Transfer Gagal Rampung Meski Rumor Beredar Kencang, Mengapa Bisa?

Cerita

by

Pandit Football Indonesia mengkhususkan pada analisis pertandingan sepakbola, statistik dan liga, juga sejarah perkembangan sepakbola dan evolusi taktiknya

Transfer Gagal Rampung Meski Rumor Beredar Kencang, Mengapa Bisa?

Transfer pemain bukanlah proses sederhana, lika-liku kerap terjadi pada aktivitas yang melibatkan banyak pihak ini. Klub, pemain, agen, hingga keluarga pemain kerap terlibat. Mereka bisa tidak sependapat dan ketika hal itu terjadi, proses transfer tidak akan lancar.

Bursa transfer tak akan luput dari pemberitaan media. Tak hanya memberitakan transfer yang sudah rampung, media bahkan kerap memberitakan rumor transfer yang mengaitkan pemain dan klub tertentu. Sumber yang didapat beragam, mulai dari staf perekrutan, agen pemain, atau perangkat klub lainnya. Robert Beasley bahkan memiliki akses langsung ke Jose Mourinho dan kerap berbicara langsung secara personal dengan pelatih asal Portugal itu. Mereka memang memiliki kedekatan yang cukup kuat.

Terkadang media juga kerap menyimpulkan rumor transfer melalui berbagai tanda. Misalnya seperti pemandu bakat sebuah klub tertangkap kamera sedang menonton klub pemain incarannya, pemain mulai mengikuti akun sosial media klub yang dirumorkan, hingga pemain tidak segan untuk menandatangani jersey selain klub yang ia bela.



Tapi rumor tetaplah menjadi spekulasi media. Meski kencang diberitakan, seorang pemain masih memiliki kemungkinan untuk tidak jadi berlabuh dengan klub yang dikaitkan. Faktornya beragam. Harga yang tidak mencapai kesepakatan, nilai kontrak yang diberikan tidak sesuai, agen yang mata duitan, dan lainnya.

Contoh terbaru adalah transfer Erling Haaland. Pemain berusia 19 tahun itu santer diberitakan akan berlabuh di Manchester United. Pertengahan Desember lalu, Manchester Evening News mengabarkan bahwa kepala perekrutan global Manchester United, Marcel Bout terlihat menonton langsung pertandingan antara Red Bull Salzburg melawan Liverpool di Austria. Tiga hari berselang, giliran Ole Gunnar Solskjaer yang bergerak, ia bahkan langsung mendatangi kamp latihan Salzburg serta menemui bapak Erling, Alf Inge Haaland.

Manchester United harus bersaing dengan beberapa klub lain seperti Juventus, Borussia Dortmund, dan Red Bull Leipzig. Performa impresif Haaland yang sukses mencetak 28 gol dari 22 pertandingan di musim ini membuat ia menjadi komoditas yang sangat menjanjikan. Manchester United semula menjadi kandidat kuat yang akan mengamankan tanda tangan pemain asal Norwegia itu. Juventus dikabarkan tidak dapat memberi tempat utama, sementara nama Leipzig dan Dortmund tidak sebesar Manchester United. Haaland juga pernah dilatih oleh Solskjaer ketika masih di tim Norwegia, Molde, dan Haaland memang mengagumi sosok Solskjaer.

Seperti film layar lebar, plot twist juga kerap terjadi di dunia transfer pemain sepakbola. Termasuk transfer Haaland. Ia akhirnya berlabuh ke Dortmund senilai 22,4 juta euro. Manchester United dikabarkan enggan menyetujui klausul pembelian dan persentase dari pembelian di masa depan. Permintaan agen Haaland, Mino Raiola dan Alf Haaland mengenai persentase dari pembelian di masa depan tidak disanggupi Manchester United. Klausul itu membuat sebagian besar dari hasil penjualan Haaland di masa depan akan masuk ke kantong Haaland dan Raiola.

Contoh lainnya adalah Willian yang pindah dari Anzhi Makhachkala ke Chelsea pada 2013 lalu. Kala itu, rumor kencang beredar bahwa Willian akan memperkuat Liverpool dan Tottenham, namun cerita berubah pada menit-menit akhir proses transfer.

Tottenham hanya tinggal selangkah lagi meresmikan Willian sebagai pemain barunya setelah harga 30 juta paun disepakati dan Willian sudah menyelesaikan tes medis di London utara. Chelsea membajak pembelian Willian dan menebus pemain asal Brasil itu dengan harga 32 juta paun.

Roman Abramovich dikabarkan mengambil peran pada transfer itu. Ia dikabarkan menelepon juragan minyak asal Russia lainnya, Suleyman Kerimov, yang tak lain adalah pemilik Anzhi. Selain itu, Willian sendiri membeberkan detil transfer itu pada tahun 2018 silam.

"Saya ingin ke Chelsea, tapi Chelsea tidak ingin, lalu kami ke Tottenham. Tidak ada pilihan lain. Lalu kami pergi naik van, ke pusat latihan. Kia, agen saya, sudah menunggu disana. Anehnya, dia ada di depan pintu. Saya keluar dari van, dia bilang `kita punya masalah, Chelsea memberi penawaran`. Saya jawab `selesaikan, saya akan kembali ke van, dan saya akan bergabung dengan Chelsea`. Saya akhirnya bergabung dengan Chelsea," ujar Willian.

Contoh lebih unik lainnya adalah gagalnya transfer David de Gea ke Real Madrid pada 2015 lalu. Kesepakatan telah tercapai namun Real Madrid terlambat untuk melengkapi dokumen yang dibutuhkan ke pihak La Liga untuk meresmikan De Gea sebagai pemain baru mereka. Jurnalis Sky Sport, Guiller Balague merasa harga dan Keylor Navas berperan terhadap gagalnya transfer De Gea.

"Madrid memutuskan untuk meninggalkan itu hingga menit terakhir. Kenapa? Salah satunya karena mereka merasa harganya bisa diturunkan. Manchester United menyatakan kesepakatannya 40 juta euro ditambah Keylor Navas. Sepanjang musim panas, Madrid mengatakan mereka tidak mau mengeluarkan 40 juta euro. Mereka membeberkan bahwa kesepakatannya adalah 35 juta euro, dikurangi 15 juta untuk harga Navas. Navas juga tampil bagus ketika pra-musim. Survey juga mengatakan 80% fans tidak menginginkan De Gea," ujar Ballague.

Transfer pemain memang kompleks. Negosiasi yang melibatkan klub, pemain, dan agen sudah bukan ranah sepakbola lagi. Bisnis, aspek legal, dan proses administrasi berperan besar pada proses itu. Oleh karena itu, seperti apapun rumor yang bisa dikonsumsi publik, keputusan akhir tetap berada di balik layar.

Komentar