Kekuasaan Selalu Berbahaya

Cerita

by redaksi

Kekuasaan Selalu Berbahaya

Bjorn Ironside, seorang pemuda ksatria, pemimpin dan petualang, terkagum-kagum melihat sosok ayahnya yang merupakan seorang raja Vikings, Ragnar Lothbork. Saat melihat kerajaan sang ayah, Bjorn mendapatkan pertanyaan dari ayahnya, "Apa yang kamu lihat?". Bjorn lantas memuji sang ayah dengan perkataan, "Kekuasaan. Kekuasaan seorang raja."

Mendapatkan jawaban itu, Ragnar yang ingin anak tertuanya itu bisa menjadi penerusnya, lantas menimpali dengan bijaksana: "Kekuasaan selalu berbahaya; itu bisa mendatangkan hal terburuk dan merusak hal terbaik. Saya tidak pernah meminta kekuasaan. Kekuasaan hanya diberikan pada mereka yang siap merendahkan hati untuk menerimanya."

Adegan pada serial film Vikings tersebut memang benar-benar menunjukkan sosok Ragnar yang sangat mulia sebagai raja. Sejak awal, ia memang tidak menginginkan kekuasaan, terlebih awalnya ia hanya seorang petani. Tapi berkat kepeduliannya terhadap orang-orang di sekitarnya dan cita-citanya menciptakan dunia yang lebih baik, ia telah menjadi sosok legenda yang dihormati orang-orang di sekitarnya.

Seperti kata Ragnar, yang juga merupakan kutipan populer dari esais sekaligus penulis asal Amerika Serikat, Edward Abbey, kekuasaan selalu berbahaya. Sangat sedikit orang yang diberikan kekuasaan bisa amanah pada tanggung jawabnya. Apalagi di saat sekarang ini, tak sedikit pemimpin yang gila kekuasaan; meski ia gagal memimpin karena banyak tujuan yang tak tercapai, ia tetap merasa layak memimpin bahkan mencari kekuasaan lain yang bisa memenuhi arogansinya.

Di Inggris sana, hal itu ada dalam diri Glenn Tamplin. Tamplin berstatus pemilik sekaligus manajer klub divisi tujuh, Billericay Town. Uniknya, berkat kekuasaan yang ia miliki pula, ia sempat memecat dirinya sendiri, namun kembali lagi menjadi manajer tiga hari berselang.

***

Sebagai pemilik klub, Tamplin jelas bisa melakukan apa saja pada klubnya, Billericay Town. Sejak mengakuisisi Billericay pada Desember 2016 lalu, dengan kekuatan finansialnya, ia bebas saja menentukan target timnya. Bahkan tak tanggung-tanggung, ia menargetkan timnya bisa segera berlaga di divisi teratas Inggris; Liga Primer.

Setelah menjadi pemilik klub, ia lantas menunjuk dirinya sendiri sebagai manajer tim yang merangkap pelatih kepala. Ia merasa kemampuannya bisa dengan cepat menaikkan popularitas kesebelasan asal Essex tersebut. Ia ingin dalam lima tahun timnya bisa mencapai Football League (divisi 2-4) Inggris.

Piala FA, yang menjadi ajang klub-klub kecil untuk bisa menapaki tangga menuju Wembley dan berpotensi menghadapi kesebelasan Liga Primer, menjadi target utamanya. Ia cukup pede terlebih pada musim ini karena ia berhasil mendatangkan mantan pemain Liga Primer seperti Paul Konchesky, Jermaine Pennant, hingga Jamie O`Hara.

Paul Konchesky saat berseragam Liverpool (via: Daily Mail)

Bersama Konchesky, Pennant dan O`Hara, Billericay pun menjadi kesebelasan yang cukup ditakuti pada musim ini. Jika musim lalu mengakhiri posisi kedelapan, musim ini Billericay punya kans besar untuk promosi ke divisi enam. Apalagi setelah pada laga perdana musim ini, Billericay tak terkalahkan dalam 23 pertandingan.

Kemenangan demi kemenangan yang diraih Billericay pun mengantarkan Billericay ke babak 4 Piala FA. Dalam sejarahnya kesebelasan yang sudah ada sejak 1880 tersebut, babak 4 adalah prestasi terbaik klub di Piala FA. Bisa mencapai babak ketiga akan menjadi pencapaian terbaik tim. Untuk mencatatkan pencapaian bersejarah itu, Billericay harus menghadapi lawan yang juga berasal dari divisi yang sama, Leatherhead. Tamplin yakin bisa menciptakan sejarah.

"Jika berhasil ke babak 4, itu akan menjadi bukti bahwa kami sudah bisa sejauh ini dalam periode singkat. Pertandingan hari Minggu (leg pertama melawan Leatherhead) sangat memungkinkan untuk dimenangkan dan kami akan melangkah lebih jauh. Saya yakin bisa mencapai babak ketiga jika kami tampil dengan penampilan terbaik kami, saya harap laga kandang nanti bisa langsung memastikan langkah kami berikutnya," ujar Tamplin pada November lalu.

Keyakinan Tamplin ternyata berlebihan. Pertandingan berakhir 1-1. Lebih buruk, Billericay takluk 1-3 pada leg kedua. Ini artinya Billericay kembali harus tersingkir di babak ketiga. Hasil yang di luar dugaan mengingat kekalahan dari Leatherhead tersebut merupakan kekalahan pertama Billericay dalam empat bulan terakhir.

Entah ada hubungannya atau tidak, sepekan setelah kekalahan tersebut, Konchesky yang merupakan kapten sekaligus pemain andalan Billericay, memutuskan untuk gantung sepatu. Uniknya, pengumuman mantan pemain Liverpool itu meninggalkan tim untuk pensiun dilakukan beberapa saat setelah dirinya berlaga melawan Heybridge Swifts di ajang Isthmian League Cup. Pada laga tersebut, Konchesky mencetak gol penalti.

Setelah itu, giliran Pennant yang meninggalkan tim. Kepergian eks pemain Arsenal itu juga terbilang tak biasa. Bergabung pada awal musim ini, tapi pada awal Februari 2018 ia memutuskan untuk hengkang dari Billericay setelah video porno yang ia buat dengan istrinya beredar luas. Pada Desember lalu, Pennant sebenarnya sempat memutuskan kontraknya dengan tim, namun kurang dari 24 jam keputusan tersebut ia tarik walau ia akhirnya mendapatkan pengurangan gaji. Keputusan pengurangan gaji itu sendiri diambil oleh Tamplin.

Tak hanya itu, Tamplin juga bermasalah dengan pemain bintang lainnya, O`Hara. Mantan gelandang Tottenham Hotspur tersebut berfriksi dengan Tamplin setelah sang bos secara diam-diam menemui pacar O`Hara. Ketika O`Hara sedang berlibur di Spanyol, Tamplin mendatangi rumah O`Hara untuk memberikan gaji sang pemain. Pacar O`Hara juga ternyata sering dikirimi pesan oleh sang manajer. Namun masalah ini tak berlarut karena sampai saat ini O`Hara masih menjadi bagian dari tim. Bahkan O`Hara didapuk menjadi kapten tim setelah kepergian Konchesky.

Belakangan ini, sejak pertengahan Februari, tiba-tiba permainan Billericay Town menurun. Dari empat laga terakhir, tiga laga berakhir dengan kekalahan. Terbaru, Billericay kalah di ajang FA Trophy, turnamen antar kesebelasan Non-League. Atas rentetan hasil negatif tersebut, Tamplin emosi dan langsung memutuskan mundur dari jabatan manajer.

"Ketika saya meminta para pemain untuk tidak digaji untuk satu pekan karena penampilan mereka di tujuh hari terakhir, mereka tidak mendengarkan saya, hanya tujuh-delapan pemain yang mau. Lalu buat apa saya mendengarkan mereka?" ujar Tamplin pada Echo-News. "Mereka tidak sesuai dengan investasi saya. Kami tidak mendapatkan hasil yang sesuai dengan apa yang saya bayarkan pada mereka, karena itulah saya mundur."

Meski mundur dari kursi manajer, toh Tamplin tetap berstatus sebagai pemilik klub. Ia pun sebenarnya bukan mundur, tapi menurunkan pangkatnya menjadi asisten manajer. Harry Wheeler yang sebelumnya menjadi asisten pelatih diangkat menjadi pelatih kepala. Cukup wajar karena tak sedikit yang menyebut keberhasilan Billericay musim ini tak lepas dari kehebatan meracik taktik Wheeler, pelatih termuda yang memiliki lisensi UEFA A.

Walau begitu, karena kekuasaan yang dimiliki Tamplin, tiga hari berselang setelah pengumuman mundurnya dari manajer, Billericay mengumumkan bahwa Tamplin kembali menjadi manajer. Wheeler, sementara itu, baru akan berstatus manajer setelah musim ini berakhir. Konon alasan kembalinya Tamplin menjadi manajer adalah karena para pemain dan staf merasa Tamplin sukses sebagai manajer.

"Para pemain menginginkan Glenn [Tamplin] bertahan dan akan membuktikan peningkatan setelah kalah tiga kali dari empat laga terakhir. Dengan dua kali mencapai babak final dan jumlah kekalahan di liga, para pemain yakin jika itu cukup menunjukkan bahwa Glenn menjalani musim yang berhasil," ungkap rilis resmi klub. Cuitan pengumuman mundur Tamplin beberapa hari lalu pun langsung dihapus pihak klub.

Hal ini, lagi-lagi, menjadi unik. Beberapa hari sebelumnya Tamplin mengakui para pemainnya enggan mendapatkan denda gaji karena tampil buruk. Tapi dalam tempo tiga hari laman resmi klub justru mengumumkan jika para pemain lah yang meminta Tamplin kembali manajer.

Walau begitu, tidak aneh juga karena kekuasaan, seperti kata Ragnar, memang selalu berbahaya; itu bisa mendatangkan hal terburuk dan merusak hal terbaik. Lagipula, toh, Tamplin, yang telah menghabiskan dua juta paun untuk membangun timnya ini, bebas mau melakukan apapun yang ia inginkan pada timnya; karena ia adalah pemilik klub itu sendiri.

Komentar