Identitas Zhan Jindong dari Suning Group untuk Inter Milan

Cerita

by Randy Aprialdi

Randy Aprialdi

Pemerhati kultur dan subkultur tribun sepakbola. Italian football enthusiast. Punk and madness from @Panditfootball. Wanna mad with me? please contact Randynteng@gmail.com or follow @Randynteng!

Identitas Zhan Jindong dari Suning Group untuk Inter Milan

Kunjungan Javier Zanetti ke akademi Internazionale Milan di Shanghai rupanya beraroma modus. Di sana ia memang mengakui soal investor-investor dari Tiongkok yang ingin menanamkan saham di Inter. Tapi, pada kunjungannya itu ia justru mengalihkannya tentang pelebaran sayap Inter untuk para pendukungnya di sana.

Namun isu yang berkembang adalah saham 68,5% saham Erick Thohir dan Massimo Moratti dilepas kepada Suning Group, perusahaan dari Tiongkok. Mereka mengeluarkan dana sekitar 270 juta euro yang membuat Moratti melepas seluruh sahamnya di Inter. Sementara itu, Erick menjadi pemilik saham minoritas sebesar 30% saja.

Atas penyerahan saham mayoritas itu, Inter diharapkan bisa lebih baik lagi. Selain itu akan membuat skuat Inter lebih bervariasi, setelah Erick lebih gemar merekomendasikan pesepakbola dari negara-negara Balkan.

Sementara itu terjadi kesalahan ketika press conference dari pihak Suning soal akuisisi sahamnya tersebut. Ketua Suning Group, Zhan Jindong, mengatakan visinya untuk "membawa Inter ke puncak sepakbola dunia," namun penerjemahnya salah pengertian. Ia malah menyebutkan bahwa "Milan sebagai musuh" otomatis kesalahan itu memicu reaksi di media sosial. Kendati demikian, kesalahan itu tidak menyurutkan pidato Jindong.

Dalam pidatonya ia mengucapkan terima kasih kepada Erick dan Moratti terhadap kesepakatan tersebut. Jindong mengungkapkan jika Inter adalah bagian dari strateginya untuk memimpin industri olahraga, terutama dalam pertumbuhan pasar untuk lima tahun ke depan. Pada intinya, Jindong menegaskan akan menjadikan Inter sebagai klub terbaik di Serie-A dan Eropa.

Lalu siapakah Jindong?

Jindong adalah salah satu dari 403 orang terkaya di dunia menurut Forbes. Perusahaan internasionalnya yang ia miliki mencapai 13 ribu dan 1600 ribu toko. Jindong juga memiliki klub sepakbola di Liga Super Tiongkok, yaitu Jiangsu Suning. Ia juga berperan penting ketika Jiangsu membeli Alex Teixeira dari Shaktar Donetsk.

Grup Suning didirikan pada 1996 yang berfokus kepada peralatan elektronik. Grup itu memiliki 13 ribu karyawan di 700 kota yang tersebar di Tiongkok, Hong Kong, dan Jepang. Sementara situs Suning.com aktif sejak 2009 dan menetapkan diri sebagai situs paling penting di Asia.

Selama musim panas 2015, Suning membentuk aliansi strategis dengan Alibaba dari investasi empat miliar euro untuk saham 19,9 persen di perusahaannya. Dan sejak itulah Jindong membeli Jiangsu Chuning. Kemudian investasi pertamanya di sepakbola itu mendatangkan Teixeira, Ramires dari Chelsea, Jo dari Al-Shahab dan lainnya.

Jindong pun memperjelas bahwa sahamnya di Inter akan membantu perusahaan Cina mengembangkan produk mereka di Eropa, "Kami ingin membangun kembali kejayaan masa lalu dan bekerja lebih kuat, untuk tim yang lebih megah. Akuisisi mayoritas Inter adalah bagian dari strategi Suning untuk pembangunan sepakbola dan olahraga pada umumnya di Cina yang diarahkan kepada gaya hidup yang sehat," ujar Jindong seperti yang dikutip dari Gazzetta World.

Dalam waktu dekat ini, Suning Group diharapkan bisa memenuhi janjinya memberikan keuntungan modal sebesar 100 juta euro untuk Inter. Selain itu, Jindong pun harus menyelesaikan beberapa masalah internal di Inter, seperti menentukan nasib Direktur Olahraga-nya yang kontraknya akan habis pada 2017.

Ia juga harus menyiasati keseimbangan anggaran yang mempengaruhi Financial Fair Play (FFP). Sebab hal-hal tersebut terkait dengan buruan pemain baru Inter pada musim panas ini. Dan tugas yang tidak bisa dilupakan adalah pengawasannya kepada kinerja Roberto Mancini sebagai pelatih.

Di sisi lain, Erick akan tetap berstatus sebagai Presiden Inter walau hanya pemegang saham minoritas. Ia pun menampik kabar tentangnya yang akan menjual 30% sisa sahamnya. Erick menegaskan bahwa dirinya masih ingin membangun klubnya itu bersama-sama dengan pihak Suning. Bahkan ia menjanjikan bakal adanya perubahan di dalam klubnya tersebut.

"Tahun ini kami harus bermain di Liga Eropa dan kita bisa pergi sejauh mungkin di kompetisi (Liga Italia). Saya pikir ini akan menjadi tahun yang positif dan akan menuju Liga Champions," jelas Erick. "Financial Fair Play adalah masalah lain yang harus dipenuhi dan kita harus menemukan cara untuk membangun sesuatu. Yang akan memungkinkan Inter untuk memiliki eksistensi yang terus-menerus di Liga Champions dan meningkatkan pendapatan kami. Inter adalah merek global dengan sejarah yang luar biasa. Dan kami harus kembali ke level tersebut," sambungnya.

Erick sendiri memang penuh lika-liku sejak menangani Inter pada 2013 silam. Berawal dari pembelian sahamnya sebesar 70 persen, namun harus langsung membayar utang Inter sekitar 170 sampai 180 juta euro. Kendati dalam situasi keuangan yang sulit, tapi ia sempat mendatangkan pemain mahal seperti Geoffrey Kondogbia (30 juta euro) dan Ivan Perisic (16 juta euro) pada musim panas 2015.

Bersama Suning, banyak pihak yang memprediksi bahwa Inter akan menjadi lebih baik. Salah satu jaminannya adalah perihal proses transfer pemain. Mencontoh apa yang terjadi dengan Alex Teixeira, kala itu Jiangsu berhasil mengalahkan Liverpool dalam perburuan penyerang asal Brasil tersebut. Ini bisa mengindikasikan, Inter bisa saja mendapatkan siapapun pemain incarannya untuk musim depan.

ed: fva

Komentar