Rene Alberts Penakluk Stadion Angker

Cerita

by redaksi 26440

Rene Alberts Penakluk Stadion Angker

Memasuki pekan keempat Liga 1 Indonesia 2017, PSM Makassar menjadi salah satu tim yang memiliki rekor apik. Empat pertandingan dilakoni klub berjuluk “Juku Eja” itu dengan tanpa satu kali pun menelan kekalahan. Pencapaian PSM di pekan-pekan Liga 1 musim ini sama dengan Persib Bandung, Barito Putera, Arema FC, dan PS TNI yang hingga Jumat (5/5) pagi WIB masih memegang rekor sebagai klub yang belum terkalahkan.

Meski begitu, di antara empat tim tersebut PSM memiliki pencapaian yang jauh lebih baik. Dari empat pertandingan , mereka mampu meraih tiga kemenangan dan satu imbang, yang kemudian mengantar “Juku Eja” ke posisi puncak klasemen Liga 1 sementara dengan 10 poin, menggeser Persib Bandung yang kini berada diposisi kedua dengan raihan 8 poin dari empat laga yang dilakoni.

Keberhasilan PSM memuncaki klasemen sementara Liga 1 tak terlepas dari hasil positif yang mereka lakoni di pertandingan pekan keempat. Dijamu Perseru Serui di Stadion Manora, Kamis (4/5), “Juku Eja” berhasil menang tipis 2-1. Gol PSM dalam laga tersebut masing-masing diciptakan Reinaldo Elias da Costa (45) dan Titus Bonai (48). Sementara tim tuan rumah mencetak skor melalui kaki Omar Zein pada menit 25.

Kemenangan yang diraih PSM di laga melawan Perseru tentu dirasa spesial, sebab mereka banyak kehilangan pemain di sektor pertahanan. Nama-nama andalan seperti Steven Paulle, Hamka Hamzah, dan Zulkifli Syukur harus absen. Namun nyatanya hal tersebut tak membuat skuat asuhan Robert Rene Albert itu goyah.

Selain itu tiga poin yang sukses PSM dapatkan di Stadion Manora juga sekaligus membuat mereka menjadi tim pertama yang mampu mengalahkan Perseru di hadapan pendukungnya sendiri. Meski berstatus sebagai klub medioker, namun tim “Cenderawasih Jingga” itu terkenal superior bila bertanding di kandangnya sendiri.

Di turnamen Indonesia Soccer Championship (ISC) 2016, bersama Persib, Perseru menjadi kesebelasan yang mampu menjaga ‘keangkeran’ kandangnya. Terbukti, dari 16 laga kandang yang dilakoni di turnamen pengganti kompetisi itu mereka sukses membukukan 11 kemenangan, lima pertandingan lainnya berakhir imbang.

Melihat catatan tersebut, Stadion Marora bisa dikatakan angker bagi para kontestan di Liga 1. Banyak faktor memang yang memengaruhi sulit menangnya tim-tim lain atas Perseru di Stadion Manora. Paling logis, tentunya faktor kelelahan pemain, terutama bagi klub-klub yang berasal dari Pulau Jawa atau Sumatera yang harus menghadapi medan geografis yang sangat berat untuk mencapai Serui.

Semen Padang misalnya, bila bertandang ke Serui mereka harus menempuh sekitar 6.700 kilometer perjalanan dari Padang. Meski perjalanan bisa tempuh menggunakan pesawat, namun tim “Kabau Sirah” harus beberapa kali transit naik-turun pesawat sebelum akhirnya tiba di Serui.

Begitu pula denganPersib, yang harus terlebih dahulu melakukan perjalanan darat dari Bandung ke BandaraSoekarno-Hatta,Tangerang yang lazimnya memakan waktu sekitar 2-3 jam perjalanan. Setelah itu, “Maung Bandung” harus melanjutkan perjalanan melalui jalur udara menuju Biak yangnantinya akan terlebih dahulu transit di Makassar. Total lima jam perjalanan ditempuh sebelum akhirnya sampai di Biak. Setelah sampai di Biak, tim kembali melanjutkan perjalanan udara dengan pesawat kecil menujuSerui.


Baca juga: Menakar Mahalnya Ongkos Tandang ke Serui


Perjalanan menuju Serui memang sangat melelahkan, selain Semen Padang dan Persib, PSM juga pasti sama-sama merasakan bagaimana lelahnya menempuh perjalanan ke Serui, meski secara geografis Makassar memiliki letak yang lebih dekat dengan Papua. Namun, skuat PSM sepertinya sudah sangat siap untuk menjalani perjalanan jauh selama berkompetisi di Liga 1.

Sebelum bergulirnya kompetisi, Rene pernah membuat kebijakan yang agak kurang lazim dilakukan di turnamen pra musim Piala Presiden 2017. Saat itu, PSM yang tergabung di grup C harus bermain di Bandung sebagai tuan rumah grup tersebut. Di saat Persiba Balikpapan dan Persela Lamongan memilih tinggal, PSM justru lebih memilih untuk pulang-pergi Makassar-Bandung. Jadi, mereka baru akan tiba di Bandung sehari menjelang pertandingan.

Melalui asisternnya, Herman Kadiaman, kubu PSM mengaku kalau kebijakan tersebut dilakukan agar latihan PSM yang fokus menatap kompetisi lebih berkonsentrasi dalam melakukan persiapan. Dikatakan, bila menetap di Bandung timnya akan kesulitan untuk menggelar latihan. Sementara bila bolak-balik Makassar-Bandung setidaknya tim bisa fokus berlatih di Makassar sebelum akhirnya datang ke Bandung untuk menjalani pertandingan.

"Kami ingin tim merasakan atmosfer pertandingan tandang. Di kompetisi kami pasti akan melakukan banyak perjalanan jauh. Apa yang kami lakukan tentu untuk membiasakan para pemain jika menghadapi pertandingan tandang di kompetisi nanti," terang Herman di Hotel Topas, Kota Bandung, beberapa waktu lalu.

Namun, terlepas dari itu semua rasanya menarik untuk menyoroti peran Robert Rene Albert dalam kemenangan timnya atas Perseru. Bagi Rene, raihan positif yang didapat atas Perseru menjadi kemenangan keduanya di daerah pedalaman Papua. Sebelumnya pada tahun 2010, saat pria berkebangsaan Belanda itu masih menukangi Arema Indonesia, satu kemenangan atas Persiwa Wamena di Stadion Pendidikan, Wamena, berhasil diraihnya.

Saat itu, Arema asuhan Rene berhasil menekuk Persiwa dengan skor meyakinkan 2-0. Pencapaian yang luar biasa sebab tim “Badai Pegunungan” terkenal trengginas bila bertanding di kandangnya sendiri. Banyak tim yang menjadi korban keganasan Persiwa di Stadion Pendidikan. Sama halnya dengan Serui, ada banyak faktor yang membuat banyak klub bertumbangan di Wamena.

Selain perjalanan yang jauh, Stadion Pendidikan juga terletak di daerah pegunungan dengan udara yang dingin. Para pemain umumnya sangat mudah kelelahan ketika bertanding di Stadion Pendidikan karena udara yang tipis. Karena tidak terbiasa dengan kondisi alam seperti itu, makanya banyak tim yang akhirnya menyerah bila berlaga melawan Persiwa di Stadion Pendidikan.

Menarik memang melihat bagaimana kiprah Rene selama melatih di Indonesia, ia mampu menaklukkan stadion-stadion angker seperti Manora hingga Pendidikan. Rene seolah membuktikan kalau tidak ada yang superior dalam sepakbola, karena di lapangan hijau tidak ada yang tidak mungkin. Namun, pertanyaannya apakah Rene mampu menorehkan pencapaian yang sama saat timnya bertandang ke Bandung, Malang, hingga Jayapura yang juga terkenal kurang ramah terhadap tim tamu karena kekuatan tim mereka? Tentu menarik untuk kita simak bersama.

(SN)

Komentar