Timnas Indonesia Butuh Pemimpin di Lapangan

Cerita

by redaksi

Timnas Indonesia Butuh Pemimpin di Lapangan

Pemain senior sangat penting buat sebuah kesebelasan sepakbola, tak terkecuali Tim Nasional. Kehadiran pemain senior bisa menjadi pengayom rekan-rekannya yang lain atau penjaga semangat rekan satu tim. Pemain senior juga bisa mengarahkan para pemain muda yang belum punya banyak pengalaman bermain.

Boaz Solossa, salah satu pemain terbaik Indonesia, pernah bercerita pada Panditfootball, tentang pentingnya seorang pemain senior di tubuh timnas. Menurutnya, alasan utama timnas Indonesia gagal di Piala AFF 2018 adalah tak adanya pemain senior.

Link Live Streaming Gratis Kualifikasi Piala Dunia 2022 Indonesia vs Malaysia

"Kalau saya lihat materi pemain timnas di Piala AFF kemarin sudah bagus. Tapi memang, saya melihat ada satu hal yang tidak dimiliki skuat Indonesia di Piala AFF 2018 kemarin: pemain senior. Bermain di timnas itu butuh pemain senior yang bisa mengayomi, mengatur dan jadi panutan pemain lain. Saya lihat tidak ada kemarin."

"Pelatih hanya bicara di luar. Di pertandingan, saya rasa harus ada yang bisa jadi panutan, entah itu soal strategi, motivasi, maupun kemampuan. Kemarin diisi banyak pemain muda. Mereka tidak bisa main sendiri. Harus ada pemimpin. Harus ada leader, harus ada orang yang mengatur mereka di lapangan. Buktinya, ketika mereka sudah bagus, tapi waktu mereka kena tekanan, mulai hilang konsentrasi. Itu mungkin yang akhirnya timnas gagal lagi di Piala AFF," sambung Boaz.

Senioritas dalam sepakbola sendiri biasanya mengacu pada dua hal: umur pemain dan berapa lama pemain tersebut berada di sebuah kesebelasan. Tapi jika berbicara Tim Nasional, maka senioritas akan mengacu pada jumlah caps atau jumlah laga yang dimiliki oleh seorang pemain bersama timnas.

Boaz sebenarnya merupakan pemain yang paling senior di timnas Indonesia, dengan 48 caps-nya, di mana ia pun merupakan kapten timnas. Tapi Boaz tak lagi diandalkan timnas. Usianya yang sudah menginjak 33 tahun dianggap telah mereduksi kehebatannya. Pemain Persipura Jayapura ini sendiri mengatakan bahwa pemimpin timnas Indonesia bisa siapa saja, tidak harus dirinya.

Di skuat timnas Indonesia saat ini, pemain yang paling senior jika melihat caps bermain adalah Irfan Bachdim. Pemain berusia 31 tahun itu memiliki 36 caps. Senioritas pemain Bali United ini memang tak perlu diragukan lagi karena ia sudah membela timnas Indonesia sejak 2010.

Tapi Bachdim bukanlah tipikal pemain yang bisa menjadi leader. Di Bali United pun ia bukan kapten, bahkan mulai sering jadi pemain pengganti. Di timnas pun ia mulai keluar-masuk, menjadi salah satu pemain yang posisinya tidak aman di timnas.

Di bawah Bachdim, caps terbanyak diperoleh Evan Dimas dan Andik Vermansah yang telah berseragam timnas senior sebanyak 21 kali. Evan Dimas mungkin punya kepemimpinan yang mentereng jika berada di antara pemain seusianya (di bawah 25 tahun), tapi timnas senior diisi oleh banyak pemain yang lebih tua darinya. Andik pun sama seperti Bachdim, bukan tipikal pemimpin.

Karena itulah para pelatih Indonesia nyaris mengesampingkan nama-nama di atas untuk jadi pemimpin atau kapten di lapangan. Pemain yang kerap menjadi kapten timnas adalah Hansamu Yama dan Andritany Ardhyasa.

Di antara keduanya, Andritany jadi sosok yang paling tepat karena meski jumlah caps-nya lebih sedikit dari Hansamu (16 banding 18), kiper Persija ini sudah menjadi bagian dari skuat timnas senior sejak 2014. Jika cedera tak menerpanya beberapa tahun lalu mungkin jumlah caps-nya pun akan lebih dari Hansamu karena ia menjadi kiper andalan timnas Indonesia sejak Kurnia Meiga tak lagi berkarier.

Tak sedikit memang seorang kiper yang menjadi kapten. Tapi dengan posisinya sebagai penjaga gawang, praktis daya jangkau teriakannya untuk instruksi maupun memotivasi rekan-rekannya yang lain akan terbatas. Belum lagi pemahaman taktik seorang kiper yang terbilang minim dibanding pemimpin lain (tak banyak pelatih sukses yang berasal dari seorang kiper).

Tapi dari situlah, tampaknya, pelatih Timnas Indonesia, Simon McMenemy, memanggil pemain-pemain yang senior secara usia. Dimulai dari Yustinus Pae (36 tahun), Beto Goncalves (38 tahun), Ruben Sanadi (31 tahun), Osas Saha (32 tahun) dan Victor Igbonefo (32 tahun). Meski caps ketiganya di bawah 11 kali, tapi pengalaman karier mereka setidaknya bisa membantu rekan setimnya yang lain, khususnya pemain muda, dalam menjalani pertandingan.

Peran pemain senior juga akan penting pada laga seperti melawan Malaysia. Atmosfer pertandingan akan lebih meninggi setiap kali Indonesia bertemu dengan Malaysia. Jika para pemain senior gagal membimbing rekan-rekan setim, khususnya para pemain muda, bukan tak mungkin Indonesia akan menelan hasil negatif, meski bermain di kandang sekalipun.

Pertandingan Indonesia vs Malaysia sendiri akan menjadi laga perdana Indonesia pada babak kualifikasi Piala Dunia 2022. Oleh karenanya penting bagi Indonesia mengawali perjalanan menuju Piala Dunia dengan kemenangan. Pertandingan ini sendiri bisa disaksikan secara gratis di Mola TV.

Komentar