Robert René Alberts dan Harapannya untuk Sepakbola Indonesia

Cerita

by redaksi

Robert René Alberts dan Harapannya untuk Sepakbola Indonesia

Ajax Amsterdam memiliki akademi yang sukses mencetak pemain-pemain besar yang bermain di klub-klub top Eropa. Tak hanya meluluskan pemain terbaik, kesebelasan yang berbasis di ibukota Belanda tersebut juga menghasilkan pelatih-pelatih berkelas. Seperti halnya dengan mendiang Johan Cruyff yang merupakan mantan pemain dan pelatih yang menorehkan banyak prestasi bersama Ajax dan Barcelona, serta Louis van Gaal yang kini menjadi pelatih Manchester United.

Robert Rene Alberts merupakan salah satu alumnus akademi Ajax. Meskipun telah bergabung bersama kesebelasan yang bermarkas di Amsterdam Arena tersebut sejak berusia 12 tahun, Alberts belum pernah mencicipi kompetisi sesungguhnya. Seperti pemain pada umumnya, ia ingin mempunyai karier yang panjang dan selalu bermain dengan kesebelasan kesayangannya. Akan tetapi hal tersebut harus pupus, pasalnya pelatih yang semasa mudanya berposisi sebagai gelandang tersebut selalu menjadi penghangat bangku cadangan hampir selama lima tahun kala membela tim senior. Van Gaal juga bernasib hampir sama sepertinya. Sebelum akhirnya Van Gaal yang berusia tiga tahun lebih tua dari Alberts tersebut memilih untuk hijrah ke Belgia untuk memperkuat Royal Antwerp.

Alberts kini dikenal pelatih Belanda yang paling sukses di Asia Tenggara. Alberts yang mengaku menganut filosofi sepakbola Cruyff, sukses merengkuh tiga gelar juara liga di tiga negara yang terdaftar sebagai anggota ASEAN. Pada 1993, Alberts sukses membawa Kedah FA menjuarai Liga Malaysia dan Malaysia Cup. Enam tahun berselang, ia hijrah untuk mengarsiteki Home United FC dan meraih trofi Singapore S.League.

Pada musim 2009/2010 Alberts kembali membuktikan tangan dinginnya kala melatih Arema Malang. Singo Edan dibawanya meraih titel Indonesia Super League untuk pertama kalinya. Raihan tersebut sekaligus mengukuhkan dirinya sebagai pelatih asing pertama yang berhasil menjuarai liga tertinggi di Indonesia pada musim pertama. Setelah mendapatkan titel bergengsi itu, semusim kemudian ia melanjutkan karirnya untuk membesut PSM Makasar. Alberts tak hanya berpengalaman dalam melatih di level klub, ia juga pernah membesut Malaysia U-19 dan Korea Selatan U-17.

Alberts merupakan figur berpengalaman yang tentu dirindukan oleh sepakbola Indonesia. Kesuksesannya saat membawa tiga klub sebelumnya dalam menjuarai liga domestik membuktikan bahwa gaya kepelatihnnya cocok untuk diterapkan di sepakbola Asia Tenggara.

Ia mengaku sudah dihubungi oleh klub yang berbasis di Jakarta untuk membangun tim yang kuat dalam tempo waktu dua tahun. Akan tetapi ketidakpastiaan tentang masa depan sepakbola di Indonesia membuat klub juga tidak bersedia memberikan kontrak yang normal, seperti yang diberikan oleh klub-klub yang pernah dilatihnya. Hal tersebut membuktikan bahwa Alberts masih diinginkan untuk terjun kembali di kancah sepakbola Indonesia seperti yang pernah dilakukannya tujuh tahun silam.

Akan tetapi kini FIFA membekukan sepakbola Indonesia setelah pada Juni lalu setelah Menpora dan PSSI gagal menyelesaikan sengketa mengenai bergulirnya liga di Indonesia. Seperti yang dilansir ESPN FC, “Larangan itu tidak baik untuk negara yang mencintai sepakbola, tapi korupsi yang merajalela di kalangan pejabat terkemuka dan memengaruhi jalannya pertandingan di semua tingakatan perlu disingkirkan," kata Alberts.

Seperti yang diketahui, kini Indonesia lebih cenderung untuk menyelenggarakan turnamen. Dari animo yang diperlihatkan saat digelarnya turnamen Piala Presiden, Piala Jendral Sudirman, Piala Gurbernur Kaltim, dan terakhir Piala Bhayangkara, menunjukan publik Indonesia begitu merindukan tim-tim kesayangannya untuk kembali bermain di lapangan hijau seperti sedia kala.

“Saya telah melihat beberepa momen gila saat saya bersama Arema. Orang-orang lokal sangat fanatik dalam mendukung sepakbola dan mereka layak memiliki liga resmi dan Timnas yang bermain di turnamen FIFA. Mari berharap kabar baik segera datang untuk sepakbola Indonesia,” tambahnya.

Namun Alberts terus berharap awan gelap yang menyelimuti persepakbolaan di tanah air segera berakhir, karena ia mempunyai nostalgia yang dalam ketika menangani klub di Indonesia. Doa dari pelatih asal Belanda untuk persepakbolaan di negeri kita.

Foto: ESPN

ed: fva

Komentar