ketika berpikir hal seperti ini masih terjadi pada 2020."

Sekarang, Rashford merasa apa yang dilakukannya saat ini lebih penting dari sepakbola, kariernya yang sedang dijalaninya. Saat ini, kemenangan baginya bukan sekedar kemenangan di atas lapangan lewat unggul jumlah gol, kemenangan baginya adalah saat mampu melawan kelaparan pada anak.

"Hari ini, aku fokus pada trofi yang nilainya lebih dari sepakbola. Dalam hal ini, trofi itu adalah dengan memenangi pertarungan melawan pemberantasan kelaparan pada anak-anak."

Komentar