Erling Haland in Wonderland

PanditSharing

by Pandit Sharing

Pandit Sharing

Ingin menulis di PanditFootball.com? Kirimkan ke sharingpandit@gmail.com

1. Lengkapi dengan biodata singkat dan akun Twitter di bawah tulisan
2. Minimal 900 kata, ditulis pada file Ms. Word
3. Tulisan belum pernah dipublikasikan di media apapun (blog, website, forum, dll)
4. Tambahkan alamat lengkap dan nomor HP (tidak dipublikasikan)

Erling Haland in Wonderland

Oleh: Stefanus Apridita

Berdasarkan The World Happines Report 2019, Norwegia merupakan Negara ketiga paling bahagia di dunia. Negara Skandinavia ini berada di bawah dua Negara Skandinavia lainnya, Denmark dan Finlandia. Kepedulian, kebebasan, kebaikan, keramahan, kejujuran, kesehatan, pendapatan dan tata pemerintahan yang baik adalah beberapa indikator yang menjadi factor penilaian laporan tersebut.

Sekarang, sumber kebahagiaan di Norwegia nampaknya segera bertambah. Pemuda kelahiran Leeds, Inggris, Erling Braut Håland, menjadi alasan baru Norwegia bersorak. Pesepakbola 19 tahun ini mulai mencuri perhatian jagad kulit bundar setelah mencetak 9 gol dalam satu pertandingan. Timnas U-20 Norwegia menghabisi timnas muda Honduras 12 gol tanpa balas pada babak penyisihan Piala Dunia U-20 akhir Mei lalu. Meski gagal membawa Norwegia melaju ke babak selanjutnya, nama Erling Braut Håland telah menjadi sensasi.

Penerus Dinasti Håland

Erling Braut Håland merupakan anak kandung dari mantan pemain Leeds United, Manchester City dan timnas Norwegia, Alf Inge Håland. Mari menjemput ingatan sejenak kala Alf Inge Håland masih aktif bermain sepakbola.

Ia terlibat dalam aksi balas dendam Roy Keane yang akhirnya sedikit banyak berimbas pada karier Alf Inge sebagai pesepakbola. Saat berseragam Leeds United di tahun 1997, Alf Inge melancarkan tekel keras kepada Roy Keane. Alf Inge sempat membentak Roy Keane karena menganggap Keane berpura-pura saat terjatuh. Namun, akibat dari tekel tersebut ternyata cedera ACL bagi Roy Keane yang membuat mantan pemain Manchester United ini harus cedera panjang.

Keane sepertinya tidak bisa melupakan kecjadian itu begitu saja. Saat derby Manchester tahun 2001, Alf Inge telah pindah ke klub Manchester City. Keane melakukan tekel keras sebagai bentuk balas dendam kepada Alf Inge yang kala itu berseragam Manchester City. Tekel horor yang sedikit banyak memaksa Alf Inge pensiun lebih cepat di tahun 2003 di usia 31 tahun.

Kini, sang anak, Erling Braut Håland datang dengan talenta yang menjanjikan untuk datang ke tanah terjanji. Erling memulai karier sepakbola di usia 16 tahun kala berseragam Bryne meski hanya bermain untuk tim muda. Ia mampu mencetak 18 gol dari 14 pertandingan membuat ia berkesempatan bermain untuk tim utama dan diundang trial bersama tim Bundesliga, Hoffenheim. Meski gagal menembus skuat Hoffenheim, Erling menunjukan taringnya kala berseragam Molde pada 2017. Dimentori oleh Ole Gunnar Solskjaer yang kala itu melatih Molde, Erling mengasah naluri membunuhnya. Erling membuat 20 gol dalam 50 penampilan. 16 dari 20 gol Erling dicetak pada musim kompetisi 2018. “Ole punya peran penting dalam hidupku” puji Erling.

Erling memiliki tubuh menjulang dengan tinggi 194 cm membuatnya kokoh dan tak mampu dijatuhkan. Tubuh besarnya tak membuat ia lamban. Pål Fjelde, rekan Erling saat di Bryne mengatakan, “ Erling sungguh bertalenta, saat latihan, saya seorang pemain bertahan dan sering menghadapinya. Ia sering berada di blindside, melakukan pergerakan cerdas dan ketika ia punya kesempatan di kotak penalti, ia selalu memastikan dirinya akan mencetak gol. Erling selalu mengantisipasi kemana arah bola bergerak di dalam kotak penalti. Untuk pemain seusianya, ia sungguh matang.”

Ruben Gabrielsen juga tak mau ketinggalan mengirm pujian, “Saat pertama kali melihatnya, saya tak pernah berpikir dia akan sebagus ini. Namun ia berkembang begitu pesat, dia lebih kuat dari yang kita lihat, dan lebih cepat dari yang dibayangkan.” Talenta Erling sempat diendus Manchester United di tahun 2018 dan memata-matai Erling saat bertanding melawan Brann. Saat itu ia mencuri perhatian tim scout United dan kesebalasan Eropa lainnya dengan mencetak hat-trick hanya dalam waktu 21 menit.

Terlahir untuk Liga Champions?

Menurut Jan Fjortoft, sahabat Erling, Juventus hampir saja meminang Erling namun ia menolaknya. Erling lebih memilih pindah ke RB Salzburg, raksasa Austria dan juga yang mengorbitkan pemain muda macam Sadio Mane dan Naby Keita.

Kini dia menjadi sensasi saat berseragam Die Roten Bullen. Hat-trick nya ke gawang RK Genk di penyisihan group UCL menjadikannya pemain termuda setelah Wayne Rooney yang mencetak trigol di Liga Champions.

“Dia gila”, ujar rekan satu timnya, Max Wober. “Sehari sebelum melawan Genk, kapten kami berjalan bersama anaknya dan melihat sebuah mobil melewatinya. Mobil dengan kaca terbuka dan musik yang keras, musik yang tak asing. Champions League Anthem. Dan Kapten kami menemui Erling lah yang mengendarai mobil tersebut.” Erling memang mengaku sejak kecil ia menonton pertandingan Liga Champions, dan lagu Liga Champions menjadi favoritnya.

Ia melanjutkan kisah Cinderellanya ke negri kelahirannya, Inggris. RB Salzburg bertandang ke Anfield markas Liverpool dalam Matchday kedua UCL. Sempat diragukan tampil karena kondisi fisiknya, Erling masuk di menit ke 56 dan mencetak gol penyama kedudukan 4 menit setelahnya.

Meski RB Salzburg kalah dalam laga itu, gol ini dibutuhkan seorang pemuda untuk terus memupuk kepercayaan dirinya dan konsistensinya. Meski jalan di UCL masih panjang, dengan efek yang ia berikan di dua laga awal Liga Champions, apakah ia terlahir untuk Liga Champions?

Faktor Emosional Bisa Menentukan Langkah Erling Berikutnya

Erling begitu dicintai suporter Salszburg. Bagi mereka, Erling adalah pahlawan. Manajemen RB Salzburg tentu mawas diri. Selain cinta, mereka tak punya daya untuk mempertahankan Erling dari godaan tim papan atas Eropa.

Kini pilihan ada di diri Erling. Dia bisa mengikuti langkah idolanya, Cristiano Ronaldo dan Zlatan Ibrahimovic, keduanya sempat membela Manchester United. Klub asal Kota Manchester itu pun sedang dalam kondisi darurat untuk segera memiliki penyerang bernaluri membunuh. Maka mungkin melanjutkan karir ke Manchester United mungkin merupakan pilihan yang tepat untuk Erling.

Erling juga tidak perlu terburu-buru. Musim 2019/2020 masih panjang dan Erling masih memiliki banyak kesempatan untuk berkembang di RB Salzburg. Faktor emosional mungkin bisa menjadi faktor yang menentukan keputusan Erling berikutnya. Dan tentu saja tidak salah jika Erling mengikuti hal tersebut.

Namun yang terpenting bagi Erling saat ini adalah bagaimana ia mampu memaksimalkan setiap kesempatan yang ada untuk mengembangkan kemampuannya sebagai pemain sepakbola. Agar dimanapun nanti ia melanjutkan karirnya, Ia akan dapat menjadi penyerang kelas dunia yang mampu memberikan sorak-sorai bagi masyarakat Norwegia.

*Penulis senang bercanda di podcast Football Meter dan berkicau di instagram @football.meter. Juga aktif di media sosial dengan akun @stefapridita.

**Tulisan ini merupakan hasil kiriman penulis melalui kolom Pandit Sharing. Segala isi dan opini yang ada dalam tulisan ini merupakan tanggung jawab penulis.

Komentar